Episode tiga belas (meminta pendapat)

Setelah mandi, Hana bersiap untuk mencari sarapan, ia keluar rumah berharap beradaptasi dengan lingkungan baru.

"Capek juga ya Tuhan, pengennya udah nggak usah pindah-pindah lagi," gumam Hana.

Hana mulai melangkah kan kaki dengan Tomo yang mengekorinya, ia mengambil jalan ke kanan, ternyata di sana ada sekolah menengah atas, terlihat damar yang membonceng motor Gavin sedang memasuki gerbang sekolah.

Hana memutar balikkan badannya, ia tidak mau mereka melihat keberadaannya. Dan Ada sedikit rasa cemburu di hati Hana, ia yang putus sekolah merasa iri dengan pemandangan pagi ini. Tak mau bersedih lama-lama, Hana melihat ada gerobak nasi kuning kemudian membelinya satu porsi.

Ia juga menanyakan pasar terdekat pada abang penjual nasi tersebut.

"Oh pasar, pasar teh ke arah sana, naik angkot ntar bilang aja pasar gitu," kata si penjual yang menunjukkan arah kiri dengan logat khas Sunda.

"Oh ke sana, makasih ya, Bang."

Setelah itu, Hana kembali ke rumah, tidak lupa ia membeli air minum di warung kelontong yang tidak jauh dari rumahnya.

"Sebentar Tomo, aku ambilin makanan kamu dulu ya," kata Hana seraya masuk kamar dan mengambil makanan kucing yang berada di tas gendong.

Hana menyobek sedikit kertas nasi untuk alas Tomo makan.

"Nah, kamu makan yang banyak ya!" perintahnya seraya mengusap pucuk kepala Tomo.

Selesai dengan sarapan, Hana tidak membawa Tomo untuk ikut berbelanja, dan Tomo yang di tinggalkan oleh Hana, ia merubah wujudnya menjadi manusia tampan.

Tomo melihat uang Hana di tas yang ternyata semakin menipis, lalu Tomo menggandakan uang itu agar Hana tidak akan pernah kebingungan lagi dengan biaya hidupnya.

________________

Sementara itu, di pasar, Hana membeli satu kasur lantai, karpet untuk ruang tamu, kompor dan penanak nasi beserta peralatan rumah tangga lainnya seperti sapu dan kain pel.

Hana pulang dengan ikut mobil bak yang mengantar barang belanjaannya.

Sesampainya di rumah, Hana meminta pada si pengirim barang untuk membantunya membawa masuk, setelah itu Hana memberi tips tiga puluh lima ribu rupiah. "Buat beli rokok, Bang. Makasih ya," kata Hana seraya memberikan uang tersebut.

Tidak banyak yang Hana kerjakan hari ini karena memang rumah dalam keadaan bersih, Hana hanya perlu menempatkan belanjaan pada tempatnya.

Setelah meletakkan kompor di meja dapur, kini Hana membutuhkan tabung gas. "Untung warungnya dekat," kata Hana seraya mengusap dahinya yang berkeringat.

Merasa lelah, Hana mengistirahatkan dirinya di kasur lantai yang baru saja ia beli, ia menatap langit-langit kamar, memikirkan jalan hidupnya yang akan dibawa kemana setelah ini.

"Mau kerja nggak ada ijazah, mau sambung sekolah harus ambil paket dulu biar masuk SMA, jualan belum punya ilmu, aku harus gimana ini," gumam Hana, "setidaknya aku punya waktu satu tahun buat tinggal di rumah ini, harus pintar-pintar aku ngatur hidupku yang sebatang kara ini," lanjutnya.

"Haaaaaaah," Hana menarik dan membuang nafas kasar. Tanpa terasa, Hana yang sedang kelelahan itu akhirnya tertidur, dan kembali ia bertemu T di alam mimpinya.

Hana melihat T sedang membaca buku di sofa dalam kamarnya.

"Hai, Hana," sapa T seraya menutup buku yang berada di tangannya.

Hana masih berdiri di pintu kamar T, sehari tak bertemu dengan pria tampan itu membuat Hana merasa sedikit malu, apalagi bila Hana teringat malam-malamnya bersama T di atas ranjang.

"Kamu kemana saja, T? Kemarin aku tak melihat mu!"

"Ada, aku selalu ada bersamamu," kata T seraya berjalan mendekati Hana, ia membopong Hana membawanya ke ranjang.

"T, jangan seperti ini. Aku malu," kata Hana seraya sedikit mendorong dada bidang T.

"Maafkan aku Hana, aku terlalu merindukanmu!" jawabnya seraya merapikan anak rambut Hana, membawanya kebelakang telinga.

"T," lirih Hana seraya menatap mata tajam pria yang berada di depannya, ia merubah posisinya menjadi duduk dan ikuti oleh T, keduanya duduk saling berhadapan.

"Iya, ada apa?"

"Aku mau tanya, T. Minta pendapat juga, tapi setelah kamu mengetahui latar belakangku aku akan terima apabila kamu menjauh dariku, T," kata Hana tertunduk.

"Tidak akan, aku tidak akan pernah pergi darimu," jawab T seraya merangkum wajah Hana.

"Katakan, apa yang ingin kau tanyakan!" kata T, sekilas ia mengecup bibir Hana.

"Begini, aku sedikit bingung, aku tidak sekolah, mencari kerja pun susah, paling banter itu ya cuma cuci gosok atau menjaga toko, jadi menurutmu aku harus bagaimana, T?"

"Menurutku? Ikuti kata hati kamu, Hana!"

"Aku ingin membuka usaha, tetapi aku tidak memiliki pengalaman."

"Usaha apa?"

Lalu, Hana menceritakan kalau sebenarnya ia sangat menyukai cake, ingin pandai membuat cake yang lezat sehingga akan membuat para pembelinya kembali untuk membeli cake buatan Hana.

"Kalau begitu, kamu harus belajar membuat cake," jawab T seraya membawa Hana ke pelukan.

Dan, T. Ia meminta sesuatu pada Hana, sesuatu itu adalah kenikmatan dunia.

Hana menahan dada T, membuat T merasakan panas hasratnya yang belum tersalurkan.

"Kenapa, Hana?" tanyanya.

"Kenapa kita selalu bertemu di alam mimpi? Aku akan senang apabila kita akan selalu bersama di dunia nyata, T."

Dan, T tak menjawab, T yang sudah menahan hasratnya saat melihat Hana mandi, sekarang ia tidak ingin menahannya lebih lama lagi, ia segera memberi serangan demi serangan untuk Hana, T akan berhenti setelah Hana terkulai lemas.

Selesai dengan itu, T membawa Hana ke dalam pelukan, tidur bersama dengan peluh yang menetes dari keduanya.

"T, kenapa kamu siang sangat ganas sekali, tidak seperti biasanya sangat lembut," protes Hana yang memejamkan matanya.

"Maaf, Hana. Aku terlalu bersemangat," jawab T.

_________________

Tidak lama kemudian, Hana yang berada di pelukan T itu tertidur pulas, Hana sampai tak merasakan kalau hari sudah sore.

Hana membuka matanya, melihat jam di ponsel yang tergeletak di lantai.

"Ya ampun, jam lima sore," gumam Hana yang menyipitkan matanya.

Setelah itu, Ia bangun dari tidur dan kembali ia mendapati dirinya dalam keadaan basah.

"Astaga, basah lagi, apa karena aku terlalu menikmati mimpi itu sampai di sini pun ikut basah," gumam Hana seraya mengambil handuk yang menggantung di pintu.

Segera Hana mandi, setelah itu, ia mencari makan, untuk makan siang yang tertunda sekaligus untuk makan malam.

Hana keluar menggunakan baju baru yang kemarin ia beli, Hana memakai kaos warna putih di padu padan kan dengan celana jeans denim panjang selutut.

"Masih warga baru di sini, kalau mau beli makanan yang enak di sebelah mana ya," gumam Hana yang sedang berdiri di depan pagar rumah.

Terlihat Hana memberikan senyum pada dua orang wanita yang lewat di depannya.

"Sore, Bu," sapa Hana berharap mendapat respon yang bagus.

"Sore juga, Adik warga baru ya?" tanya si ibu yang menggunakan baju gamis warna krem, ia menenteng dua bungkus nasi padang.

"Iya, Bu. Baru semalam," jawab Hana seramah mungkin, ia ingin di Terima baik di lingkungan barunya.

"Sudah lapor ke pak RT?" tanya si Ibu satunya yang mengenakan daster bercorak abstrak.

Hana menjawab belum, ia juga menanyakan di rumah pak RT, dengan senang hati ibu-ibu tersebut menunjukkan rumah Pak RT.

"Terimakasih, Bu-Ibu," kata Hana saat sudah sampai di depan pagar rumah Pak RT.

"Sama-sama, kalau begitu kami permisi."

Hana menganggukkan kepala pada dua ibu tersebut.

Bersambung.

Yuk, Kak dukung karya ini dengan like, love dan Votenya ya kak, terimakasih yang sudah mendukung, 😇

Terpopuler

Comments

🆀🅻>> ̷U̷l̷f̷a̷ eff <<🦚♛⃝꙰𓆊

🆀🅻>> ̷U̷l̷f̷a̷ eff <<🦚♛⃝꙰𓆊

mroduksi terus tp gak jadi" tuh adonan...

2022-01-11

1

V3

V3

enak yaaa klu punya tomo, uang sedikit di gandakan lg 😀😀😀

2021-12-08

1

Rhina sri

Rhina sri

biar hana gk susah kenapa gk hidup aja sm T😁

2021-10-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!