Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu

Selin menatap uluran tangan Barra dengan lemas, rasanya dunia akan berhenti saat ini juga. Dia menghela nafas panjang memikirkan bagaimana caranya mereka bisa pulang tanpa uang sepeserpun.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu sering menghela nafas?" Tanya Bara dengan senyuman samar di wajahnya.

Selin tidak habis pikir kenapa Bara masih bisa tersenyum di situasi yang seperti ini. Melihat senyuman di wajah Bara malah membuat kekesalan Selin semakin meningkat. Tanpa membalas uluran tangan Bara Selin bangkit begitu saja lalu merapihkan penampilannya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Selin sedikit kesal.

Bara terkekeh melihat raut putus asa bercampur kekesalan Selin, cepat-cepat dia merogoh saku nya dan memberikan uang seratus ribu beberapa lembar kepada Selin. "Kita pulang dengan ini," Wajah muram Selin langsung berubah bersinar seketika penuh semangat.

Bara membuang wajahnya menahan senyuman karena tidak tahan melihat wajah Selin yang begitu menggemaskan. "Cukup?" Tanya Bara penasaran.

Selin sibuk menghitung uang pemberian Bara lalu mengangguk semangat. "Cukup, kita masih bisa makan dan naik bus. Tapi sepertinya rencana kunjungan harus di tunda."

"Hmm, baiklah. Ayo jangan diam saja di sini," Bara mengangguk paham dan mulai berjalan tanpa arah tujuan.

"Hmmm," Mau tidak mau Selin harus menurut kepada Bara. Dia harus sedikit menurunkan rasa bencinya agar bisa pulang dengan selamat. Karena bagaimanapun juga uang di tangannya adalah milik Bara.

"Aku tidak menyangka sopir taksi itu akan berbuat jahat pada kita, padahal di tampang nya dia terlihat orang baik-baik." Ucap Selin dengan pandangan menerawang.

"Menilai orang jangan dari penampilannya karena hal itu tidak menjamin." Celetuk Bara yang langsung diangguki oleh Selin.

"Bener banget! Aku juga salah nilai kamu." Gumam Selin di dalam hati. "Iyup! Bener banget. Aku juga dulu salah nilai orang alhasil hidup ku berantakan," Timpal Selin yang berhasil menghentikan langkah Bara.

"Kenapa liat nya gitu banget? Aku nggak bermaksud nyindir Bapak ko!" Ucap Selin panik karena tiba-tiba Bara menatapnya dengan sangat menusuk.

Bara melanjutkan langkahnya dan menyesali sikapnya yang begitu ketara. "Bisa nggak jangan panggil Bapak, aku belum Bapak-Bapak Selin."

Selin memutar bola matanya malas. "Terus aku harus panggil apa? Sebutan itu udah yang paling cocok tahu!"

"Panggil Kakak aja." Ucap Bara yang berhasil membuat Selin keheranan.

"Ahahahaha, sadar umur deh jadi orang." Refleks Selin memukul bahu Bara.

Itu hanya pukulan biasa tapi memberikan efek yang begitu luar biasa bagi Bara. Tanpa dia sadari senyuman menghiasi wajah tampannya. "Emang aku masih muda ko," Jawab Bara dengan penuh percaya diri.

Selin memutar bola matanya malas, kemudian memutar pandangan untuk mencari tempat duduk. Kedua bola matanya langsung berbinar bahagia saat tidak sengaja melihat Warung Nasi Padang yang tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri. "Ayo kita makan dulu, aku lapar!" Teriak Selin dengan penuh semangat.

Bara hanya terkekeh dan mengikuti Selin dengan pasrah. Uangnya sudah di kuasai oleh Selin, asal kalian tahu uang yang sudah terlanjur dikuasai oleh seorang wanita mustahil rasanya untuk menariknya kembali. Alhasil Bara pasrah saja Selin akan membelikannya untuk apa.

"Mas jangan pakek sambal ya! Nasinya juga jangan terlalu banyak sedikit aja." Pesan Selin pada Mas penjual.

Bara menatap sendu ke arah Selin, ternyata Selin masih mengingat hal-hal yang tidak di sukai oleh Bara. "Aku tahu menyukai mu adalah sebuah kesalahan, tapi melihat mu yang seperti ini malah membuatku semakin ingin memiliki mu kembali." Gumam Bara di dalam hati dengan penuh kepedihan.

*****

"Gimana di angkat nggak?" Ucap Bara penasaran.

Selin menggelengkan kepalanya kecewa. "Nggak, mereka pada kemana ya. Biasanya mereka nggak pernah mengabaikan panggilan ku," Selin beralih menatap ke arah Bara. "Coba Bapak hubungi orang-orang di kantor atau siapa aja yang bisa bantu kita." Selin memberikan ponsel tukang Nasi Padang pada Bara.

"Aku nggak hapal nomor siapapun," Jawab Bara sedikit menahan rasa gengsinya.

"Huuuh, masa sih nggak hapal nomor satupun kemana otak cerdas mu yang dulu." Gumam Selin sambil memijat alisnya yang terasa pening.

"Apa?" Tanya Bara penuh tanda tanya.

"Nggak!" Jawab Selin penuh kekesalan.

Memang wanita adalah makhluk yang paling sulit di mengerti. Beberapa menit yang lalu Selin terlihat bersemangat dan bahagia dan sekarang sudah marah-marah lagi.

Dengan lemas Selin bangkit dari duduknya dan memberikan ponsel milik Tukang Nasi Padang yang barusan dia pinjam. "Ayo kita naik bus aja biar bisa pulang," Ajak Selin pada Bara.

******

Selin kira di siang hari seperti ini penumpang bus tidak akan terlalu penuh, tapi ternyata malah sebaliknya. Selin harus berdiri berhimpitan dengan orang lain karena tidak kebagian kursi untuk duduk. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itu adalah pribahasa yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan Selin saat ini.

Drek!

Sopir Bus mengerem secara mendadak, tubuh ramping Selin terhuyung ke depan karena sejak tadi Selin hanya melamun dan mengoceh sampai-sampai dia lupa untuk berpegangan.

"Aduh," Gumamnya tertahan karena tiba-tiba ada tangan yang mencegah tubuhnya bertabrakan dengan tiang pembatas.

"Makanya jangan melamun, pegangan yang kuat." Ucap Bara sedikit kesal karena sejak tadi ia melihat Selin hanya melamun.

Selin masih tertegun dan memperhatikan tangannya yang di genggam sangat erat oleh Bara. "Eh, iya Pak!"

Mendengar jawaban Selin, Bara hanga mengangguk malas dengan pandangan yang sibuk mencari tempat duduk kosong. "Ayo sini, ada penumpang yang turun." Ucap Bara dengan tangan yang sibuk menarik Selin agar mengikutinya.

Tanpa banyak komentar Selin mengikuti ajakan Bara, kedua mata Selin langsung berbinar saat melihat kursi kosong di ujung sana. Tanpa berlama-lama Selin langsung duduk dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal.

"Haah, akhirnya." Gumam nya sambil menghela nafas panjang penuh kelegaan. "Makasih Pak," Ucap Selin sambil membungkukkan kepalanya.

Bara membuang pandangannya agar senyuman samar di wajahnya tidak terlihat oleh Selin. "Hmmm," Gumam Bara sebagai jawaban dan menyusul duduk di samping Selin.

Selin tersenyum hangat ke arah Bara penuh terimakasih, ternyata ucapannya kepada Bara beberapa minggu lalu saat di dalam lift, tidak sia-sia. Sejak saat itu sikap Bara berubah selayaknya atasan pada bawahan, dan Selin nyaris melupakan jika dulu Bara adalah mantan suaminya.

"Terimakasih sudah bersikap profesional dan membuatku merasa nyaman tanpa merasakan ancaman," Gumam Selin di dalam hati dengan kedua mata yang perlahan terpejam.

Pluk! Bara yang awalnya sibuk berdebat dengan pikirannya sendiri tertegun di tempat duduknya saat merasakan kepala Selin bersandar di bahu nya. Mata Bara menoleh ke arah Selin dengan tatapan sendu, perlahan tangannya sedikit terangkat untuk meraih surai rambut Selin yang menutupi wajah cantiknya.

"Maafkan karena aku egois ingin terus di dekat mu, meski ku tahu kau bukanlah milik ku lagi." Gumam Bara di dalam hati sedikit merasa menyesal karena dia berpura-pura tidak hapal satupun nomor bawahannya. Padahal jika dia mau berkat kegeniusannya itu, dia bahkan bisa hapal nomor telpon tukang satpam penjaga Alfa di samping rumahnya yang tidak ia kenal. Bara memang sengaja berpura-pura bodoh agar bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama bersama Selin.

******

Jangan lupa klik tombol Vote, Komentar dan Share. Baca juga karya author yang lainnya :)

Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!