Drrt, drrt, drrr. Getaran ponsel membuyarkan lamunan Selin tentang kejadian menyesakkan di masa lalu. Selin membuka tasnya untuk mengambil ponselnya yang bergetar, salah satu alisnya terangkat penuh keheranan.
"Ini bukan ponsel milik ku." Gumamnya saat melihat ponsel itu dengan seksama. Memang ponselnya sama-sama berwarna hitam, tapi Selin yakin itu bukanlah ponsel miliknya. Tanpa banyak berpikir lagi Selin langsung mengangkat panggilan yang masuk, siapa tahu pemilik ponsel ini yang menelpon.
"Hallo?" Ucap Selin saat sambungan telpon tersambung.
"Hallo maaf mengganggu waktunya. Sepertinya ponsel kita tertukar dengan tidak sengaja. Tadi di depan gedung saat bertabrakan."
"Oh iya iya, pantas saja saya kebingungan kenapa ponsel saya bisa berubah. Kalo gitu dimana Mas nya sekarang? Saya antar kan sekarang juga ponselnya. Tapi ponsel saya juga ada kan?" Tanya Selin memastikan.
Terdengar tawa renyah di sebrang sana. "Tenang ponsel anda aman."
"Baiklah, Sekarang Masnya ada di mana?"
"Saya di dalam gedung tapi sebentar lagi mau keluar, saya tunggu di bawah pohon mangga ya. Anda tahukan pohon mangga sebelah mana?"
"Oh iya saya tahu. Sekarang saya keluar dari mobil." Selin langsung ke luar dari mobil dan bergegas ke arah pohon mangga yang di maksud.
"Oke, saya juga sedang berjalan ke pohon mangga."
"Baju saya warna coklat." Ucap Selin dan langsung duduk di kursi yang tersedia.
"Saya menggunakan Jas Hitam."
"Saya sudah sampai, saya duduk di kursi yang ada di bawah pohon."
"Oh iya-iya saya bergegas sekarang juga."
Selin mengangguk dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Permisi, sepertinya saya sudah berdiri di belakang perempuan baju coklat."
Selin langsung menoleh ke arah belakang untuk melihat pria yang ponselnya tertukar dengannya. Pluk! Ponsel di tangan Selin terjatuh begitu saja saat dia melihat pria yang berada di hadapannya. Selin dan Barra saling bertatapan dengan pemikiran masing-masing. Rasanya waktu terasa terhenti untuk mereka berdua.
Barra menghela napasnya panjang dan memungut ponselnya yang sudah tergeletak di atas tanah. Senyuman terbit di wajah tampan Barra sepertinya tuhan sedang berbaik hati padanya sampai-sampai kejadian langka ini bisa terjadi. Padahal sejak tadi dia sudah tahu kalo pemilik ponsel itu adalah Selin, karena foto Selin dan kedua anaknya terpampang jelas di lock screen. Tapi Barra malah pura-pura tidak tahu dan berusaha mencari kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengan Selin.
"Ini ponsel milik anda." Ucap Barra dan memberikan ponsel milik Selin.
Selin mengerjap-ngerjap matanya masih tidak percaya jika orang yang berdiri di hadapannya adalah Barra. Selin tidak habis pikir ribuan orang yang datang ke tempat ini, tapi kenapa dia harus bertukar ponsel dengan Barra seperti tidak ada orang lain saja. Dengan hati yang sedikit sesak Selin mengambil ponselnya. "Terimakasih." Ucap Selin dingin dengan pikiran yang masih melayang.
Melihat raut bingung Selin, Barra sedikit terkekeh. "Sepertinya hari ini kamu sudah mengucapkan dua terimakasih kepada ku." Ujarnya sok akrab.
"Saya permisi," Selin mengabaikan Barra dan berbalik untuk pergi.
Grep, Barra menahan tangan Selin untuk mencegahnya pergi. "Selin, apa kabar?" Tanya Barra dengan harapan Selin akan membalas ucapannya.
Selin menoleh ke arah tangannya yang di genggam oleh Barra. Dengan hati yang bergejolak dia berbalik ke arah Barra lalu menarik tangannya sopan, "Maaf saya banyak urusan, saya permisi." Jawab Selin dengan perasaan yang masih kacau.
Bara memejamkan matanya sejenak dengan perasaan sedikit kecewa. Tapi Barra berusaha memaklumi Selin yang begitu ketus, sepertinya dia pasti belum memaafkannya.
Tak lama dari itu, seorang anak kecil berlarian ke arah Selin dengan bahagia. "Ndaaaaa!" Teriak Jeno sambil merentangkan tangannya ke arah Selin.
Selin terkekeh melihat tingkah anaknya yang sangat menggemaskan, dia menekuk lututnya dan bersiap menerima pelukan dari Jeno. Greb, Jeno memeluk Selin dengan erat.
"Ko Nda nggak nyusul kita sih," Ucap Juna yang baru saja datang dengan tampang sedikit kesal.
Barra tertegun melihat interaksi Selin dengan kedua anaknya, tanpa dia sadari pandangannya sudah berubah berkaca-kaca saat melihat kedua anak Selin. "Ada apa dengan ku?" Gumam Barra di dalam hati.
"Maaf ya, ini Bunda mau nyusul kalian tapi kalian nya nggak sabar sih," Jawab Selin sambil mencuri pandang ke arah Barra yang belum beranjak.
"Wah ada Om Balla!" Teriak Jeno kegirangan dan langsung berlarian ke arah Barra.
"Jeno!" Cegah Selin namun sudah terlambat.
"Eh," Barra membeku di tempat saat tiba-tiba ada anak kecil berdiri di hadapannya dengan pandangan yang begitu berbinar.
"Hallo Om Balla yang terhormat, nama saya Jeno. Saya fans berat Om loh!"
Barra terkekeh melihat tingkah anak kecil dihadapannya yang begitu mengemaskan, kakinya di tekuk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Jeno. "Hai Jeno, wah kamu beneran fans Om?"
"Selius ! Bahkan dilumah saya punya banyak poster Om dikamar saya, tapi sekarang tinggal sedikit karen Bunda suka ngelarang saya suk...."
Hap! Sebelum Jeno berbicara terlalu melantur, Selin lebih dulu membekap mulut anaknya yang bawel dan terlalu jujur.
"Ahahaha, Aduh maaf ya, Jeno emang gini sikapnya. Jeno ayo kita pulang yah nak?" Ajak Selin dengan sorot mata penuh isyarat.
Jeno menggelengkan kepalanya tegas. "Nggak mau aku mau foto bareng dulu sama Balla!" Ucapnya dengan pandangan yang sudah berkaca-kaca.
Selin memejamkan matanya frustasi. "Om Barra lagi sibuk sayang, ayo kita pulang yah." Bujuknya.
Barra menatap ke arah Selin yang berusaha menjauhkan anaknya dari dirinya. "Nggak papa ko Sel, ayo sini katanya mau foto!" Ucap Barra yang berhasil membuat kedua bola mata Selin membulat sempurna.
"Yeay!!" Pekik Jeno kegirangan.
"Nda tolong fotoin Eno dong, Bang Una ayo ikutan!" Teriak Jeno yang berhasil membuat Selin sakit kepala.
"Haaah," Selin menghela napasnya panjang dan mengangkat ponselnya. Deg! Dia tertegun saat melihat Barra sedang merangkul kedua anaknya dengan hangat, andai saja dulu Barra tidak mengkhianatinya pasti sekarang mereka akan hidup bahagia dengan keluarga yang lengkap.
"Ndaaa! Udah belum? Juna udah gerah!" Protes Juna dengan dahi yang sudah dibasahi keringat.
Selin tersentak dari lamunan sesaknya. "Belum belum, bersiap ya. Satu, dua, tigaa!"
Cekrek!
"Tante Anet!!!" Panggil Jeno saat Anet sedang berjalan ke arah mereka.
Jeno langsung mengambil ponsel di tangan Selin lalu memberikannya kepada Anet. "Ndaa ayo ikutan biar Tante Anet yang fotonya," Ajak Jeno sambil menarik Selin.
Selin memijit pelipisnya pelan bingung dengan situasi yang di luar kendalinya. "Nggak Jeno, lain kali aja ya."
"Ayo dong Nda, Eno mohon," Ucap Jeno dengan pandangan yang berkaca-kaca.
Selin berbisik tepat di telinga Jeno. "Nggak, Bunda marah nih."
"Hik, hik, padahal Eno pengen banget di foto sama Bunda sama Idola Eno, hiks, hiks," Wajah ceria Jeno langsung luntur seketika.
Melihat Jeno yang berubah rewel membuat Selin gelagapan. "Aduh Jeno jangan nangis, iya ayo-ayo!"
"Yeay!" Pekik Jeno penuh kemenangan karena berhasil membujuk Selin dengan tampang menyedihkan nya.
Selin menghela napasnya berat dan beralih menatap Anet, "Net tolong ya" Gumamnya lalu menyusul Jeno.
"Oke santai aja kali," Jawab Anet sambil terkekeh.
Dengan perasaan yang sesak dan senyuman palsu, dengan perlahan Selin berjalan ke arah Juna, Jeno dan Barra. Selin tahu saat ini Barra sedang menatapnya dengan serius, tapi dia seolah-olah mengabaikan kehadiran Barra dan tersenyum ke arah kamera demi kedua anaknya.
"Satu, dua, tiga.."
Cekrek!
Juna yang sedari tadi hanya diam membisu sebenarnya sedang memperhatikan gerak-gerik Selin dan Barra. Juna anak Selin yang pertama mempunyai kegeniusan bidang psikologi, dia bisa menafsirkan perilaku orang lain dengan kegeniusannya. Jadi jangan harap jika kalian bisa membohongi bocah genius yang satu itu. "Sepertinya ada yang tidak beres," Gumam Juna di dalam hati.
"Kita harus mencari kebenaran Bang," Bisik Jeno pada Juna. Mereka mengangguk setuju untuk mencari kebenaran pada hubungan Selin dan Barra.
*****
Hallo Readers Selamat datang di Cerita Juna dan Jeno, Novel baru Author. Jangan lupa vote, like, komen dan share ke temen-temen kalian. Biar semakin banyak yang menikmati karya author yang satu ini.
Jangan lupa juga follow akun author biar lebih akrab.
Ig : @denisa_sahara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments