Bab 9 : Selalu dipertemukan

Selin menatap nanar keluar jendela merasa heran kenapa Kania dengan tidak tahu malunya mengajaknya untuk mengobrol. Sebenarnya Selin sangat tidak sudi, bahkan melihat wajah Kania saja sudah membuatnya ingin muntah. Tapi bagaimana pun juga Selin ingin berusaha terlihat baik-baik saja dan perlahan menghadapi kenangan di masa lalu yang selama ini dia hindari.

"Kak," Panggil Kania pelan dengan perasaan sedikit tidak enak.

Selin memutar bola matanya malas, dia melipat kedua tangannya dengan pandangan menusuk ke arah Kania. Masa bodoh dengan jabatan Kania di perusahaan ini, pokoknya Selin akan bersikap seenaknya.

"Apa?! Waktu ku tidak banyak!" Jawab Selin tegas dengan tampang datarnya.

"Aku ingin minta maaf, karena kehadiran ku.." Kania . Menjeda ucapannya. "Pernikahan Kakak dan Mas Barra hancur."

"Mas?! Wanita ****** ini memanggil Mas di hadapanku!" Gumam Selin di dalam hati dengan perasaan yang rasanya ingin menjambak rambut wanita dihadapannya dengan kencang.

"Aku tidak peduli, kamu tidak perlu minta maaf karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan wanita ****** seperti mu!" Jawab Selin dengan tampang datarnya.

Selin bisa melihat raut tersentak Kania akibat ucapannya, tapi wanita itu dengan pintar mengontrol wajahnya agar terlihat polos seperti biasa.

"Baiklah aku cukup tahu diri, dengan Kakak bersedia mengobrol dengan ku saja sudah membuat ku bahagia."

Selin tidak merespon dan menunggu

"Kak, sekarang aku berada di posisi Kakak beberapa tahun yang lalu. Setelah menjalani hubungan ini, Mas Barra tidak berniat menikahi ku," Ucap Kania dengan pandangan yang sudah berkaca-kaca.

Rasanya Selin ingin tertawa terbahak-bahak dan menyumpah serapah pada Kania, tapi anehnya hatinya terasa tersayat mendengar ucapan Kania. "Aku kira mereka sudah menikah dan hidup bahagia, tapi kenapa seperti ini. Apa yang membuat mu berubah seperti ini Kak, entah kenapa setelah kau khianati. Rasanya di hati ku yang paling dalam, aku masih berharap kalo kamu melakukan semua ini karena sebuah alasan. Tapi kenapa kamu mengkhianati secercah harapan di hati ku, dan kembali menyakiti orang lain." Gumam Selin di dalam hatinya dengan perasaan sendu.

"Memang nya hubungan kalian sudah sejauh apa?" Tanya Selin dengan pandangan yang menerawang ke arah luar.

"Hubungan kami, hubungan kami sudah sampai ... Hiks, hiks, hiks.."

Selin membeku di tempat, mengetahui hubungan mereka sudah sejauh itu kenapa hatinya kembali terasa tersayat. Rasanya kepedihan di masa lalu baru terjadi kemarin. Selin menghela nafasnya berat, sepertinya Barra benar-benar berubah. Jika kekasihnya saja dia telantarkan bagaimana bisa dia menerima kehadiran Juna dan Jeno yang selama ini tidak diketahuinya.

Selin kembali menatap Kania yang sedang sibuk mengelap air matanya. "Semoga kamu bisa berdamai dengan keadaan dan belajar dari kesalahan. Menurutku hubungan yang di mulai di atas penderitaan orang lain tidak berhak untuk mengharapkan kebahagiaan." Ucap Selin yang begitu menohok.

"Aku bukanlah orang baik yang akan mengasihani mu, bersikaplah seolah-olah kita tidak pernah mengenal. Aku permisi banyak yang harus aku urus!" Selin beranjak meninggalkan Kania yang sedang masih menangis.

Selepas Selin pergi, raut sedih Kania langsung berubah menjadi penuh sinis, tangannya terkepal penuh kekesalan karena Selin sudah mengabaikannya. "Aku tidak akan membiarkan mu bahagia!" Gumam Kania di dalam hati dengan penuh amarah.

*****

Selin berjalan lemas keluar dari kafe, dia tidak habis pikir hari pertamanya bekerja akan kacau seperti ini. Rasanya dia ingin sekali menangis tanpa alasan yang jelas.

"Kenapa aku sedih, apa karena aku bekerja di perusahaan Barra, atau karena kesal melihat Kania. Tapi sepertinya hal itu tidak membuat ku sesedih ini. Sepertinya aku kecewa dengan harapan ku sendiri, aku kecewa dengan ekspektasi yang terlalu berlebihan pada Barra. Mendengar sikap Barra yang berubah kurang ajar seperti itu entah kenapa membuat ku sangat sedih, Kak.. Kenapa kamu berubah.. Kamu dulu orang baik yang tidak mungkin menyakiti wanita seperti itu... Kak aku merindukan mu yang dulu." Monolog Selin di dalam hati.

"Hiks, hiks, hiks, hiks.." Sepertinya Selin sudah tidak menahan air matanya lagi. Selin berjongkok dengan kepala yang di benamkan di lipatan pahanya.

Tik! Tik! Tik! Tik!

Grrrrr...

Jrasss... Jrass.. Jrasss..

Sepertinya langit pun ikut bersedih melihat Selin yang menangis sendirian di pinggir jalan. Perlahan air turun dari langit membasahi bumi. Tubuh Selin yang hanya diselimuti oleh kain sudah berubah menjadi basah kuyup.

Brttt!

Terdengar suara orang membukakan payung di dekatnya. Dengan perlahan Selin menengadahkan kepalanya untuk melihat orang itu. Kedua bola mata Selin membulat sempurna ternyata orang yang memegang payung untuknya adalah Barra.

Barra berjongkok di depan Selin, "Bangunlah, jangan sampai orang lain melihat mu seperti ini." Ucap Bara datar lalu meraih tangan Selin untuk memegang payung yang awalnya di pegang olehnya.

Selin masih membeku di tempat dengan perasaan tidak percaya, perlahan pandangannya turun ke arah tangannya yang sedang memegang payung. Saat dia menengadahkan kepalanya untuk melihat ke arah Barra, Barra sudah menghilang.

Selin menoleh ke belakang "Terimakasih," Gumamnya sambil memperhatikan punggung Barra yang membelakanginya yang sedang berjalan dengan payung yang lain.

*****

Jras! Jras! Jras!

Selin berlari ke arah lobi dengan payung di genggamannya. Saat sudah sampai dia cepat-cepat melipat payung pemberian Barra dan merapihkan penampilannya yang sudah seperti kucing kecebur got.

"Ndaaa!" Selin langsung menoleh saat mendengat teriakan Jeno. Selin memutar pandangannya mencari keberadaan Jeno untuk memastikan, karena bisa saja itu hanya khayalan Selin. Selin tersentak saat menoleh ke bawah ternyata Jeno sudah berdiri di hadapannya dengan wajah yang berbinar.

"Eno kenapa kamu ada disini, bukannya hari ini ada jadwal pemotretan."

"Kan kita pemotretan disini Bunda!" Timpal Juna yang sedang berjalan santai ke arah Selin.

Selin menoleh ke arah Anet dengan tatapan menusuknya. "Net? Yang bener, mereka nggak bercanda kan?"

"Bener Sel, gue juga baru sadar kalo mereka pemotretan di perusahaan ini."

Selin menghela nafasnya berat, kemudian tersenyum ke arah si kembar. "Hmmm, kalian nggak boleh nakal ya."

Jeno menatap Selin penuh kekhawatiran. "Ndaa, kenapa bajunya basah. Kan kata Nda kita nggak boleh kehujanan nanti sakit."

"Tadi Bunda beli kopi tapi malah turun hujan, Eno tenang aja Bunda nggak bakalan sakit."

"Makasih Abang, kalian baik-baik sama Tante Anet ya. Bunda mau ke dalam dulu."

"Iya Bun." Ucap Juna paham.

Jeno menoleh ke arah lain. "Wah Om Balla, ko sama perempuan ya."

Refleks Selin mengikuti arah pandang Jeno, dia tersenyum kecut saat melihat Barra sedang berjalan di tengah hujan dengan Kania di sampingnya. Pandangan Selin beralih pada payung di genggaman nya, dia baru sadar sepertinya payung ini awalnya ditujukan untuk Kania. Selin menengadahkan kepalanya agar air matanya tidak keluar lagi dan cepat-cepat berpamitan pada anaknya. "Bunda pergi dulu ya sayang," Ucapnya dan langsung bergegas pergi.

Pluk! Dengan penuh tenga Selin membuang payung pemberian Barra ke tong sampah. Semua perilaku yang Selin lakukan tidak luput dari penglihatan Barra yang sejak tadi memperhatikannya.

"Eh ada Juna dan Jeno," Sapa Barra ramah pada si kembar dengan pandangan ke arah Selin yang hendak masuk ke dalam lift.

Jeno bersiap membuka mulut untuk menjawab Barra. Tapi sebelum niatannya selesai Barra sudah lebih dulu menghilang dari hadapannya .

"Om permisi dulu ya, ada urusan." Pamit Barra dan cepat-cepat berlari untuk mengejar Selin.

Kania mendengus sebal karena sejak tadi diabaikan oleh Barra. Dia hendak menyusul Barra namun, Bruk! Kakinya tersandung begitu saja.

"Tante nggak papa?" Juna mengulurkan tangannya pada Kania.

Kania tertegun melihat tangan mungil dihadapannya. "Nggak papa ko, Tante permisi ya."

"Eh nama Tante itu Kania ya, wah ternyata Tante lebih cantik dari yang di foto." Ucap Juna memuji Kania padahal dia sedang menahan Kania agar tidak menyusul Barra.

Kania mengangkat pandangannya lalu membeku di tempat saat menyadari anak kecil dihadapannya sangat penuh karisma dan berhasil memikat hatinya. Dia tersipu malu karena di puji oleh Juna, sampai-sampai niatannya menyusul Barra menghilang begitu saja.

Di tempat lain Selin menekan tombol lift dengan perasaan sebal, dia langsung bergegas masuk dan bersandar dengan kedua mata yang perlahan terpejam.

Drap! Drap! Drap! Dari kejauhan Barra sedang berlari untuk menyusul Selin. Pintu lift hampir menutup tapi untungnya dengan sigap dia masuk ke dalam lift yang hanya berisi Selin.

"Hosh, hosh, hosh." Barra memegang lututnya dengan nafas yang terputus-putus.

Kehadiran Barra yang tiba-tiba sepertinya tidak mengusik Selin sedikit pun. Buktinya saat ini dia masih memejamkan matanya dengan pikiran yang sedang melayang. Barra mengangkat pandangannya untuk melihat Selin, dia tidak menyangka jika Selin akan bekerja dibperusahaannya. Dia kira melihat Selin saat tadi pagi adalah halusinasinya, tapi ternyata hal itu salah.

Set! Barra membuka Jas yang dipakainya untuk dipakaikan ke bahu Selin yang sudah basah kuyup. Aroma khas Barra yang menempel di Jas itu perlahan mengganggu indra penciuman Selin, perlahan kedua matanya terbuka untuk melihat siapa yang sedang berada di sampingnya.

*******

Jangan cuma baca aja ya, jangan lupa klik tombol like, vote dan komen sebanyak-banyaknya. :)

Terpopuler

Comments

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

hubungan Kania dan barra itu sampai mana

2021-12-30

1

Ciciek Hutapea

Ciciek Hutapea

masak bara ga hitung umur anaknya selin

2021-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!