Bab 5 : Susu Strawbery

Mata Jeno yang cemerlang tidak bergeser sedikit pun daei gawai nya yang menampilkan film Doraemon, serial kesukaannya yang sudah sangat mendarah daging. Siapa pun tidak ada yang berani mengganggu Jeno ketika sedang menonton Robot Kucing yang berwarna biru itu.

Ting!

Suara notifikasi top up tertampil begitu saja tanpa permisi. Jeno mendengus sebal dengan mata yang berkaca-kaca, saat melihat sang pengirim pesan bola mata Jeno langsung membulat sempurna. Dia langsung menegakkan tubuhnya dan cepat-cepat membuka pesan yang masuk.

From : Bang Jun

"Eno! Datang ke kamar abang sekarang juga, kita harus rapat!"

Jeno yang sedang asik menonton film Doraemon di ponselnya menghela napasnya sebal, dia heran kenapa Abangnya selalu hobby mengganggu waktu santainya. Tapi sayangnya dia tidak mempunyai keberanian untuk melawan Abang Juna yang agung, yang umurnya hanya beda beberapa menit dengannya.

Selin menatap heran ke arah Jeno yang beranjak dari tempat favoritnya, padahal waktu istirahat Jeno masih tersisa tiga puluh menit lagi. Cukup untuk menyelesaikan Film Doraemon favoritnya. Sejak dulu Selin selalu mendidik kedua anaknya dengan disiplin, dia memberikan waktu bersantai sekitar dua jam setiap harinya.

"Jeno mau ke mana?" Tanya Selin penuh tanda tanya.

Jeno menatap Selin dengan wajah cemberutnya. "Aku mau ke kamar Abang Nda," Jawabnya lemas.

Selin terkekeh, begitulah Jeno. Sejak dulu dia tidak pernah membantah Juna. Mungkin bagi Jeno, Juna adalah manusia kedua yang paling berharga dan harus dihormati setelah Selin. "Ambil ini, makan bareng sama Abang ya. Ingat nggak boleh berantem, bagi rata buah nya." Ucap Selin sambil memberikan nampan yang sudah berisi buah-buahan.

"Siap Nda," Jawab Jeno dengan semangat yang kembali, karena ada susu strawbery kesukaannya yang sudah tersaji di nampan.

Jeno menaiki tangga susah payah dengan tangan yang setia memegang nampan yang berisi sepiring buah-buahan dan dua gelas susu.

*****

Ternyata sejak tadi Jeno sudah menunggu kedatangan Jeno sambil membaca buku di depan kamarnya. Berbeda dengan Jeno yang selalu menghabiskan waktu dua jam nya dengan menonton Doraemon, Juna malah menggunakan waktunya untuk belajar dan membaca buku yang biasanya diperuntukan bagi orang-orang dewasa. Tidak jarang Selin merampas buku-buku milik Juna yang dianggapnya terlalu dini untuk dibaca oleh anak yang berusia empat tahun. Malah pada umumnya anak berusia empat tahun belum bisa membaca sedikit pun.

"Kamu telat satu menit Eno," Sambut Juna saat Jeno sedang berjalan susah payah ke arahnya.

"Haah," Jeno menghela napasnya panjang. Dia susah payah berjuang untuk membawa dua cangkir susu dan semangkuk buah-buahan menaiki tangga, tapi Juna malah menyambutnya dengan omelan.

"Ada apa Bang?" Tanya Jeno sambil duduk di samping Juna.

"Kita ngobrolnya di kamar," Ucap Juna kemudian masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di kursi kebanggaannya sambil memperhatikan Jeno yang susah payah masuk ke dalam kamarnya. "Duduk!"

Jeno langsung duduk di tempatnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Ini buah sama susunya di simpan di mana?"

Juna menghela napasnya panjang, bisa-bisanya Jeno masih bertanya padahal meja terletak di depannya. "Simpan di meja," Ucapnya singkat seperti biasa.

"Susu rasa Strawbelly punya Eno!, yang Abang rasa cokelat. Kata Nda buah mangga nya harus di bagi lata. Awas aja kalo Abang kolupsi!"

"Huuuh, iya-iya bawel. Ayo kita harus rapat."

Jeno dan Juna menegakkan punggungnya mereka saling beradu tatap dengan serius, "Kita mau bahas apa Bang?" Tanya Jeno serius.

Juna menatap Jeno dengan tatapan menerawang. "Ada sesuatu yang nggak beres antara Nda dan Om Barra."

Tanpa sepengetahuan Selin, Juna dan Jeno sering mengadakan rapat rahasia yang membahas berbagai permasalahan untuk di carikan solusinya.

Jeno mengangguk-anggukan kepalanya merasa setuju dengan yang Juna ucapkan. "Hmmm, aku kila hanya aku yang punya prasangka itu."

"Sejak kapan kamu ngerasa ada yang nggak beres?"

"Hmm, sejak Nda ngebakal poster Om Balla di kamar ku. Sejak dulu Nda nggak pernah marah sama Eno, tapi setiap Eno bahas Om Balla sikap Nda langsung berubah. Nda kayak jijik banget sama Om Balla." Ujar Jeno panjang lebar menceritakan kejanggalan yang dirasakannya.

"Hmmm, kemarin waktu kamu tidur di mobil. Sebenarnya Bunda itu nahan nangis tahu."

Mendengar ucapan Juna kedua bola mata Jeno membulat sempurna. "Apa?! Kok Eno nggak tahu?"

"Ya nggak tahu lah, kan kamu nya tidur gimana sih. Dimana IQ tinggi mu itu," Jawab Juna jengah dengan sikap Jeno yang seperti orang bodoh.

Jeno terkekeh melihat wajah kesal Abangnya itu. "Hihihi, IQ Eno lagi di simpan di kamar digunakannya kalo perlu aja. Jadi, Kenapa Nda nangis?" Kedua bola mata Jeno sudah berubah berkaca-kaca karena merasa menyesal tidak memeluk Selin ketika sedih.

"Ya gara-gara Eno yang susah di atur. Kemarin siapa coba yang ngerengek-rengek sama Bunda mau di foto sama Om Barra. Jelas-jelas Bunda udah nolak, emang kamu nggak liat wajah Bunda udah berapi-api kayak gunung mau meletus."

"Hehehe, Sebenarnya selain mau di foto sama Om Balla, Eno juga mau tahu sebenarnya Nda itu benci atau nggak ke Om Balla. Tapi Eno nggak tahu kalo sikap Eno yang keterlaluan itu, malah buat Nda sedih."

"Mulai sekarang Eno nggak boleh bikin Nda sedih lagi. Kalo Nda nolak ya udah turutin jangan kayak anak kecil, kita harus belajar memahami Nda. Abang yakin Nda bersikap kaya gitu pasti ada alasannya."

Jeno mendengarkan nasihat Juna dengan serius, dia merasa gagal menjadi anak yang baik. Dia kira Bundanya tidak akan sesedih itu karena bertemu dengan Barra. Jeno dibuat semakin penasaran dengan masa lalu bundanya bersama Barra. "Hmm, kan Eno emang masih anak kecil Bang." Ucap Jeno dengan pikiran yang melayang.

"Eno," Juna menatap Jeno dengan tatapan tajamnya.

"Hihihi, iya-iya Eno bercanda ko.Terus sekarang kita harus gimana soal Om Balla?"

"Hmm, awalnya dari dulu Abang udah nggak sabar mau stalking Om Barra sama cari info departemen agama soal pernikahan Nda, tapi Abang nggak mau ngorek sesuatu yang Nda larang. Abang mau ngasih waktu dan nunggu sampai Nda siap cerita semuanya sama kita." Memang sejak dulu Juna sudah memiliki pemikiran yang sangat dewasa dan mengagumkan.

Jeno mengangguk setuju, "Hmm, Eno juga mau ikutin abang aja."

Buk! Juna menutup buku catatannya dan menyimpulkan hasil rapat kali ini. "Mulai sekarang kita tahan dulu rasa penasaran kita, dan nunggu Nda siap nyeritain semuanya sama kita. Bagaimana pun juga kita harus tahu semua yang terjadi sama Nda di masa lalu."

"Oke." Jawab Jeno sebagai penutup rapat kali ini.

Juna cepat-cepat berlari ke arah meja dan meraih segelas susu strawberry milik Jeno. Glek! Glek! Glek! Dia meminum susu milik Jeno hingga tandas. "Aah, mantap!"

Manusia tidak ada yang sempurna, begitu pun dengan Juna. Di tengah-tengah sikap Genius dan dewasanya, dia masih memiliki sikap anak-anak yang usil dan suka menjahili adiknya yang sangat menggemaskan itu.

Jeno masih mematung melihat kejadian dihadapannya. "Abang! Itu susu strawbelly milik Eno." Teriak Jeno saat kesadarannya sudah datang.

"Udah abis Eno," Ucap Juna santai dan bersiap pergi.

"Abang!!!!!" Teriak Jeno dengan kekesalan yang sudah memuncak.

Prang!

Prang!

Prang!

Grubuk! Grubuk!

"Juna! Jeno! Kata Bunda juga jangan berantem!" Teriak Selin dari lantai bawah.

Anet yang sedang asik memainkan ponselnya menoleh ke arah Selin. "Mereka kenapa Sel?"

"Paling Juna lagi ngerjain adiknya, aduh aku ketinggalan nggak bisa liat tingkah mereka yang kayak anak-anak." Ucap Selin sedikit kecewa karena tidak menyaksikan perkelahian anak kembarnya.

Anet menggeleng-gelengkan kepalanya tidak paham dengan jalan pikiran sahabatnya. "Emang mereka masih anak-anak kan Sel, gimana sih."

Selin terkekeh melihat raut sebal Anet. "Mmm, umur mereka masih anak-anak tapi pemikiran mereka udah dewasa Net. Nah kalo lagi berantem baru deh sikap anak-anaknya keluar. Aku yakin mereka berantem pasti karena Juna ngambil susu Strawberry milik Jeno."

"Ya kalo gitu, kenapa lo nggak bikin susu strawberry dua-dua nya?"

"Sengaja, aku sengaja pengen liat mereka berantem."

Kedua bola mata Anet membulat sempurna. "Haa? Apa?"

"Hahahaha," Selin tertawa karena tidak kuat melihat wajah Anet yang tidak terkontrol.

Anet memutar bola matanya malas. "Heran deh gue, gue kira nggak ada emak-emak kayak lo. Mungkin ini efek nikah terlalu dini kali ya."

"Sembarangan lo kalo ngomong," Timpal Selin tidak terima di tuduh seperti itu.

"Eh ada pesan masuk ke ponsel lo," Ucap Anet saat melihat ponsel Selin bergetar.

Dengan malas Selin meraih ponselnya di meja.

[From : 083*********6

Udah pulang?

By : Barra]

******

Jangan lupa Vote sama Komen ya ..

Terpopuler

Comments

Naga Bulan Salju

Naga Bulan Salju

semua terreverse oleh selin

2022-05-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!