Masuknya ruh William ke dalam Gantungan Kunci.

Part 2

_____

William berdiri di samping kereta kuda, menatap wajah Ayahnya dengan sangat serius. “Ayah tunggu di sini aku akan memeriksanya keluar.” ucap William lalu berjalan menghampiri orang yang menghadang.

Haris berteriak dari dalam“Jangan William! Tetap masuk dan jangan hiraukan mereka.” ucap Haris yang ingin menghentikan langkah William.

William tidak menggubris ayahnya ia terus berjalan sambil menggenggam kedua tangannya.

Dengan tangan kiri yang di kepal William berteriak. “He! Siapa kalian berani sekali menghalangi jalan kami.” ucap William sambil menunjuk jarinya kearah penghadang.

Para penghadang memandang sinis William dari atas sampai bawah kaki. “Jangan banyak bicara serahkan lukisan itu kepada kami.” bentak para penjahat yang menghadang William.

William berdiri seperti orang yang sedang menantang dan tertawa. “Ha ha ha! Kau pikir kau siapa berani sekali berkata itu padaku.” ucap William tertawa lebar di hadapan mereka.

Tak lama kemudian seorang laki-laki keluar dari kereta kencana lainnya dan berjalan mendekati William.

Tak!

Tak!

Seorang pria dengan tubuh tinggi dan tegap berjalan dan menghentikan langkahnya tak jauh dari William. “Serahkan lukisan itu atau dirimu jadi taruhannya.” Teriak laki-laki bertopi.

William menaikan sudut bibir atas, “Sekalipun diriku jadi taruhannya, aku tidak takut. Barang yang sudah susah payah aku dapatkan mau seenaknya saja kamu rebut dariku.” Jawab William dengan berani.

Mendengar ucapan William, bibir laki-laki tersebut bergetar menahan amarah.

“Kalian semua hajar dia, hajar dan dapatkan lukisan itu sekalipun dia mati.” tegas laki-laki bertopi memberi perintah.

William memainkan tangannya seperti hendak menantang. “Baiklah kalau itu mau kalian.” Ucap William sambil memasang kuda-kuda untuk menyerang.

William mendaratkan tinju. “Hiiiaaaaa.” teriak William sambil menghajar penjahat-penjahat itu.

Bam!

Plak!

Mereka pun saling berkelahi, William yang sudah belajar sedikit demi sedikit bela diri mampu menghadapinya. Namun sayang ayah yang ia cintai disandera dan di bawa keluar dari kereta kuda mereka dan membuat William tak bisa berkutik.

“Kau serahkan lukisan itu atau lelaki tua ini akan mati di tanganku.” Lelaki bertopi itu menyandra ayahnya sambil mendekatkan senjata di perut ayahnya.

Dengan tubuh yang berkeringat dan wajah yang lebam William berdiri dengan nafas yang terlihat lelah.

“Dasar orang tak punya hati, lepaskan ayahku! baik aku akan memberimu lukisan itu tapi kau janji lepaskan ayahku.” ucap William sambil berusaha nego kepada laki-laki bertopi itu.

“Jangan William, jangan serahkan itu kepadanya jangan hiraukan ayah pergilah nak cepat.” teriak ayahnya sambil menahan genggaman tangan yang menggenggam kuat leher Haris.

Pria bertopi yang sedang menyandra Haris berteriak. “Jangan banyak bicara kau lelaki tua.” ucap pria bertopi sambil mengeratkan pelukannya yang melingkar di leher Haris.

William menatap Haris yang terlihat gemetar. “Baiklah aku akan mengambil lukisan itu tapi aku mohon jangan sakiti ayahku.” Ucap William sambil berjalan menuju kereta kudanya.

William menundukkan pandangannya sambil berjalan menuju kereta kuda milik mereka.

Ayah maafkan aku, aku tidak bisa membiarkanmu terluka.

Lebih bagus aku kehilangan lukisan ini dari pada dirimu.

Lirih di dalam hati William sambil memeluk erat lukisan itu dan berjalan menuju pria bertopi.

“Aku sudah membawa lukisan ini, serahkan ayahku sekarang.” tegas William agar mereka melepaskan ayahnya.

Dnegan tangan yang masih di eratkan di bagian leher Haris. Pria bertopi berkata. “Beri dulu lukisannya baru aku lepaskan lelaki tua ini.” jawab laki-laki bertopi sambil tersenyum keji.

Dengan tangan kanan yang memegang lukisan. “Baiklah kalau itu mau kamu.” ucap William sambil berjalan dan mendekati pria bertopi dan ingin memberikan lukisan itu.

Haris membulatkan kedua bola matanya memandang wajah William, "Jangan nak! jangan.” teriak ayah William.

William terus berjalan dan memberikan lukisan tersebut ke salah satu anak buah pria bertopi. “Ini lukisannya, aku minta kalian segera lepaskan Ayahku."

Penjahat tetaplah penjahat, tidak ada perjanjian yang di tepati. Lelaki bertopi itu memberi kode ke anak buah yang berada di belakang William untuk menancapkan dari belakang setelah lelaki itu mendapatkan lukisan tersebut.

Dengan cepat anak buahnya melayangkan pisau dan menancapkan ke tubuh William.

William pun terjatuh. “Aaakhhh!” teriak William sambil memegang punggungnya yang berdarah.

Kedua bola mata Haris membesar “Tidak William.” teriak ayahnya dengan tangan gemetar yang mengulur.

Pria bertopi mengerutkan dahinya, “Berisik sekali kau dari tadi.” ucap kesal lelaki bertopi kepada ayah William sambil menancapkan sesuatu dari belakang.

Krekkk!

Terdengar suara kulit yang tersayat.

William yang tengah terbaring di tanah dengan tubuh yang bersimbah bercak berwarna merah mencoba meraih dan berkata, “Aa..yah.” ucap William yang kala itu pandangannya mulai samar melihat ayahnya.

Mata William mulai terpejam dengan wajah yang pucat karena kehabisan darah. Tak lama kemudian keluar cahaya dari tubuh William dan masuk ke dalam gantungan kunci yang selalu dibawanya.

...Ting.....

...(cahaya yang masuk di gantungan kunci William)...

Cahaya menyilaukan mata pria bertopi, “Coba kalian liat benda bersinar apa yang masuk di gantungan tas anak muda tersebut.” Ucap pria bertopi ke salah satu anak buahnya.

Salah satu anak buah pria bertopi berlari menuju gantungan kunci yang memancarkan sinarnya. “Bos ini hanya gantungan kunci, apakah kita harus mengambilnya juga?” Tanya anak buahnya.

Dengan wajah yang cukup serius pria topi bertanya kepada anak buahnya, “Tidak perlu, buang saja gantungan itu dan ambil barang berharga lainnya. Apakah kalian tahu kemana lelaki yang mengendarai kuda tadi yang ikut bersama mereka, apakah dia melarikan diri! Tapi ya sudah biarkan saja ambil semua barang-barang itu.” Seru lelaki bertopi.

******

Di Toko Butik Darwin.

Seorang ibu yang tengah menunggu ke datangan suami dan anaknya yang katanya akan pulang hari ini. Berjalan ke sana kemari sesekali bertanya, “Nak katanya ayah dan William akan pulang malam ini?” Tanya ibunya dengan nada cemas.

Darwin memegang bahu ibunya, “Iya. Ibu sebaiknya pulang atau ibu mau beristirahat di dalam dulu, supaya merasa tenang.” Sahut Darwin yang ikut cemas melihat wajah Kayla.

Kayla memegang tangan Darwin, “Ibu istirahat di dalam saja nak, ibu tidak ingin pulang ke rumah.” sahut ibu lalu pergi ke bilik kamar yang berada di dalam toko tersebut.

******

...3 Hari setelah kemudian....

Lelaki pria paruh baya berlari dengan wajah yang pucat. “Nyonya! nyonya! tuan muda nyonya.” teriak terbatah-bata lelaki paruh baya di luar pertokoan Darwin .

Sontak saja mendengar kata-kata tuan muda, ibunya berlari keluar menemui lelaki itu.

“Ada apa! Cepat katakan ada apa dengan William anakku dan suamiku?” Kayla histeris sambil menggoyang-goyangkan badan lelaki tersebut.

Darwin yang berusaha tenang memegang bahu Kayla, “Ibu tenanglah dan Paman tenang lalu bicara yang jelas.” ucap Darwin yang berusaha tenang.

Dengan keringat yang bercucuran serta baju yang terlihat kotor dan bauk, “Tu..tuan muda di serang dan di rampok, me..mereka tidak selamat.” Ucap lelaki itu dengan gugup dan gemetar.

Kayla menutup mulut dengan kedua tangannya, “Apa?” Kayla tertegun lalu terjatuh dengan kedua lututnya.

Bak petir menyambar di siang bolong, Kayla syok suami tercinta dan anaknya telah hilang selamanya di tangan orang yang tak bertanggung jawab. Pikiran kosong hingga membuat dia hilang akal dan mengunci mulutnya untuk selamanya.

Setelah pemakaman suami dan anaknya Kayla benar-benar hilang dari raganya, seakan-akan ikut terkubur bersama anak dan suami ia cintai.

Darwin yang sedang memegang piring yang berisikan lauk dan sayur membujuk Kayla, “Ibu! ibu makan dulu, ini Darwin bawakan makanan untuk ibu. Ibu harus makan demi ayah dan William, untuk Darwin juga.” Ucap Darwin sambil menyuapi makanan ke mulut ibunya.

Ibunya hanya diam tidak berkata satu kata apa pun, hanya menatap kosong kaca jendela di pusat pertokoan Darwin.

Darwin yang sudah tidak bisa membendung kesedihannya menatap wajah ibunya.

“Maafin Darwin ibu, bukannya Darwin tidak ingin menjaga William dan ayah. Bukan juga tak ingin ikut asal ada undangan atau pertemuan-pertemuan antara kolektor lainnya."

Aku hanya ingin menjaga ibu. Aku tidak perduli harta dan yang lainnya, ibu sadarlah masih ada satu anakmu yang membutuhkanmu sekarang.” Ucap Darwin sambil bersujud dan memeluk kaki ibunya sambil berderai air mata.

Tapi tetap saja, Kayla bagaikan pohon tanpa daun dengan batang pohon yang mulai mengering tapi masih bisa berdiri tegak di atas bumi.

1 tahun setelah kepergian ayahnya dan William. Darwin menjual semua kenangan yang mengenai ayah dan William, Darwin juga menjual rumah yang indah nan permai itu dan memutuskan untuk tinggal di pertokoan bersama ibunya.

Darwin berjalan menuju ranjang, “Ibu! Sekarang kita tidak punya rumah lagi karena Darwin sudah menjualnya. Sekarang kita lebih bagus tinggal di sini saja, Darwin juga sudah membawa beberapa barang kesayangan ayah namun tidak barang kesayangan William."

"Darwin tidak tahu di mana gantungan kunci kesayangan William yang selalu di bawanya ke mana-mana! Maafkan Darwin ya ibu.” Sambil memeluk ibunya yang kala itu duduk di atas kasur.

Lagi dan lagi, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Kayla.

Hari demi hari Darwin melewati hidup yang dulunya penuh kehangatan dari sang ibu, kini kehangatan itu sudah hilang. Hidupnya terasa begitu kesepian, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menjaga dan merawat ibunya yang kini terbaring lemah dan sakit semenjak kejadian itu.

Hingga satu tahun tiga bulan setelah kepergian ayah dan William ibunya meninggal dunia. Darwin begitu sedih dan membuatnya sangat putus asa.

Bersambung...

Terima Kasih sudah mampir untuk membaca 😁**.

Terpopuler

Comments

Yuni Sulistiarsih

Yuni Sulistiarsih

semangat thor....💪💕

2021-12-28

0

lihat semua
Episodes
1 Sebelum kejadian.
2 Masuknya ruh William ke dalam Gantungan Kunci.
3 Tahun 2015
4 Di toko butik
5 Warung mie ramen.
6 Curhat
7 Tertegun
8 Mengetahui lebih dalam.
9 Rakus.
10 Lukisan.
11 Insiden di pagi hari.
12 Dua hari setelah membuka toko
13 Bertemu mantan
14 Ciuman pertama.
15 Cantik kali.
16 Melamar Mimi.
17 Bohongan.
18 Nikah dadakan.
19 Ileran.
20 Beneran.
21 Hiburan malam.
22 Menghilang
23 Bayangan siapa?
24 Roti lapis
25 Buket.
26 Ternyata Martin.
27 Dua pria misterius.
28 Syahri di culik.
29 Ketemu.
30 Rumah sakit.
31 Jangan sentuh aku.
32 1 bulan.
33 Tuan Jacko
34 Pertama berjumpa
35 Arsyad teman masa kecil Syahri.
36 Dokumen apa itu?
37 Singa yang menjelma jadi peri imut.
38 Siapa yang menjual toko aku.
39 Ternyata Mimi dan Andreas.
40 Amplop coklat.
41 Demi mengungkit masa lalu
42 Martin mabuk berat.
43 Aku seperti boneka sawah.
44 Sejak kapan Kamu jadi pacarku.
45 Bibir Syahri terluka.
46 Kembali pada malam pengantaran Dokumen.
47 Di Hotel
48 Butuh 2 jam buat mandi.
49 Teras atap rumah
50 Memaafkan Martin.
51 Warung Teh.
52 Martin dalang nya.
53 3 hari setelah kejadian
54 1 minggu setelah menikah
55 Kamu letih kenapa?
56 Martin cemburu.
57 Di meja makan.
58 Bulan Madu di Vila baru
59 Menatap.
60 Pemindahan Nama Vila.
61 Syahri cemberut.
62 Baju transparan
63 3 tiket ke "NTB"
64 Syahri Hamil.
65 Gagal memberi kabar baik.
66 Arsyad meninggal.
67 Part 67. 9 Bulan
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Sebelum kejadian.
2
Masuknya ruh William ke dalam Gantungan Kunci.
3
Tahun 2015
4
Di toko butik
5
Warung mie ramen.
6
Curhat
7
Tertegun
8
Mengetahui lebih dalam.
9
Rakus.
10
Lukisan.
11
Insiden di pagi hari.
12
Dua hari setelah membuka toko
13
Bertemu mantan
14
Ciuman pertama.
15
Cantik kali.
16
Melamar Mimi.
17
Bohongan.
18
Nikah dadakan.
19
Ileran.
20
Beneran.
21
Hiburan malam.
22
Menghilang
23
Bayangan siapa?
24
Roti lapis
25
Buket.
26
Ternyata Martin.
27
Dua pria misterius.
28
Syahri di culik.
29
Ketemu.
30
Rumah sakit.
31
Jangan sentuh aku.
32
1 bulan.
33
Tuan Jacko
34
Pertama berjumpa
35
Arsyad teman masa kecil Syahri.
36
Dokumen apa itu?
37
Singa yang menjelma jadi peri imut.
38
Siapa yang menjual toko aku.
39
Ternyata Mimi dan Andreas.
40
Amplop coklat.
41
Demi mengungkit masa lalu
42
Martin mabuk berat.
43
Aku seperti boneka sawah.
44
Sejak kapan Kamu jadi pacarku.
45
Bibir Syahri terluka.
46
Kembali pada malam pengantaran Dokumen.
47
Di Hotel
48
Butuh 2 jam buat mandi.
49
Teras atap rumah
50
Memaafkan Martin.
51
Warung Teh.
52
Martin dalang nya.
53
3 hari setelah kejadian
54
1 minggu setelah menikah
55
Kamu letih kenapa?
56
Martin cemburu.
57
Di meja makan.
58
Bulan Madu di Vila baru
59
Menatap.
60
Pemindahan Nama Vila.
61
Syahri cemberut.
62
Baju transparan
63
3 tiket ke "NTB"
64
Syahri Hamil.
65
Gagal memberi kabar baik.
66
Arsyad meninggal.
67
Part 67. 9 Bulan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!