Cinta Dan Luka (Bara Dan Selin)

Cinta Dan Luka (Bara Dan Selin)

Bab 1 : Kejuaraan Karate

Brak! Brak! Brak! Pintu kamar Selin di gebrak-gebrak dengan keras. "Selin bangun! Lo tega sama Juna dan Jeno?!" Panggil seseorang yang berhasil membuat Selin terusik.

Selin yang sedang asik bermimpi tiba-tiba tersentak saat mendengar suara Anet yang melengking. Dengan malas Selin membuka mata dan melihat jam di nakas, matanya membulat sempurna saat melihat jarum jam yang sudah menunjukan pukul satu siang.

Ceklek! Selin membuka pintu dengan tergesa.

"Gila ya, jam segini kamu baru bangun!" Cerca Anet tidak habis pikir.

"Aduh maaf Net gue kelelahan, gimana Juna sama Jeno udah tampil belum?" Jawab Selin histeris.

"Sebentar lagi bagian mereka, ayo cepetan siap-siap!"

Selin langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hari ini anak kembar kesayangannya ikut lomba Karate, yang bodohnya malah Selin lupakan karena terlalu kelelahan. Beberapa hari yang lalu Selin sibuk membersihkan rumah karena baru pindah lagi ke Jakarta. Setelah perdebatan panjangnya bersama keluarga akhirnya Selin memutuskan untuk kembali tinggal di Jakarta beserta keluarga kecilnya, setelah cukup lama mengasingkan diri ke tanah kelahirannya di Bandung.

"Gimana udah rapih belum?" Tanya Selin saat sudah siap.

"Udah! Udah! Ayo cepetan!" Ucap Anet heboh dan langsung menarik tangan Selin agar cepat masuk ke dalam mobil.

Selin membuka ponselnya untuk mengecek pesan yang dikirimkan si kembar yang baru berumur empat tahun itu. Ternyata dugaannya benar, ponselnya sudah dipenuhi dengan pesan yang dikirimkan mereka.

Jeno : Nda udah bangun belum? Ndaa Jeno sekarang mau tampil masa Nda nggak liat Jeno.

Juna : Bun, jangan dengerin Jeno istirahat aja yang nyenyak. Kita pasti dapat mendali emas walaupun bunda nggak nonton kita.

Jeno : Nda, Jeno pengen di tonton Nda. Hiks.

Juna : Bun, istirahat aja. Rengekan Jeno jangan di anggap toh di sini udah ada Nenek.

Selin terkekeh seorang diri melihat kehebohan dua anaknya yang memiliki kepribadian yang berbeda. Juna yang merupakan anak pertama memiliki kepribadian yang dewasa, dingin, dan perhatian kepada keluarganya walaupun baru berumur empat tahun tapi Juna sudah memiliki pemikiran yang dewasa. Sedangkan Jeno adiknya yang hanya berbeda lima menit dilahirkan, memiliki sikap hangat dan manja seperti anak kecil pada umumnya, tapi siapa sangka di balik tampang kepolosannya dia memiliki rasa peduli yang begitu besar dan tingkat kepekaannya sangat patut diacungi jempol. Untuk kecerdasan mereka berdua sama-sama memiliki IQ yang tinggi, dan Selin sering memanggil mereka berdua dengan sebutan anak Genius.

Semua itu dibuktikan dengan berbagai prestasi yang sudah mereka raih di umur mereka yang baru seumur jagung itu. Hidup Selin yang awalnya hancur berantakan karena kegagalan di masa lalu, langsung berubah menjadi lebih baik berkat kehadiran kedua buah hatinya yang sangat ia sayangi dan cintai lebih dari apa pun.

"Gue turun duluan Net." Ucap Selin kepada Anet sahabatnya yang saat ini berubah menjadi manager Juna dan Jeno anaknya.

Selin berlari dengan tergesa memasuki tempat pertandingan. Tanpa sengaja dia bertabrakan dengan seorang pria yang sama-sama tergesa-gesa. Bruk! Tubuh Selin berbenturan dengan pria yang tidak dikenalinya, tas Selin jatuh dan barang-barangnya berserakan. Tanpa menoleh kepada si penabrak Selin sibuk memungut barang-barangnya yang terjatuh.

"Maaf saya buru-buru," Ucap pria itu dengan tergesa-gesa.

"Tidak apa-apa silahkan lanjutkan perjalanan anda!" Jawab Selin masa bodoh dan sibuk dengan dirinya sendiri.

Pria itu menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat dan terimakasih lalu berlari ke dalam ruangan perlombaan. Selin membeku sejenak saat menyadari suara pria yang baru saja bertabrakan dengannya terasa tidak asing dan begitu familiar. Kepalanya terangkat untuk melihat pria yang sudah berlari itu. Namun, sayangnya yang terlihat hanya punggung tegapnya yang semakin menghilang.

Selin bangun dan cepat-cepat berlari untuk menonton kedua anak tersayangnya. Dari kejauhan Selin melihat Niera ibunya melambaikan tangan ke arah nya.

"Huh, Bu Juna sama Jeno udah tampil belum?" Tanya Selin dengan napas yang terputus-putus karena kelelahan sudah berlari.

"Itu mereka," Jawab Niera sambil menunjuk cucunya yang sedang berjalan masuk ke dalam gelanggang perlombaan.

Selin tersenyum penuh kebanggaan saat melihat kedua anaknya yang sedang melakukan Kata Beregu. Rasa lelah karena berlari langsung menguap begitu saja saat melihat anaknya yang begitu hebat dan berbakat di umur mereka yang masih belia. Tidak terasa air mata keluar dari pelupuk matanya.

Di dalam hati Selin sangat bersyukur karena tuhan sudah berbaik hati menitipkan Juna dan Jeno ke dalam kehidupannya yang begitu hancur dan menyedihkan. Walaupun mereka dibesarkan tanpa kehadiran seorang ayah, tapi mereka masih bisa tumbuh dengan luar biasa dan begitu dewasa. Mereka selalu melindungi Selin dan menyayanginya tanpa bertanya banyak hal tentang asal usul mereka yang belum berani Selin ceritakan.

Melihat Juna dan Jeno memakai baju Karate membuat Selin teringat kepada wajah Ayah mereka yang begitu tergambar jelas dari wajah kedua anaknya. Selin memejamkan kedua matanya untuk mengurangi rasa sesak dihatinya.

"Anak ku," Gumam Selin bangga saat Juna dan Jeno sudah selesai melakukan gerakan mereka dengan sangat sempurna.

"Bundaaaaa!" Tidak lama kemudian sebuah teriakan terdengar oleh Selin.

Selin tersenyum hangat dan membentangkan kedua tangannya kepada anak-anak tersayangnya. Jeno berlari dan langsung berhambur ke pelukan Selin, sedangkan Juna berjalan dengan santai dan ikut memeluk Selin dengan penuh bahagia.

"Nda tadi Eno bagus nggak tampilnya?" Tanya Jeno bangga.

Selin mengecup puncuk kepala Jeno. "Bagus banget nak, kamu memang anak Bunda yang paling berbakat!"

"Oh jadi Juna nggak hebat ya Bun?" Sela Juna sedikit kesal.

"Cie abang mu cemburu," Selin terkekeh dan langsung memeluk Juna.

"Haha abang cemburu!" Ejek Jeno penuh kemenangan.

"Jangan cemburu sayang, pokoknya kalian adalah jagoan-jagoan Bunda yang hebat-hebat. Mau kalian atau kalah juga, Bunda tetap bangga sama kalian."

"Jangan pernah remehkan kamu Bun, Lihat saja aku dan Jeno hari ini akan memenangkan mendali emas."

Ternyata ucapan sombong Juna bukanlah bualan belaka, saat pengumuman pemenang. Juna dan Jeno menjadi peraih mendali Emas cabang kata beregu cilik.

Selin berdiri di pinggir gelanggang dengan penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Dari kejauhan Jeno dan Juna berbisik kepada MC untuk memanggil Selin agar datang kepada mereka.

"Kepada Ibunda tercinta dari Jeno dan Juna silahkan untuk bergabung ke atas panggung," Panggil host yang berhasil membuat heboh penonton yang hadir.

"Aku?" Tanya Selin pada dirinya sendiri.

"Ya iyalah kamu, emangnya ibu si kembar siapa lagi Lin Lin!" Ucap Anet gemas sendiri.

Selin menghela napasnya panjang dan mulai memberanikan diri untuk menghampiri kedua anaknya yang akan mendapat penghargaan.

"Waw, ternyata ibu dari si kembar yang begitu luar biasa dan begitu cantik!" Goda pembawa acara yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari si kembar.

"Jangan macan-macam dengan Bunda!" Ucap mereka serempak dan berhasil membuat semua orang yang hadir tertawa bahagia.

"Eh, Jeno jangan seperti itu paman kan hanya bercanda."

Jeno cemberut kesal karena di omeli oleh Bunda tercintanya padahal dia hanya ingin melindungi Bunda tersayangnya.

"Kami panggilkan Bapak Barra Kenzo Julian untuk memberikan mendali emas kepada pemenang kita yang luar biasa ini."

Deg! Senyum di wajah Selin langsung luntur saat mendengar nama seorang pria yang membuatnya tersakiti selama bertahun-tahun di panggil oleh MC. Selin memutar pandangannya dan betapa bodohnya dia saat baru menyadari jika wajah Barra terpasang di mana-mana karena dia merupakan sponsor dari perlombaan karate ini.

"Wah Bunda! Idola ku Barra Kenzo datang!" Ucap Jeno histeris karena dia akan bertemu dengan idola kebanggaannya.

"Berisik!" Gumam Juna jengah.

Barra berjalan dengan semangat untuk menghampiri dua anak kembar yang berhasil menarik perhatiannya. Melihat kedua anak itu dia seperti melihat dirinya sendiri waktu masih kecil. Barra tersenyum penuh bangga dan memakaikan mendali pada mereka berdua.

"Selamat ya nak," Ucap Barra gemas sambil mengacak-acak rambut Juna dan Jeno bangga.

Karena merasa diperhatikan oleh seseorang Barra mengangkat pandangannya kepada Ibu kedua anak itu untuk mengucapkan selamat. "Selamat anda sudah membesarkan anak dengan sangat bai-k." Ucap Barra terhenti saat melihat wajah wanita dihadapannya dengan jelas.

Selin menghela napasnya berat dan menatap Barra dengan tatapan sendu. Dengan berat hati dia membalas uluran tangan Barra dan tersenyum hormat. "Terimakasih," Jawab Selin dengan tangan yang saling berjabat dengan Barra, seorang pria yang sudah membuat hidupnya berantakan tapi sekaligus menitipkan dua anak yang berhasil mengobatinya.

Terpopuler

Comments

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

barra selingkuh ya

2021-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!