Mata Jeno yang cemerlang tidak bergeser sedikit pun daei gawai nya yang menampilkan film Doraemon, serial kesukaannya yang sudah sangat mendarah daging. Siapa pun tidak ada yang berani mengganggu Jeno ketika sedang menonton Robot Kucing yang berwarna biru itu.
Ting!
Suara notifikasi top up tertampil begitu saja tanpa permisi. Jeno mendengus sebal dengan mata yang berkaca-kaca, saat melihat sang pengirim pesan bola mata Jeno langsung membulat sempurna. Dia langsung menegakkan tubuhnya dan cepat-cepat membuka pesan yang masuk.
From : Bang Jun
"Eno! Datang ke kamar abang sekarang juga, kita harus rapat!"
Jeno yang sedang asik menonton film Doraemon di ponselnya menghela napasnya sebal, dia heran kenapa Abangnya selalu hobby mengganggu waktu santainya. Tapi sayangnya dia tidak mempunyai keberanian untuk melawan Abang Juna yang agung, yang umurnya hanya beda beberapa menit dengannya.
Selin menatap heran ke arah Jeno yang beranjak dari tempat favoritnya, padahal waktu istirahat Jeno masih tersisa tiga puluh menit lagi. Cukup untuk menyelesaikan Film Doraemon favoritnya. Sejak dulu Selin selalu mendidik kedua anaknya dengan disiplin, dia memberikan waktu bersantai sekitar dua jam setiap harinya.
"Jeno mau ke mana?" Tanya Selin penuh tanda tanya.
Jeno menatap Selin dengan wajah cemberutnya. "Aku mau ke kamar Abang Nda," Jawabnya lemas.
Selin terkekeh, begitulah Jeno. Sejak dulu dia tidak pernah membantah Juna. Mungkin bagi Jeno, Juna adalah manusia kedua yang paling berharga dan harus dihormati setelah Selin. "Ambil ini, makan bareng sama Abang ya. Ingat nggak boleh berantem, bagi rata buah nya." Ucap Selin sambil memberikan nampan yang sudah berisi buah-buahan.
"Siap Nda," Jawab Jeno dengan semangat yang kembali, karena ada susu strawbery kesukaannya yang sudah tersaji di nampan.
Jeno menaiki tangga susah payah dengan tangan yang setia memegang nampan yang berisi sepiring buah-buahan dan dua gelas susu.
*****
Ternyata sejak tadi Jeno sudah menunggu kedatangan Jeno sambil membaca buku di depan kamarnya. Berbeda dengan Jeno yang selalu menghabiskan waktu dua jam nya dengan menonton Doraemon, Juna malah menggunakan waktunya untuk belajar dan membaca buku yang biasanya diperuntukan bagi orang-orang dewasa. Tidak jarang Selin merampas buku-buku milik Juna yang dianggapnya terlalu dini untuk dibaca oleh anak yang berusia empat tahun. Malah pada umumnya anak berusia empat tahun belum bisa membaca sedikit pun.
"Kamu telat satu menit Eno," Sambut Juna saat Jeno sedang berjalan susah payah ke arahnya.
"Haah," Jeno menghela napasnya panjang. Dia susah payah berjuang untuk membawa dua cangkir susu dan semangkuk buah-buahan menaiki tangga, tapi Juna malah menyambutnya dengan omelan.
"Ada apa Bang?" Tanya Jeno sambil duduk di samping Juna.
"Kita ngobrolnya di kamar," Ucap Juna kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di kursi kebanggaannya sambil memperhatikan Jeno yang susah payah masuk ke dalam kamarnya. "Duduk!"
Jeno langsung duduk di tempatnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Ini buah sama susunya di simpan di mana?"
Juna menghela napasnya panjang, bisa-bisanya Jeno masih bertanya padahal meja terletak di depannya. "Simpan di meja," Ucapnya singkat seperti biasa.
"Susu rasa Strawbelly punya Eno!, yang Abang rasa cokelat. Kata Nda buah mangga nya harus di bagi lata. Awas aja kalo Abang kolupsi!"
"Huuuh, iya-iya bawel. Ayo kita harus rapat."
Jeno dan Juna menegakkan punggungnya mereka saling beradu tatap dengan serius, "Kita mau bahas apa Bang?" Tanya Jeno serius.
Juna menatap Jeno dengan tatapan menerawang. "Ada sesuatu yang nggak beres antara Nda dan Om Barra."
Tanpa sepengetahuan Selin, Juna dan Jeno sering mengadakan rapat rahasia yang membahas berbagai permasalahan untuk di carikan solusinya.
Jeno mengangguk-anggukan kepalanya merasa setuju dengan yang Juna ucapkan. "Hmmm, aku kila hanya aku yang punya prasangka itu."
"Sejak kapan kamu ngerasa ada yang nggak beres?"
"Hmm, sejak Nda ngebakal poster Om Balla di kamar ku. Sejak dulu Nda nggak pernah marah sama Eno, tapi setiap Eno bahas Om Balla sikap Nda langsung berubah. Nda kayak jijik banget sama Om Balla." Ujar Jeno panjang lebar menceritakan kejanggalan yang dirasakannya.
"Hmmm, kemarin waktu kamu tidur di mobil. Sebenarnya Bunda itu nahan nangis tahu."
Mendengar ucapan Juna kedua bola mata Jeno membulat sempurna. "Apa?! Kok Eno nggak tahu?"
"Ya nggak tahu lah, kan kamu nya tidur gimana sih. Dimana IQ tinggi mu itu," Jawab Juna jengah dengan sikap Jeno yang seperti orang bodoh.
Jeno terkekeh melihat wajah kesal Abangnya itu. "Hihihi, IQ Eno lagi di simpan di kamar digunakannya kalo perlu aja. Jadi, Kenapa Nda nangis?" Kedua bola mata Jeno sudah berubah berkaca-kaca karena merasa menyesal tidak memeluk Selin ketika sedih.
"Ya gara-gara Eno yang susah di atur. Kemarin siapa coba yang ngerengek-rengek sama Bunda mau di foto sama Om Barra. Jelas-jelas Bunda udah nolak, emang kamu nggak liat wajah Bunda udah berapi-api kayak gunung mau meletus."
"Hehehe, Sebenarnya selain mau di foto sama Om Balla, Eno juga mau tahu sebenarnya Nda itu benci atau nggak ke Om Balla. Tapi Eno nggak tahu kalo sikap Eno yang keterlaluan itu, malah buat Nda sedih."
"Mulai sekarang Eno nggak boleh bikin Nda sedih lagi. Kalo Nda nolak ya udah turutin jangan kayak anak kecil, kita harus belajar memahami Nda. Abang yakin Nda bersikap kaya gitu pasti ada alasannya."
Jeno mendengarkan nasihat Juna dengan serius, dia merasa gagal menjadi anak yang baik. Dia kira Bundanya tidak akan sesedih itu karena bertemu dengan Barra. Jeno dibuat semakin penasaran dengan masa lalu bundanya bersama Barra. "Hmm, kan Eno emang masih anak kecil Bang." Ucap Jeno dengan pikiran yang melayang.
"Eno," Juna menatap Jeno dengan tatapan tajamnya.
"Hihihi, iya-iya Eno bercanda ko.Terus sekarang kita harus gimana soal Om Balla?"
"Hmm, awalnya dari dulu Abang udah nggak sabar mau stalking Om Barra sama cari info departemen agama soal pernikahan Nda, tapi Abang nggak mau ngorek sesuatu yang Nda larang. Abang mau ngasih waktu dan nunggu sampai Nda siap cerita semuanya sama kita." Memang sejak dulu Juna sudah memiliki pemikiran yang sangat dewasa dan mengagumkan.
Jeno mengangguk setuju, "Hmm, Eno juga mau ikutin abang aja."
Buk! Juna menutup buku catatannya dan menyimpulkan hasil rapat kali ini. "Mulai sekarang kita tahan dulu rasa penasaran kita, dan nunggu Nda siap nyeritain semuanya sama kita. Bagaimana pun juga kita harus tahu semua yang terjadi sama Nda di masa lalu."
"Oke." Jawab Jeno sebagai penutup rapat kali ini.
Juna cepat-cepat berlari ke arah meja dan meraih segelas susu strawberry milik Jeno. Glek! Glek! Glek! Dia meminum susu milik Jeno hingga tandas. "Aah, mantap!"
Manusia tidak ada yang sempurna, begitu pun dengan Juna. Di tengah-tengah sikap Genius dan dewasanya, dia masih memiliki sikap anak-anak yang usil dan suka menjahili adiknya yang sangat menggemaskan itu.
Jeno masih mematung melihat kejadian dihadapannya. "Abang! Itu susu strawbelly milik Eno." Teriak Jeno saat kesadarannya sudah datang.
"Udah abis Eno," Ucap Juna santai dan bersiap pergi.
"Abang!!!!!" Teriak Jeno dengan kekesalan yang sudah memuncak.
Prang!
Prang!
Prang!
Grubuk! Grubuk!
"Juna! Jeno! Kata Bunda juga jangan berantem!" Teriak Selin dari lantai bawah.
Anet yang sedang asik memainkan ponselnya menoleh ke arah Selin. "Mereka kenapa Sel?"
"Paling Juna lagi ngerjain adiknya, aduh aku ketinggalan nggak bisa liat tingkah mereka yang kayak anak-anak." Ucap Selin sedikit kecewa karena tidak menyaksikan perkelahian anak kembarnya.
Anet menggeleng-gelengkan kepalanya tidak paham dengan jalan pikiran sahabatnya. "Emang mereka masih anak-anak kan Sel, gimana sih."
Selin terkekeh melihat raut sebal Anet. "Mmm, umur mereka masih anak-anak tapi pemikiran mereka udah dewasa Net. Nah kalo lagi berantem baru deh sikap anak-anaknya keluar. Aku yakin mereka berantem pasti karena Juna ngambil susu Strawberry milik Jeno."
"Ya kalo gitu, kenapa lo nggak bikin susu strawberry dua-dua nya?"
"Sengaja, aku sengaja pengen liat mereka berantem."
Kedua bola mata Anet membulat sempurna. "Haa? Apa?"
"Hahahaha," Selin tertawa karena tidak kuat melihat wajah Anet yang tidak terkontrol.
Anet memutar bola matanya malas. "Heran deh gue, gue kira nggak ada emak-emak kayak lo. Mungkin ini efek nikah terlalu dini kali ya."
"Sembarangan lo kalo ngomong," Timpal Selin tidak terima di tuduh seperti itu.
"Eh ada pesan masuk ke ponsel lo," Ucap Anet saat melihat ponsel Selin bergetar.
Dengan malas Selin meraih ponselnya di meja.
[From : 083*********6
Udah pulang?
By : Barra]
******
Jangan lupa Vote sama Komen ya ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Naga Bulan Salju
semua terreverse oleh selin
2022-05-22
1