Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja

Barra masih membeku di tempat sedangkan Selin sudah turun bersama si kembar. Saat kesadarannya sudah kembali Barra langsung memutar pandangannya untuk menemukan sosok wanita yang begitu dirindukan nya selama ini. Barra berlari dengan putus asa untuk menyusul Selin dan kedua anaknya yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.

Sedangkan dari tempat berbeda Selin memeluk kedua anaknya agar tidak bertemu dengan Barra. "Nda kenapa kita bersembunyi di sini." Tanya Jeno penasaran. Selin hanya diam dan mendekap kedua anaknya dengan air mata yang sudah semakin bercucuran.

"Bunda kenapa menangis? Ada yang jahat sama Bunda. Kasih tahu Juna sekarang juga!" Ucap Juna penuh khawatir pada Selin.

Selin hanya terisak dan semakin mengeratkan pelukannya pada Juna dan Jeno. Tangannya terulur untuk menghapus air mata di wajahnya, "Bunda baik-baik saja nak, Bunda menangis karena bangga sama kalian. Tapi Bunda malu jika harus menangis di hadapan banyak orang jadi Bunda ngumpet di sini deh." Ucap Selin berusaha menutupi kepedihannya.

"Oh gitu ya, aku sayang banget sama Bunda jangan nangis lagi ya Bun." Ujar Juna dengan sedikit tidak percaya.

"Jeno juga sayang sama Ndaa!" Timpal Jeno dan mengeratkan pelukannya.

"Muaach! Muaaach! Bunda juga sayang banget sama kalian." Selin mengecup kedua pipi anaknya.

Tanpa mereka sadari tidak jauh dari mereka Barra sedang mematung dan mendengar percakapan keluarga bahagia itu. Dia seperti kehilangan keberanian bahkan untuk menyapa Selin dan setidaknya melihatnya sekilas untuk obatnya menjalani kehidupan. Tapi mendengar percakapan keluarga kecil itu, Barra menjadi malu sendiri dan tidak ingin mengganggu kehidupan Selin yang sudah berkeluarga kembali dan dikarunia anak-anak yang begitu lucu. Dengan hati yang sesak Barra memutar badannya dan berjalan dengan lesu untuk kembali menjalankan kewajibannya yang belum selesai.

"Ternyata yang kita cari-cari malah sembunyi di sini." Ucap Anet heboh dan langsung menarik si kembar dari Selin yang masih sangat terpukul karena bertemu dengan Barra.

Anet memeluk Selin sebentar dan berbisik. "Tenangkan diri lo, gue mau ngajak anak-anak makan." Ucap Anet yang di balas anggukan oleh Selin.

"Ayo anak-anak kita makan dulu, kasihan Bunda kalian ingin beristirahat sebentar." Ajak Anet tanpa mendapat bantahan dari si kembar.

Setelah Juna dan Jeno pergi untuk makan, Niera Ibunya Selin berjalan menghampiri anaknya dengan tidak tega. Melihat kedatangan Niera Selin langsung berhambur memeluk Niera dengan tangis yang pecah. "Hiks, hiks, hiks."

"Yang sabar nak, kamu pasti kuat untuk melewati ini semua." Ucap Niera penuh penghiburan kepada Selin yang sedang terisak penuh kepedihan.

Selin mengangguk dan mengusap air matanya dan berusaha tersenyum. "Bu, tolong temani si kembar makan. Aku mau masuk ke mobil duluan ya."

"Iya, sana tenangkan dirimu dulu." Ucap Niera berisi perijinan.

"Makasih Bu," Selin tersenyum bahagia karena dia masih mempunyai seorang Ibu yang selalu memahaminya dan memberikan kekuatan.

Setibanya di mobil Selin merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi. Pikirannya melayang mengingat kejadian pertemuan pertamanya dengan Barra saat di bangku kuliah.

[Flashback On!]

Hari sudah semakin sore, Selin berjalan lemas keluar dari kelasnya. Saat ini Dia membutuhkan segelas kopi untuk membuat tubuh dan otaknya fresh kembali.

Klang! Selin masuk ke dalam kafe yang sudah sepi. "Ice Americano satu," Pesannya dan langsung duduk di kursi.

"Pesanan Ice Americano atas nama Selin." Salin langsung beranjak.

Bola mata Selin berbinar saat melihat secangkir kopi yang sudah tersaji. Namun binar matanya tiba-tiba meredup saat dompet di dalam tasnya hilang entah kemana. "Aduh tunggu ya Mbak," Ucap Selin panik.

Selin membuka-buka tasnya dengan panik, jika dompetnya hilang itu adalah sebuah petaka besar untuknya. Dia baru mendapat gajih dan semuanya di simpan di dalam dompet yang hilang. Pandangan Selin semakin berkaca-kaca saat sudah yakin jika dompet yang sangat berharga itu hilang.

"Ini," Ucap seorang sambil memberikan Ice Americano yang tadi Selin pesan.

Pandangan Selin terangkat saat merasakan ada orang yang menghampirinya. "Minum dulu, baru ingat-ingat terakhir kamu melihatnya di mana." Ujar pria itu yang berhasil membuat Selin menjadi tenang.

"Tapi ini belum di bayar kan?" Tanya Selin polos yang berhasil membuat pria itu terkekeh. "Udah sama aku, jadi kamu punya hutangnya sama aku." Jawab pria itu ramah.

"Makasih," Selin mengangguk paham dan menerima secangkir kopi yang tidak gratis itu.

"Duduk dulu, tarik napas dulu. Baru pikirkan terakhir kamu liat dimana." Ucap pria itu yang langsung di angguki oleh Selin.

"Di kelas!" Teriaknya sambil menggebrak meja. "Aduh maaf maaf, aku refleks barusan." Ucap Selin merasa malu dengan dirinya sendiri.

Selin seketika mematung saat melihat pria yang duduk di hadapannya tiba-tiba tersenyum. Pria itu mengulurkan tangannya pada Selin. Sedangkan Selin hanya mematung dan menatap tangan pria itu lekat-lekat. "Aduh maaf kak, aku nggak nyimpen uang sepeser pun. Nanti bayarnya ya, atau ini kartu Mahasiswa ku sebagai jaminan." Ucap Selin heboh.

"Hahahaha," Selin kembali mematung saat melihat tawa pria di hadapannya yang begitu renyah itu. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya bergemuruh dengan cepat. "Saya bukan mau minta uang kamu, saya mengulurkan tangan untuk mengajakmu mencari dompet bersama-sama."

"Hehehe, maaf kak. Tapi nggak usah repot-repot aku bisa nyari sendiri ko."

"Pokoknya saya ikut, ayo bangun!" Ajak pria itu yang berhasil membuat Selin lagi-lagi melamun seperti orang bodoh.

"Hmm, baiklah. Kakak pasti butuh banget ya uang itu, sampai-sampai mau di tungguin sekarang. Maaf ya kak," Ucap Selin polos.

"Aduh kamu ini, traktir satu kopi untuk kamu nggak bikin saya jatuh miskin kali. Dengar ya, hari mulai gelap di kampus udah pada sepi, saya nggak tega aja membiarkan kamu lalu lalang seorang diri." Ucap Pria itu berniat menjelaskan perbuatannya agar Selin tidak salah paham.

Selin terkekeh dan menyesali kebodohannya sendiri. Akhirnya Selin beranjak mengikuti pria di hadapannya yang keluar dari kafe. Tik! Tik! Tik! Tiba-tiba hujan turun membasahi bumi.

"Yah hujan!" Ucap Selin merasa kecewa, tangannya terulur untuk menyentuh air hujan yang jatuh. Tiba-tiba tanpa dia sangka sebuah kemeja yang begitu harum menyelimuti kepalanya. "Eh," Gumam Selin sedikit kaget.

Pria di sampingnya hanya tertawa dan selalu bertingkah seenaknya. Selin sudah tidak kuat menahan rasa penasarannya dengan sosok yang sedang berdiri di sampingnya. "Nama Kakak siapa?" Tanya Selin memberanikan diri.

"Tidak usah memanggil ku Kaka, aku merasa tua. Namaku Barra Kenzo Julian. Masa sih kamu nggak kenal sama aku?" Ucapnya sedikit tidak percaya.

Kedua bola mata Selin membulat sempurna dan berusaha mengingat sosok di sampingnya. "Nggak!" Jawabnya pasrah saat otaknya sudah mentok untuk berpikir.

Barra terkekeh gemas seorang diri. "Hahaha, ternyata selama ini aku belum cukup famous ternyata." Baru kali ini ada orang yang tidak mengenali dirinya.

"Eh, tunggu-tunggu. Nama Kakak kaya nggak asing, Barra Barra Barra siapa ya." Gumam Selin masih mengingat-ingat.

Barra terdiam dan memperhatikan wajah Selin yang sedang berpikir keras. "Oh Barra presiden Mahasiswa itu!" Pekik Selin tidak percaya.

Barra tersenyum gemas dan mengangguk untuk membenarkan perkataan gadis dihadapannya. Selin menutup mulutnya tidak percaya, orang yang selama ini dia idolakan sedang membantunya. Tapi bagaimana bisa dia melupakan wajah pria yang selama ini di idam-idamkan nya begitu saja. Mungkin karena wajah Barra berkali-kali lipat lebih tampan, dibanding di foto atau dari kejauhan

Dengan sedikit ragu Selin mengulurkan tangannya. "Perkenalkan nama saya Selin," Ucapnya sedikit ragu. Barra tersenyum lebar dan membalas uluran tangan Selin dengan begitu hangat. "Barra." Jawabnya singkat.

Baik Selin maupun Barra tidak menyangka jika pertemuan sederhana itu akan berdampak begitu besar bagi kehidupan mereka. Ternyata kisah pelik hidup Selin berawal dari pertemuan sederhananya dengan Barra akibat hilangnya sebuah dompet.

******

Gimana Ceritanya seru nggak?

Terpopuler

Comments

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

ngikut dulu

2021-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!