Barra masih membeku di tempat sedangkan Selin sudah turun bersama si kembar. Saat kesadarannya sudah kembali Barra langsung memutar pandangannya untuk menemukan sosok wanita yang begitu dirindukan nya selama ini. Barra berlari dengan putus asa untuk menyusul Selin dan kedua anaknya yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya.
Sedangkan dari tempat berbeda Selin memeluk kedua anaknya agar tidak bertemu dengan Barra. "Nda kenapa kita bersembunyi di sini." Tanya Jeno penasaran. Selin hanya diam dan mendekap kedua anaknya dengan air mata yang sudah semakin bercucuran.
"Bunda kenapa menangis? Ada yang jahat sama Bunda. Kasih tahu Juna sekarang juga!" Ucap Juna penuh khawatir pada Selin.
Selin hanya terisak dan semakin mengeratkan pelukannya pada Juna dan Jeno. Tangannya terulur untuk menghapus air mata di wajahnya, "Bunda baik-baik saja nak, Bunda menangis karena bangga sama kalian. Tapi Bunda malu jika harus menangis di hadapan banyak orang jadi Bunda ngumpet di sini deh." Ucap Selin berusaha menutupi kepedihannya.
"Oh gitu ya, aku sayang banget sama Bunda jangan nangis lagi ya Bun." Ujar Juna dengan sedikit tidak percaya.
"Jeno juga sayang sama Ndaa!" Timpal Jeno dan mengeratkan pelukannya.
"Muaach! Muaaach! Bunda juga sayang banget sama kalian." Selin mengecup kedua pipi anaknya.
Tanpa mereka sadari tidak jauh dari mereka Barra sedang mematung dan mendengar percakapan keluarga bahagia itu. Dia seperti kehilangan keberanian bahkan untuk menyapa Selin dan setidaknya melihatnya sekilas untuk obatnya menjalani kehidupan. Tapi mendengar percakapan keluarga kecil itu, Barra menjadi malu sendiri dan tidak ingin mengganggu kehidupan Selin yang sudah berkeluarga kembali dan dikarunia anak-anak yang begitu lucu. Dengan hati yang sesak Barra memutar badannya dan berjalan dengan lesu untuk kembali menjalankan kewajibannya yang belum selesai.
"Ternyata yang kita cari-cari malah sembunyi di sini." Ucap Anet heboh dan langsung menarik si kembar dari Selin yang masih sangat terpukul karena bertemu dengan Barra.
Anet memeluk Selin sebentar dan berbisik. "Tenangkan diri lo, gue mau ngajak anak-anak makan." Ucap Anet yang di balas anggukan oleh Selin.
"Ayo anak-anak kita makan dulu, kasihan Bunda kalian ingin beristirahat sebentar." Ajak Anet tanpa mendapat bantahan dari si kembar.
Setelah Juna dan Jeno pergi untuk makan, Niera Ibunya Selin berjalan menghampiri anaknya dengan tidak tega. Melihat kedatangan Niera Selin langsung berhambur memeluk Niera dengan tangis yang pecah. "Hiks, hiks, hiks."
"Yang sabar nak, kamu pasti kuat untuk melewati ini semua." Ucap Niera penuh penghiburan kepada Selin yang sedang terisak penuh kepedihan.
Selin mengangguk dan mengusap air matanya dan berusaha tersenyum. "Bu, tolong temani si kembar makan. Aku mau masuk ke mobil duluan ya."
"Iya, sana tenangkan dirimu dulu." Ucap Niera berisi perijinan.
"Makasih Bu," Selin tersenyum bahagia karena dia masih mempunyai seorang Ibu yang selalu memahaminya dan memberikan kekuatan.
Setibanya di mobil Selin merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi. Pikirannya melayang mengingat kejadian pertemuan pertamanya dengan Barra saat di bangku kuliah.
[Flashback On!]
Hari sudah semakin sore, Selin berjalan lemas keluar dari kelasnya. Saat ini Dia membutuhkan segelas kopi untuk membuat tubuh dan otaknya fresh kembali.
Klang! Selin masuk ke dalam kafe yang sudah sepi. "Ice Americano satu," Pesannya dan langsung duduk di kursi.
"Pesanan Ice Americano atas nama Selin." Salin langsung beranjak.
Bola mata Selin berbinar saat melihat secangkir kopi yang sudah tersaji. Namun binar matanya tiba-tiba meredup saat dompet di dalam tasnya hilang entah kemana. "Aduh tunggu ya Mbak," Ucap Selin panik.
Selin membuka-buka tasnya dengan panik, jika dompetnya hilang itu adalah sebuah petaka besar untuknya. Dia baru mendapat gajih dan semuanya di simpan di dalam dompet yang hilang. Pandangan Selin semakin berkaca-kaca saat sudah yakin jika dompet yang sangat berharga itu hilang.
"Ini," Ucap seorang sambil memberikan Ice Americano yang tadi Selin pesan.
Pandangan Selin terangkat saat merasakan ada orang yang menghampirinya. "Minum dulu, baru ingat-ingat terakhir kamu melihatnya di mana." Ujar pria itu yang berhasil membuat Selin menjadi tenang.
"Tapi ini belum di bayar kan?" Tanya Selin polos yang berhasil membuat pria itu terkekeh. "Udah sama aku, jadi kamu punya hutangnya sama aku." Jawab pria itu ramah.
"Makasih," Selin mengangguk paham dan menerima secangkir kopi yang tidak gratis itu.
"Duduk dulu, tarik napas dulu. Baru pikirkan terakhir kamu liat dimana." Ucap pria itu yang langsung di angguki oleh Selin.
"Di kelas!" Teriaknya sambil menggebrak meja. "Aduh maaf maaf, aku refleks barusan." Ucap Selin merasa malu dengan dirinya sendiri.
Selin seketika mematung saat melihat pria yang duduk di hadapannya tiba-tiba tersenyum. Pria itu mengulurkan tangannya pada Selin. Sedangkan Selin hanya mematung dan menatap tangan pria itu lekat-lekat. "Aduh maaf kak, aku nggak nyimpen uang sepeser pun. Nanti bayarnya ya, atau ini kartu Mahasiswa ku sebagai jaminan." Ucap Selin heboh.
"Hahahaha," Selin kembali mematung saat melihat tawa pria di hadapannya yang begitu renyah itu. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya bergemuruh dengan cepat. "Saya bukan mau minta uang kamu, saya mengulurkan tangan untuk mengajakmu mencari dompet bersama-sama."
"Hehehe, maaf kak. Tapi nggak usah repot-repot aku bisa nyari sendiri ko."
"Pokoknya saya ikut, ayo bangun!" Ajak pria itu yang berhasil membuat Selin lagi-lagi melamun seperti orang bodoh.
"Hmm, baiklah. Kakak pasti butuh banget ya uang itu, sampai-sampai mau di tungguin sekarang. Maaf ya kak," Ucap Selin polos.
"Aduh kamu ini, traktir satu kopi untuk kamu nggak bikin saya jatuh miskin kali. Dengar ya, hari mulai gelap di kampus udah pada sepi, saya nggak tega aja membiarkan kamu lalu lalang seorang diri." Ucap Pria itu berniat menjelaskan perbuatannya agar Selin tidak salah paham.
Selin terkekeh dan menyesali kebodohannya sendiri. Akhirnya Selin beranjak mengikuti pria di hadapannya yang keluar dari kafe. Tik! Tik! Tik! Tiba-tiba hujan turun membasahi bumi.
"Yah hujan!" Ucap Selin merasa kecewa, tangannya terulur untuk menyentuh air hujan yang jatuh. Tiba-tiba tanpa dia sangka sebuah kemeja yang begitu harum menyelimuti kepalanya. "Eh," Gumam Selin sedikit kaget.
Pria di sampingnya hanya tertawa dan selalu bertingkah seenaknya. Selin sudah tidak kuat menahan rasa penasarannya dengan sosok yang sedang berdiri di sampingnya. "Nama Kakak siapa?" Tanya Selin memberanikan diri.
"Tidak usah memanggil ku Kaka, aku merasa tua. Namaku Barra Kenzo Julian. Masa sih kamu nggak kenal sama aku?" Ucapnya sedikit tidak percaya.
Kedua bola mata Selin membulat sempurna dan berusaha mengingat sosok di sampingnya. "Nggak!" Jawabnya pasrah saat otaknya sudah mentok untuk berpikir.
Barra terkekeh gemas seorang diri. "Hahaha, ternyata selama ini aku belum cukup famous ternyata." Baru kali ini ada orang yang tidak mengenali dirinya.
"Eh, tunggu-tunggu. Nama Kakak kaya nggak asing, Barra Barra Barra siapa ya." Gumam Selin masih mengingat-ingat.
Barra terdiam dan memperhatikan wajah Selin yang sedang berpikir keras. "Oh Barra presiden Mahasiswa itu!" Pekik Selin tidak percaya.
Barra tersenyum gemas dan mengangguk untuk membenarkan perkataan gadis dihadapannya. Selin menutup mulutnya tidak percaya, orang yang selama ini dia idolakan sedang membantunya. Tapi bagaimana bisa dia melupakan wajah pria yang selama ini di idam-idamkan nya begitu saja. Mungkin karena wajah Barra berkali-kali lipat lebih tampan, dibanding di foto atau dari kejauhan
Dengan sedikit ragu Selin mengulurkan tangannya. "Perkenalkan nama saya Selin," Ucapnya sedikit ragu. Barra tersenyum lebar dan membalas uluran tangan Selin dengan begitu hangat. "Barra." Jawabnya singkat.
Baik Selin maupun Barra tidak menyangka jika pertemuan sederhana itu akan berdampak begitu besar bagi kehidupan mereka. Ternyata kisah pelik hidup Selin berawal dari pertemuan sederhananya dengan Barra akibat hilangnya sebuah dompet.
******
Gimana Ceritanya seru nggak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sugiyanto Samsung
ngikut dulu
2021-12-30
1