Bab 4 : Kedewasaan Juna

Selin duduk di bawah pohon menunggu Juna dan Jeno menyelesaikan perbincangannya dengan Barra. Sebenarnya sejak tadi Selin sudah tidak kuat ingin cepat-cepat pergi, namun di lain sisi dia juga ingin kedua anaknya bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Ayah kandungnya.

"Sel ada masalah," Ucap Anet saat menghampiri Selin.

Selin menegakkan punggungnya dan menatap Anet serius. "Masalah apa? Jangan bikin gue kaget Net!"

Anet menghela napasnya panjang dan ikut duduk di samping Selin. "Mobil kita mogok," Ucap Anet yang berhasil membuat Selin menghela napas panjang.

"Apa?! Jangan bercanda Net, nggak lucu." Tanya Selin berharap Anet sedang mengerjainya.

"Serius," Jawab Anet malas.

"Terus Ibu mana?" Tanya Selin mencari keberadaan Niera Ibunya.

"Katanya ada urusan mendadak, jadi Tante pulang duluan naik taksi."

Dengan lemas Selin membuka ponselnya. "Hmm, yaudah kalo gitu kita pesan mobil online aja."

Tanpa Selin sadari Barra dan kedua anaknya sudah ada di sampingnya, dan mendengar semua percakapan antara dirinya dan Anet. "Kenapa? Mobil kamu mogok?, Mau saya antar?" Tawar Barra serius.

Deg! Selin membeku di tempat dengan tangan yang menggenggam ponselnya dengan sangat erat. Selin tidak habis pikir kenapa Barra bisa bersikap santai kepadanya, seolah-olah tidak pernah ada yang terjadi di masa lalu. "Dia punya malu nggak sih! Kenapa nggak pergi-pergi!" Gumam Selin di dalam hati.

Sebelum Selin menjawab Jeno lebih dulu menimpali. "Wah Om, mau antar kita? Yeay!!"

Juna langsung menatap Jeno tajam. "Jangan lebay Jeno, kita harus denger apa kata Bunda," Ucap Juna yang berhasil membuat Jeno menghela napasnya kecewa.

Selin tersenyum palsu dan menarik kedua anaknya dari genggaman Barra. "Makasih atas tawarannya, tapi kami mau pesan mobil Online."

Barra mengangguk dengan senyuman kecewa di wajahnya. Bagaimana pun dia harus sadar, jika Selin sudah mempunyai kehidupan baru dan tidak mungkin untuk dimasuki oleh Barra.

"Ndaaa," Ucap Jeno masih berharap Barra akan mengantar mereka pulang.

Selin tersenyum ke arah Jeno dan mengelus kepalanya lembut, "Jeno, tolong dengerin Bunda ya nak?"

Akhirnya Jeno pun mengangguk pasrah. "Hmm, iya Nda."

Selin tersenyum bahagia karena Jeno mendengarkan ucapannya. "Ayo pamitan sama Om." Walaupun Selin sangat membenci Barra tapi dia tidak ingin menjadikan itu sebagai alasan Juna dan Jeno tidak sopan kepada orang lain.

Juna dan Jeno membungkuk ke arah Barra penuh hormat. "Om kami permisi," Ucap mereka serempak.

Barra menatap sendu ke arah Selin, lalu beralih tersenyum ke arah Juna dan Jeno. "Hati-hati ya, jangan nakal." Ucap Barra dan menunduk untuk berbisik pada keduanya. "Jangan buat Bunda kalian menangis," Bisik Barra yang langsung diangguki oleh keduanya.

Selin menengadahkan kepalanya tak kuasa melihat pandangan yang begitu menyesakkan dihadapannya. "Ayo nak," Ajak Selin menggiring anak-anaknya dan mengabaikan kehadiran Barra yang sedang menatapnya.

"Pak Barra," Ucap seorang wanita yang tidak sengaja berpapasan dengan Selin.

Tuk! Selin menghentikan langkahnya saat melihat seorang wanita yang menjadi penyebab kehancuran rumah tangganya. Selin menoleh sejenak ke arah Barra, dan ternyata benar wanita itu menghampiri Barra dengan semangat. "Kinan?" Gumam Selin penuh kepedihan.

Sampai kapan pun juga Selin tidak akan melupakan wajah orang yang sudah menghancurkan rumah tangga nya. "Sepertinya mereka sudah menikah," Gumam Selin dengan senyuman kecut di wajahnya.

*****

Selin menatap ke luar jendela mobil dengan tatapan sendu dan hati yang sesak. Andai saja saat ini Juna dan Jeno tidur, sepertinya dia akan menangis sejadi-jadinya dan meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan.

Tik! Tik! Tik!

Sepertinya alam pun ikut merasa sedih, tidak lama dari itu hujan menyirami bumi bersama kenangan yang perlahan memutar di benak Selin.

"Dia sudah bahagia dengan orang lain, dia dengan mudah menerima orang baru. Tapi kenapa aku nggak bisa? Kenapa hati ku masih mengharapkan kehadirannya di sisiku? Padahal dia sudah sangat menyakiti ku, Ya Tuhan tolong gerakkan logika ku untuk berfungsi, dan hapuskan perasaanku padanya." Gumam Selin bermonolog di dalam hati.

Tanpa Selin sadari sejak tadi Juna menatapnya dengan tatapan iba. "Ndaa," Panggil Juna pelan nyaris tidak terdengar.

Panggilan Juna berhasil membuyarkan lamunan Selin. "Hmm, iya Bang ada apa?" Tanya Selin dengan senyum hangat penuh kasih sayang.

"Jeno tidur," Ucap Juna dengan tatapan ke arah Jeno yang sedang tertidur pulas di pangkuannya.

Selin terkekeh melihat tampang dingin Juna yang berbanding terbalik dengan Jeno yang sedang tertidur pulas."Ya ampun, Abang pasti keberatan ya. Abang nya minggir dulu biar Bunda gendong Jeno." Perintah Selin yang berhasil menarik perhatian Anet yang duduk di samping sopir.

"Sini sama aku aja Sel," Ucap Anet sambil merentangkan kedua tangannya.

Selin mengangguk kemudian memberikan Jeno dengan perlahan dan hati-hati. Setelah urusannya selesai dengan Anet, Selin beralih menatap putra sulungnya yang sangat tampan. "Nah, sekarang Abang pasti lebih nyaman." Ucap Selin sambil mengelus kepala Juna penuh kasih sayang.

Baginya Juna dan Jeno adalah anugerah yang diberikan oleh tuhan di tengah-tengah kehidupannya yang begitu menyedihkan. Saat Selin merasa terpuruk, mereka selalu berhasil menghadirkan kembali senyuman dan kebahagiaan di hidup Selin.

"Makasih Bun," Ucap Juna dengan tatapan hangat nya.

"Iya sayangku, ayo bersandar ke Bunda." Selin menarik kepala Juna dengan perlahan.

Senyuman hangat terbit di wajah Juna, perlahan kedua matanya terpejam menikmati kenyamanan yang diberikan oleh Bundanya. Selin tidak berhenti mengelus bahu Juna penuh kasih sayang. "Abang udah bekerja keras hari ini, pasti Abang lelah ya?" Tanya nya mengajak berdiskusi.

"Nggak ko, kan Abang kuat." Jawab Juna yang berhasil membuat Selin tertawa pelan.

Juna menoleh ke arah Selin dan menatapnya serius. "Bunda kenal sama Om Barra?" Tanya Juna tanpa basa basi.

Mendengar pertanyaan Juna yang tidak terduga membuat Selin tersedak begitu saja. "Uhuk, uhuk, uhuk," Selin cepat-cepat meraih botol minum disampingnya.

Juna terdiam dengan tatapan fokus memperhatikan gerak-gerik Bundanya yang terlihat kaget dan gelisah. Ia menghela napasnya panjang, dan kembali bersandar dengan nyaman pada Selin. "Bunda kenal kan?, diliat dari gerak-gerik Bunda juga Juna udah tahu," Gumam Juna sedikit kecewa karena Selin tidak menceritakan soal Barra kepadanya.

Selin menatap Juna sendu, sejak dulu dia tidak bisa berbohong atau menutup-nutupi apapun dari Juna. Sejak kecil Juna sudah sangat Cerdas dan Genius, sampai-sampai dia bisa membaca perilaku seseorang hanya dengan memperhatikan orang yang menjadi objek perhatiannya. Selin tahu saat ini pasti Juna kecewa, karena ada sesuatu yang ditutupi darinya. Di satu sisi Selin ingin menceritakan semuanya pada Juna, tapi disisi lain juga Selin masih belum siap dan menganggap Juna masih anak-anak untuk memahami kisahnya yang pelik di masa lalu.

"Hmm, iya Bunda kenal sama pria itu." Ucap Selin sebagai jawaban. Rasanya Selin ingin sekali mengucapkan, "Barra adalah Ayah kamu Sayang." Namun Selin masih belum kuasa dan hanya bergumam di dalam hati.

"Dia itu siapa?" Tanya Juna kembali.

Selin memejamkan kedua matanya penuh kebingungan, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Juna yang saat ini sedang menginterogasinya. Juna tidak bisa dibohongi, dan jika dia berbohong pun pasti hal itu akan membuat Juna semakin kecewa. Akhirnya, Selin hanya bisa diam membisu tanpa berbicara apapun.

"Berat banget ya Bun buat cerita?. Juna nggak suka ada orang yang berbohong, dan Bunda juga nggak bisa berbohong sama Juna. Juna tahu kayaknya Bunda belum siap untuk cerita tentang hubungan Bunda sama Om Bara." Juna menjeda ucapannya. "Tapi Bunda harus tahu, kalo Bunda nggak sendirian, Ada Juna sama Jeno di samping Bunda. Nanti, kalo Bunda udah siap cerita, Juna pasti ada buat dengerin Bunda." Lanjut Juna yang berhasil membuat kedua bola mata Selin berbinar.

"Junaa," Panggil Selin dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

"Bunda mau nangis ya, Nangis aja Bun jangan di tahan. Bunda nggak usah pura-pura kuat di hadapan Juna."

Greb, sontak Selin langsung memeluk Juna dengan perasaan haru bercampur dengan syukur. "Hiks, hiks, hiks, Bunda beruntung punya kamu nak, hiks, hiks, hiks.."

Juna tersenyum hangat dan membalas pelukan Selin tak kalah erat. "Juna sayang sama Nda, Juna tahu Nda nggak suka sama Om Barra. Nda nggak usah khawatir, nanti Juna mau nasehatin Jeno biar nggak seenaknya lagi."

Mendengar ucapan Juna, Selin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Ya ampuun, hiks, hiks, hiks."

Anet dan Pak Sopir yang sejak tadi mendengarkan perbincangan Ibu dan Anak di belakangnya, tidak bisa membendung perasaannya dan ikut merasa terharu.

*******

Hallo Readers jangan lupa vote, like, komen dan share ke temen-temen kalian. Biar semakin banyak yang menikmati karya author yang satu ini.

Jangan lupa juga follow akun author biar lebih akrab.

Ig : @denisa_sahara

Terpopuler

Comments

Sugiyanto Samsung

Sugiyanto Samsung

mampir

2021-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!