Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!

[Flash Back]

Bara melamun di kursinya, memikirkan hal apa yang harus dilakukannya untuk membantu Selin. Setelah dia tahu jika Selin sering diperlakukan kasar oleh Ibunya, Bara semakin gencar mencari tahu dan bertanya terus menerus pada Selin. Tapi sayangnya Selin tidak pernah terbuka kepadanya.

Tidak jarang Bara dengan tidak sengaja melihat Selin sedang menangis seorang diri. Tapi semua kepedihannya itu tidak pernah ditampakkan dihadapan Bara. Bara sudah sering berbicara kepada Ibunya agar tidak mengganggu Selin, namun tetap saja tanpa sepengetahuannya Ibunya masih berlaku kasar.

Bara sudah sering mengajak Selin untuk tinggal terpisah, tapi tetap saja Selin terus-terusan menolak dengan alasan kasihan kepada Meta yang akan tinggal sendirian jika mereka pisah rumah. Atau sayang uang lebih baik di pakai modal perusahaan atau di tabuh. Bara sudah bingung lagi harus melakukan apa, apalagi setiap hari sikap Ibunya semakin menjadi jadi. Dia sudah lelah melihat Selin pura-pura bahagia dan menangis seorang diri tanpa sepengetahuannya. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.

Sampailah pada suatu hari saat perlakuan Meta sudah melebihi batas, dengan teganya Meta mempermalukan Selin di depan teman Arisannya. Bara sudah tidak kuat dan tidak tega pada Selin. Pernah Bara merapihkan semua barang-barang Selin dan miliknya untuk pindah, tapi tetap saja Selin tidak mau. Sampai-sampai Bara bingung sendiri dibuat dari apa hatinya Selin, dia tetap sabar walaupun diperlakukan seperti itu.

Dan hari dimana Bara memutuskan ide bodohnya adalah hari di saat semua pikirannya kacau dan dia sudah tidak tahan melihat penderitaan Selin. Dia berpikir sepertinya pernikahan ini hanya membuat Selin menderita. Bagi Bara, Selin adalah wanita terbaik dan dia berhak bahagia dan diperlakukan dengan pantas.

"Kania," Panggil Bara pada sekretarisnya.

"Iya Pak." Jawab Kania sigap penuh penasaran.

Bara menghela nafasnya berat, "Tolong bantu saya," Ucap Bara sendu.

Kania mengangguk sebagai jawaban, kemudian menatap Bara untuk menunggu perintah yang akan diberikan padanya.

"Bantu," Bara menjeda ucapannya menetralkan kepedihan di hatinya. "Tolong berpura-pura menjadi selingkuhan ku di hadapan Selin, kamu hanya perlu diam tanpa melakukan apapun dan mengiyakan semua perkataan saya di hadapan Selin."

Bara bisa melihat raut terkejut Kania yang begitu jelas. "Bagaimana kamu mau?" Tanya Bara memastikan.

Dengan sedikit ragu Kania mengangguk sebagai jawaban. Dan terjadilah drama perceraian yang di buat Bara yang akhirnya membuat mereka semua menderita.

"Kamu berhak bahagia Selin, aku melepaskan mu bukan berarti aku tidak mencintai mu. Aku melepaskan mu agar aku berhenti menyakiti mu."

*****

Pagi-pagi si kembar dan Selin sudah duduk manis di atas meja makan. Juna dan Jeno saling senggol sambil memperhatikan Ibunya yang sejak tadi melamun seperti kurang semangat.

"Bunda kenapa?" Tanya Juna memberanikan diri.

Jeno menghentikan acara makannya dan menatap Selin penuh kekhawatiran. "Nda udah Nangis ya?"

Selin terkekeh tidak menyadari jika sejak tadi kedua anaknya sedang memperhatikannya. "Nggak sayang, Bunda cuma sedih aja hp yang kalian kasih ke Bunda hilang." Ucap Selin sedikit membeberkan apa yang terjadi padanya, tapi fakta jika ia beradu cekcok dengan Bara sengaja ia tutupi.

Juna tersentak lalu turun untuk menghampiri Selin. "Kenapa kemarin Bunda nggak bilang, terus gimana ceritanya bisa kecopetan?"

Selin tersenyum penuh haru lalu beranjak dari tempat duduknya untuk memeluk Juna. Mau tidak mau Selin mulai menceritakan kejadian yang sudah menimpanya dengan Bara. Kedua anaknya mendengarkan penuh perhatian dengan kedua alis yang nyaris lurus tapi menggemaskan.

"Selain itu ada lagi nggak yang buat Nda sedih?" Tanya Jeno saat Selin sudah selesai menceritakan ceritanya.

Selin mengelus puncak kepala Jeno penuh kelembutan. "Nggak ada. Sekarang hari libur kalian mau ngapain sama Bunda. Gimana kalo kita beli seragam TK buat kalian?" Selin berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

Kedua bola mata Jeno langsung berbinar bahagia saat Selin mengatakan jika mereka akan sekolah. "Nda daftarin kita sekolah?!"

"Iyuuup, beberapa hari yang lalu Bunda daftarin kalian sekolah lewat Website. Hari ini kita beli barang-barang sekolah kalian. Gimana setuju?" Selin ikut semangat dan bahagia.

"Setuju!!!" Teriak mereka kompak.

******

Sekarang mereka sedang asik memilih ransel untuk sekolah, di pusat pembelanjaan yang tidak terlalu jaih dari rumahnya.

"Ndaa bagusan mana, yang Doraemon atau yang Doraemon?" Jeno mengangkat dua ransel bergambar Doraemon ke arah Selin.

Selin menyipitkan kedua matanya berusaha mengamati kedua ransel itu yang tidak terlihat sama sekali perbedaannya. Melihat Bundanya kebingungan, Juna sang anak sulung yang tampan menginterupsi. "Sama kali ah, nggak perlu minta saran Bunda. Tinggal pilih aja satu kenapa harus ribet." Timpal Juna ketus tapi sebenarnya peduli.

Jeno mendengus sebal padahal dia tidak meminta pendapat Abangnya yang jutek itu."Ih beda Abang. Ransel yang ini ada gambar Suzuka nya kalo yang ini nggak ada. Masa yang kaya gitu aja nggak tahu, gimana sih." Jawab Jeno karena kesal.

Selin terkekeh sepertinya dia harus cepat-cepat melerai perdebatan kedua anak nya yang menggemaskan. "Mmm, Eno suka nggak sama Suzuka?" Tanya Selin lembut dan memperhatikan kedua ransel itu.

"Suukaa." Jawab Jeno dengan suara yang nyaring.

"Yaudah pilih yang ini aja, yang personilnya lengkap." Ucap Selin sambil menunjuk Ransel sebelah kanan.

Jeno menghela nafasnya panjang sambil memperhatikan Ransel yang satunya lagi. "Tapi yang ini kostumnya lucu mereka jadi para pendekar."

"Yaudah yang itu aja, kalo Eno suka." Jawab Selin setuju.

"Tapi yang ini nggak ada Suzuka nya, kalo yang ini ada." Jeno melirik sebelah Kanan penuh kebingungan.

"Jeno! Cepat pilih salah satu. Atau Abang tinggalin nih," Bentak Juna jengah.

Kedua bola meta Jeno berubah berkaca-kaca. "Ndaaa," Panggilnya pada Selin berusaha mengadu.

Selin terkekeh kemudian berjongkok di hadapan Jeno. "Hehehe, yaudah jadinya Eno mau yang mana?"

Jeno menekuk alisnya berusaha berpikir dengan pandangan yang tidak lepas dari kedua ransel di tangannya penuh penilaian. "Ini aja Nda, yang personilnya komplit." Ucapnya sambil mengangkat tas sebelah kanan.

"Yaudah, sekarang kita lanjut cari yang punya abang ya." Ucap Selin yang langsung dibalas anggukan kedua anaknya tanda setuju.

Selin berjalan dan memilih ransel untuk Juna. Selera Juna sangat berbeda dengan Jeno, Juna lebih suka Ransel yang monokrom dan tidak banyak kartunnya.

Tiba-tiba ada tamu yang tidak diundang menghampiri Selin. "Eh Selin, lagi belanja?" Tanya Wira sok akrab.

Selin tersentak lalu menoleh ke sumber suara. "Kenapa harus ketemu sama Pak Wira sih ya tuhan." Selin tersenyum palsu kemudian mengangguk. "Iya Pak."

Selin mengabaikan kehadiran Wira dan beralih ke arah Juna. "Juna yang ini aja ya, ini banyak kantongnya bisa buat nyimpan mainan Juna."

Juna melirik sekilas ke arah Wira penuh penilaian. "Iya Bunda yang itu aja." Jawabnya tidak banyak mau.

Merasa diacuhkan dengan beraninya dia mengelus pucuk kepala Jeno tanpa permisi. "Sendirian Sel, nggak ada yang temenin?" Jeno mendelik tidak suka kemudian berjalan ke arah Selin.

"Om nggak liat ya, Ndaa bertiga sama kita. Udah punya mata empat masih aja nggak keliatan." Ucap Jeno kesal sambil menatap kaca mata yang di gunakan Wira.

Rasanya Selin ingin tertawa terbahak-bahak dan bertos ria dengan Jeno. "Eh Jeno jangan kaya gitu, minta maaf sama Om Wira." Ucap Selin terpaksa bagaimanapun juga dia harus mengajarkan hal yang benar kepada anaknya.

Wira terkekeh santai dengan hati yang sedikit dongkol. "Santai aja Sel, namanya juga anak-anak."

Juna yang sejak tadi hanya diam saja sudah mulai jengah dengan kehadiran Wira. "Bapak lagi belanja peralatan sekolah juga? Anak Bapaknya mana? Atau Tas Ultraman ribut itu buat Bapak?" Tanya Juna sambil menunjuk Ransel bergambar Ultraman.

"Hahaha, kamu memang suka bercanda ya. Ya masa iya saya beli buat saya, ini saya beli buat anak-anak panti asuhan." Jawab Wira sedikit sombong.

"Oh begitu ya, baguslah. Setidaknya walaupun kaca mata milik Bapak kurang berfungsi, hati Bapak masih baik. Kami permisi, masih banyak peralatan yang harus kami beli. Ayo Bunda," Jawab Juna sambil menarik lengan Selin dan Jeno.

Selin bisa melihat raut kekesalan di wajah Wira apalagi ucapan Juna berhasil membungkam Wira sampai-sampai mati kutu. "Rasain!" Gumamnya di dalam hati. "Eh.. Permisi Pak Wira." Teriak Selin saat kedua anaknya sudah menariknya.

Wira mengepalkan kedua tangannya penuh kekesalan kemudian menendang Ransel bergambar Ultraman Ribut yang tidak jauh dari kakinya.

*****

Jangan lupa klik tombol Vote, Komentar dan Share. Sambil nunggu cerita ini Up, Baca juga Tunangan Misterius Karua author yang lainnya :)

Terpopuler

Comments

Naga Bulan Salju

Naga Bulan Salju

ngakak

2022-05-22

1

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

like

2021-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!