Bab 3 : Bertukar Ponsel

Drrt, drrt, drrr. Getaran ponsel membuyarkan lamunan Selin tentang kejadian menyesakkan di masa lalu. Selin membuka tasnya untuk mengambil ponselnya yang bergetar, salah satu alisnya terangkat penuh keheranan.

"Ini bukan ponsel milik ku." Gumamnya saat melihat ponsel itu dengan seksama. Memang ponselnya sama-sama berwarna hitam, tapi Selin yakin itu bukanlah ponsel miliknya. Tanpa banyak berpikir lagi Selin langsung mengangkat panggilan yang masuk, siapa tahu pemilik ponsel ini yang menelpon.

"Hallo?" Ucap Selin saat sambungan telpon tersambung.

"Hallo maaf mengganggu waktunya. Sepertinya ponsel kita tertukar dengan tidak sengaja. Tadi di depan gedung saat bertabrakan."

"Oh iya iya, pantas saja saya kebingungan kenapa ponsel saya bisa berubah. Kalo gitu dimana Mas nya sekarang? Saya antar kan sekarang juga ponselnya. Tapi ponsel saya juga ada kan?" Tanya Selin memastikan.

Terdengar tawa renyah di sebrang sana. "Tenang ponsel anda aman."

"Baiklah, Sekarang Masnya ada di mana?"

"Saya di dalam gedung tapi sebentar lagi mau keluar, saya tunggu di bawah pohon mangga ya. Anda tahukan pohon mangga sebelah mana?"

"Oh iya saya tahu. Sekarang saya keluar dari mobil." Selin langsung ke luar dari mobil dan bergegas ke arah pohon mangga yang di maksud.

"Oke, saya juga sedang berjalan ke pohon mangga."

"Baju saya warna coklat." Ucap Selin dan langsung duduk di kursi yang tersedia.

"Saya menggunakan Jas Hitam."

"Saya sudah sampai, saya duduk di kursi yang ada di bawah pohon."

"Oh iya-iya saya bergegas sekarang juga."

Selin mengangguk dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Permisi, sepertinya saya sudah berdiri di belakang perempuan baju coklat."

Selin langsung menoleh ke arah belakang untuk melihat pria yang ponselnya tertukar dengannya. Pluk! Ponsel di tangan Selin terjatuh begitu saja saat dia melihat pria yang berada di hadapannya. Selin dan Barra saling bertatapan dengan pemikiran masing-masing. Rasanya waktu terasa terhenti untuk mereka berdua.

Barra menghela napasnya panjang dan memungut ponselnya yang sudah tergeletak di atas tanah. Senyuman terbit di wajah tampan Barra sepertinya tuhan sedang berbaik hati padanya sampai-sampai kejadian langka ini bisa terjadi. Padahal sejak tadi dia sudah tahu kalo pemilik ponsel itu adalah Selin, karena foto Selin dan kedua anaknya terpampang jelas di lock screen. Tapi Barra malah pura-pura tidak tahu dan berusaha mencari kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengan Selin.

"Ini ponsel milik anda." Ucap Barra dan memberikan ponsel milik Selin.

Selin mengerjap-ngerjap matanya masih tidak percaya jika orang yang berdiri di hadapannya adalah Barra. Selin tidak habis pikir ribuan orang yang datang ke tempat ini, tapi kenapa dia harus bertukar ponsel dengan Barra seperti tidak ada orang lain saja. Dengan hati yang sedikit sesak Selin mengambil ponselnya. "Terimakasih." Ucap Selin dingin dengan pikiran yang masih melayang.

Melihat raut bingung Selin, Barra sedikit terkekeh. "Sepertinya hari ini kamu sudah mengucapkan dua terimakasih kepada ku." Ujarnya sok akrab.

"Saya permisi," Selin mengabaikan Barra dan berbalik untuk pergi.

Grep, Barra menahan tangan Selin untuk mencegahnya pergi. "Selin, apa kabar?" Tanya Barra dengan harapan Selin akan membalas ucapannya.

Selin menoleh ke arah tangannya yang di genggam oleh Barra. Dengan hati yang bergejolak dia berbalik ke arah Barra lalu menarik tangannya sopan, "Maaf saya banyak urusan, saya permisi." Jawab Selin dengan perasaan yang masih kacau.

Bara memejamkan matanya sejenak dengan perasaan sedikit kecewa. Tapi Barra berusaha memaklumi Selin yang begitu ketus, sepertinya dia pasti belum memaafkannya.

Tak lama dari itu, seorang anak kecil berlarian ke arah Selin dengan bahagia. "Ndaaaaa!" Teriak Jeno sambil merentangkan tangannya ke arah Selin.

Selin terkekeh melihat tingkah anaknya yang sangat menggemaskan, dia menekuk lututnya dan bersiap menerima pelukan dari Jeno. Greb, Jeno memeluk Selin dengan erat.

"Ko Nda nggak nyusul kita sih," Ucap Juna yang baru saja datang dengan tampang sedikit kesal.

Barra tertegun melihat interaksi Selin dengan kedua anaknya, tanpa dia sadari pandangannya sudah berubah berkaca-kaca saat melihat kedua anak Selin. "Ada apa dengan ku?" Gumam Barra di dalam hati.

"Maaf ya, ini Bunda mau nyusul kalian tapi kalian nya nggak sabar sih," Jawab Selin sambil mencuri pandang ke arah Barra yang belum beranjak.

"Wah ada Om Balla!" Teriak Jeno kegirangan dan langsung berlarian ke arah Barra.

"Jeno!" Cegah Selin namun sudah terlambat.

"Eh," Barra membeku di tempat saat tiba-tiba ada anak kecil berdiri di hadapannya dengan pandangan yang begitu berbinar.

"Hallo Om Balla yang terhormat, nama saya Jeno. Saya fans berat Om loh!"

Barra terkekeh melihat tingkah anak kecil dihadapannya yang begitu mengemaskan, kakinya di tekuk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Jeno. "Hai Jeno, wah kamu beneran fans Om?"

"Selius ! Bahkan dilumah saya punya banyak poster Om dikamar saya, tapi sekarang tinggal sedikit karen Bunda suka ngelarang saya suk...."

Hap! Sebelum Jeno berbicara terlalu melantur, Selin lebih dulu membekap mulut anaknya yang bawel dan terlalu jujur.

"Ahahaha, Aduh maaf ya, Jeno emang gini sikapnya. Jeno ayo kita pulang yah nak?" Ajak Selin dengan sorot mata penuh isyarat.

Jeno menggelengkan kepalanya tegas. "Nggak mau aku mau foto bareng dulu sama Balla!" Ucapnya dengan pandangan yang sudah berkaca-kaca.

Selin memejamkan matanya frustasi. "Om Barra lagi sibuk sayang, ayo kita pulang yah." Bujuknya.

Barra menatap ke arah Selin yang berusaha menjauhkan anaknya dari dirinya. "Nggak papa ko Sel, ayo sini katanya mau foto!" Ucap Barra yang berhasil membuat kedua bola mata Selin membulat sempurna.

"Yeay!!" Pekik Jeno kegirangan.

"Nda tolong fotoin Eno dong, Bang Una ayo ikutan!" Teriak Jeno yang berhasil membuat Selin sakit kepala.

"Haaah," Selin menghela napasnya panjang dan mengangkat ponselnya. Deg! Dia tertegun saat melihat Barra sedang merangkul kedua anaknya dengan hangat, andai saja dulu Barra tidak mengkhianatinya pasti sekarang mereka akan hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap.

"Ndaaa! Udah belum? Juna udah gerah!" Protes Juna dengan dahi yang sudah dibasahi keringat.

Selin tersentak dari lamunan sesaknya. "Belum belum, bersiap ya. Satu, dua, tigaa!"

Cekrek!

"Tante Anet!!!" Panggil Jeno saat Anet sedang berjalan ke arah mereka.

Jeno langsung mengambil ponsel di tangan Selin lalu memberikannya kepada Anet. "Ndaa ayo ikutan biar Tante Anet yang fotonya," Ajak Jeno sambil menarik Selin.

Selin memijit pelipisnya pelan bingung dengan situasi yang di luar kendalinya. "Nggak Jeno, lain kali aja ya."

"Ayo dong Nda, Eno mohon," Ucap Jeno dengan pandangan yang berkaca-kaca.

Selin berbisik tepat di telinga Jeno. "Nggak, Bunda marah nih."

"Hik, hik, padahal Eno pengen banget di foto sama Bunda sama Idola Eno, hiks, hiks," Wajah ceria Jeno langsung luntur seketika.

Melihat Jeno yang berubah rewel membuat Selin gelagapan. "Aduh Jeno jangan nangis, iya ayo-ayo!"

"Yeay!" Pekik Jeno penuh kemenangan karena berhasil membujuk Selin dengan tampang menyedihkan nya.

Selin menghela napasnya berat dan beralih menatap Anet, "Net tolong ya" Gumamnya lalu menyusul Jeno.

"Oke santai aja kali," Jawab Anet sambil terkekeh.

Dengan perasaan yang sesak dan senyuman palsu, dengan perlahan Selin berjalan ke arah Juna, Jeno dan Barra. Selin tahu saat ini Barra sedang menatapnya dengan serius, tapi dia seolah-olah mengabaikan kehadiran Barra dan tersenyum ke arah kamera demi kedua anaknya.

"Satu, dua, tiga.."

Cekrek!

Juna yang sedari tadi hanya diam membisu sebenarnya sedang memperhatikan gerak-gerik Selin dan Barra. Juna anak Selin yang pertama mempunyai kegeniusan bidang psikologi, dia bisa menafsirkan perilaku orang lain dengan kegeniusannya. Jadi jangan harap jika kalian bisa membohongi bocah genius yang satu itu. "Sepertinya ada yang tidak beres," Gumam Juna di dalam hati.

"Kita harus mencari kebenaran Bang," Bisik Jeno pada Juna. Mereka mengangguk setuju untuk mencari kebenaran pada hubungan Selin dan Barra.

*****

Hallo Readers Selamat datang di Cerita Juna dan Jeno, Novel baru Author. Jangan lupa vote, like, komen dan share ke temen-temen kalian. Biar semakin banyak yang menikmati karya author yang satu ini.

Jangan lupa juga follow akun author biar lebih akrab.

Ig : @denisa_sahara

Episodes
1 Bab 1 : Kejuaraan Karate
2 Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3 Bab 3 : Bertukar Ponsel
4 Bab 4 : Kedewasaan Juna
5 Bab 5 : Susu Strawbery
6 Bab 6 : Anet dan Barra
7 Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8 Bab 8 : Oh Ternyata
9 Bab 9 : Selalu dipertemukan
10 Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11 Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12 Bab 12 : Menangislah
13 Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14 Bab 14 : Mobil Mogok
15 Bab 15 : Terdampar
16 Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17 Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18 Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19 Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20 Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21 Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22 Bab 22 : Bara Keracunan
23 Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24 Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25 Bab 25 : Paus Entertainment
26 Bab 26 : Kebusukan Wira
27 Bab 27 : Berpelukan
28 Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29 Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30 Bab 30 : Menginap
31 Bab 31 : Bara turun tangan
32 Bab 32 : Kejahilan Bara
33 Bab 33 : Seharian Balasdendam
34 Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35 Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36 Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37 Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38 Bab 38 : Koala bernama Aileen
39 Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40 Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41 Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42 Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43 Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44 Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45 Bab 45 : Menjemput si kembar
46 Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47 Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48 Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49 Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50 Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51 Bab 51 : A Sad Father's Day
52 Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53 Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54 Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55 Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56 Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57 Bab 57 : Ayo kita Menikah
58 Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59 Bab 59 : Tragedi Pesawat
60 Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61 Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62 Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63 63 : Jemputan Gratis
64 Bab 64 : Udah jangan Marah
65 Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66 Bab 66 : Foto Keluarga
67 Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68 Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69 Bab 69 : Janji yang tertunda
70 Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71 Bab 71 : Couple baju?
72 Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73 Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74 Bab 74 : Pernikahan Mantan
75 Bab 75 : Buket Bunga
76 Bab 76 : Pujian Karyawan
77 Bab 77 : Deep Talk
78 Bab 78 : Cincin Couple
79 Bab 79 : Kasih Ibu
80 Bab 80 : Restu Kedua
81 Bab 81 : Hari Libur
82 Bab 82 : Hari Terakhir?
83 Bab 83 : Fakta yang terpendam
84 Bab 84 : Berusaha Tegar
85 Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86 Bab 86 : Kepedihan
87 Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88 Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89 Bab 89 : Thanks Bro
90 Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91 Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92 Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93 Bab 93 : Akhir yang Bahagia
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 : Kejuaraan Karate
2
Bab 2 : Pertemuan Tanpa Sengaja
3
Bab 3 : Bertukar Ponsel
4
Bab 4 : Kedewasaan Juna
5
Bab 5 : Susu Strawbery
6
Bab 6 : Anet dan Barra
7
Bab 7 : Masa lalu yang menyedihkan
8
Bab 8 : Oh Ternyata
9
Bab 9 : Selalu dipertemukan
10
Bab 10 : Berhentilah muncul dihadapan ku
11
Bab 11 : Emosi yang semakin memuncak
12
Bab 12 : Menangislah
13
Bab 13 : Setiap Hari adalah Pembelajaran
14
Bab 14 : Mobil Mogok
15
Bab 15 : Terdampar
16
Bab 16 : Pura-Pura bodoh agar bisa didekat mu
17
Bab 17 : Aku hanya berhenti memperlihatkannya!
18
Bab 18 : Pergi Bara, aku mohon!
19
Bab 19 : Kamu berhak Bahagia!
20
Bab 20 : Lomba Memindahkan Daun Bawang
21
Bab 21 : Paper Bag dari siapa?
22
Bab 22 : Bara Keracunan
23
Bab 23 : Selin yang tersudutkan
24
Bab 24 : Anet si wanita Barbar
25
Bab 25 : Paus Entertainment
26
Bab 26 : Kebusukan Wira
27
Bab 27 : Berpelukan
28
Bab 28 : Wanita Bernama Nemo
29
Bab 29 : Aku akan selalu menemukan mu
30
Bab 30 : Menginap
31
Bab 31 : Bara turun tangan
32
Bab 32 : Kejahilan Bara
33
Bab 33 : Seharian Balasdendam
34
Bab 34 : Wanita makhluk dilindungi
35
Bab 35 : Kesepakatan Menginap
36
Bab 36 : Kenangan Nasi Goreng
37
Bab 37 : Pertandingan PS yang ditunggu-tunggu
38
Bab 38 : Koala bernama Aileen
39
Bab 29 : Penyesalan yang mulai menggerogoti
40
Bab 40 : Aku tidak baik-baik saja.
41
Bab 41 : Maaf karena telah membuatmu mencintai ku
42
Bab 42 : Yang sabar ya Raka
43
Bab 43 : Perbincangan Random Raka dan Anet
44
Bab 44 : Kegaduhan Malam dan Pagi hari
45
Bab 45 : Menjemput si kembar
46
Bab 46: Hari yang sempurna untuk Bara
47
Bab 47 : Langit Senja yang menghangatkan
48
Bab 48 : Perbincangan sebelum tidur
49
Bab 49 : Bersembunyi di bawah Meja
50
Bab 50 : Semoga berjauhan dengan ku menyakitkan
51
Bab 51 : A Sad Father's Day
52
Bab 52 : Uluran tangan yang terlambat?
53
Bab 53 : Hadiah Pertunjukan yang terlambat
54
Bab 54 : Piknik yang terrealisasi
55
Bab 55 : Aku selalu merindukan mu
56
Bab 56 : Akhir dari Masa lalu?
57
Bab 57 : Ayo kita Menikah
58
Bab 58 : Sebuah Pesan yang menyebalkan
59
Bab 59 : Tragedi Pesawat
60
Bab 60 : Hatinya milikku seutuhnya
61
Bab 61 : Terimakasih sudah baik-baik saja
62
Bab 62 : Akhirnya hari ini tiba
63
63 : Jemputan Gratis
64
Bab 64 : Udah jangan Marah
65
Bab 65 : Makan Ayam Geprek
66
Bab 66 : Foto Keluarga
67
Bab 67 : Kenangan Pahit Masa Lalu
68
Bab 68 : Bukan milikmu seutuhnya
69
Bab 69 : Janji yang tertunda
70
Bab 70 : Dengan Orang yang berbeda.
71
Bab 71 : Couple baju?
72
Bab 72 : Godaan Pria tidak dikenal
73
Bab 73 : Kehebohan Trio ubur-ubur
74
Bab 74 : Pernikahan Mantan
75
Bab 75 : Buket Bunga
76
Bab 76 : Pujian Karyawan
77
Bab 77 : Deep Talk
78
Bab 78 : Cincin Couple
79
Bab 79 : Kasih Ibu
80
Bab 80 : Restu Kedua
81
Bab 81 : Hari Libur
82
Bab 82 : Hari Terakhir?
83
Bab 83 : Fakta yang terpendam
84
Bab 84 : Berusaha Tegar
85
Bab 85 : Kebenaran yang terungkap
86
Bab 86 : Kepedihan
87
Bab 87 : Terimakasih sudah menerimaku
88
Bab 88 : Jangan tinggalin Eno
89
Bab 89 : Thanks Bro
90
Bab 90 : Aku juga Sakit Hati
91
Bab 91 : Titik mulai hidup baru
92
Bab 92 : Pesta Ulang Tahun
93
Bab 93 : Akhir yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!