Naura tersadar di pagi harinya. Ia melihat sekelilingnya.
Ibu, Naura pikir akan bertemu ibu. Tapi ternyata Naura masih di sini, di dunia ini. Ibu, katakan pada Naura, apa yang harus Naura lakukan. Naura lelah, Naura capek.
Reno mendekati Naura ketika ia melihat putrinya membuka mata.
"Naura, kamu sudah sadar"
Tanpa menjawab ucapan ayahnya Naura hanya menangis. Air matanya jatuh berderai membasahi pipi.
"Naura, apa yang sakit nak"
"Ini, ini Naura yang sakit" ucap Naura memukul dadanya.
"Naura, jangan bicara begitu. Ayah minta maaf karena menyakitimu" ucap Reno menggenggam tangan anaknya agar tak memukul dadanya lagi
"Aku yang salah, aku yang salah, yah"
"Udah, jangan bicarakan itu lagi. Ayah tak mau kamu melakukan hal gila seperti ini. Tak banyak yang ayah pinta, ayah hanya ingin kita bertiga hidup rukun"
"Ayah, Naura capek" ucap Naura pelan
"Iya, Naura istirahat aja ya. Ayah tunggu "
"Naura mau sendiri"
"Jangan usir ayah, nak. Biar ayah menjalani. Nanti kalau kamu ingin sesuatu siapa yang membantu"
"Naura mau hubungi teman biar ia nanti yang temani, mana ponsel Naura"
"Nanti ayah minta pak ujang bawa ke sini ya. Sekarang biar ayah dulu yang temani"
Naura diam dan memejamkan matanya. Ayah Naura menghubungi pak Ujang meminta agar ponsel Naura di antar ke rumah sakit.
"Kamu mau makan apa, nak. Biar nanti ayah belikan"
"Aku nggak mau apa apa. Aku mau tidur" ucap Naura dan kembali memejamkan matanya.
Naura dibangunkan oleh sentuhan tangan ayahnya. Ia membuka matanya dan melihat ayah tersenyum.
"Ini ponselmu" ujar ayah Naura.
"Terima kasih, Yah"
Ayah Naura menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Reno mengikuti apa yang diinginkan Naura setelah dokter mengatakan jika ada indikasi Naura mengalami tekanan batin. Dan ini bisa berakibat fatal jika tak segera diobati. Ia bisa saja mengalami gangguan jiwa.
Dokter juga menyarankan agar Naura didampingi seorang psikiater atau seorang sahabat tempat ia berbagi cerita.
Naura menghubungi Raffa dan memintanya datang bersama Alesha. Ia ingin ditemani.
"Selamat *siang Raffa, maaf aku tak bisa menempati janjiku pada Alesha buat ngajak jalan. Aku lagi di rawat "
"Kamu sakit apa, dimana di rawat "
"Rumah sakit X ruang Y.... "
"Aku akan ke sana bersama Alesha"
"Iya, aku tunggu.... "
"Kamu mau aku bawain apa"
"Nggak usah, aku nggak ada selera makan"
"Aku bawa lauk ikan bakar yang kamu suka itu ya"
"Iya, terima kasih"
"Aku jemput Alesha dulu. Sekarang kamu istirahat dulu*"
Raffa mematikan sambungan ponselnya dan segera menjemput Alesha di kampus.
Mendengar Naura sakit, Alesha langsung meminta Raffa melajukan mobilnya ke arah rumah sakit.
Setelah membeli ikan bakar, Raffa menuju ke rumah sakit tempat Naura di rawat.
Ia langsung menuju ruang yang tadi Naura katakan. Raffa mengetuk pintu ruang rawat itu. Ayah Naura berjalan membukanya.
"Selamat siang, om. Apa benar ini kamar Naura" ucap Raffa
"Iya, silakan masuk "
Raffa masuk diikuti Alesha dibelakangnya. Alesha langsung memeluk dan mengecup pipi Naura.
"Mbak sakit apa" ucap Alesha kuatir
"Hanya kecapean" ucap Naura
"Aku bawakan ikan bakar, kamu udah makan"
"Belum.... "
"Mau aku suapin" ujar Raffa lagi"
"Kalau kamu nggak keberatan"
Raffa membuka bungkusan ikan itu dan menyajikan dipiring bersama nasinya. Ia membantu Naura untuk duduk sebelum menyuapinya.
"Mbak harus banyak makan, baru dua hari tak bertemu udah kurus aja. Nanti kalau udah sembuh, nginap di tempatku lagi. Abang Raffa akan masak yang enak buat mbak"
Reno yang mendengar ucapan Alesha, lalu berdiri.
"Maaf, boleh om tau nama kalian"
"Oh iya, maaf om, belum kenalan ya"ucap Alesha
"Saya Raffa dan ini adik saya Alesha "
"Om Reno, ayahnya Naura. Apakah selama ini Naura menginap di rumah kalian"
"Iya, om... " jawab Alesha.
"Terima kasih , karena mengizinkan Naura menginap. Boleh om tau kalian tinggal dimana"
"Kami tinggal di apartemen X" ucap Raffa sambil tetap menyuapi Naura.
Ponsel Reno yang berada di sakunya berdering. Ia melihat nama Santi tertera.
"Oh, om pamit sebentar ya. Titip Naura"
"Iya, om. Jangan takut, mbak Naura aman bersama kami" ujar Alesha.
Reno berjalan keluar dari ruangan itu. Ia lalu mengangkat ponselnya.
"*Mas, aku ada di ruang tunggu. Apakah tak akan menjadi masalah jika aku masuk"
"Nggak apa, Naura juga tak banyak bicara. Yang penting dokter bilang, jangan membuat ia tertekan dulu. Ini udah kedua kalinya ia mencoba bunuh diri. Tak baik bagi perkembangan mentalnya"
"Baiklah, mas"
"Mas, jemput atau kamu aja langsung ke sini"
"Biar aku saja yang kesana"
"Ya, sayang*"
Setelah itu sambungan ponselnya terputus. Ayah Naura menunggu kedatangan istrinya di depan pintu ruang rawat.
"Mas, selamat siang" ucap Santi dan mengecup kedua pipi suaminya.
" Ayo, masuk. Di dalam juga ada temannya Naura. Tempat selama ini ia menginap."
"Pria yang aku katakan itu"
"Ternyata ia memiliki saudara wanita, jadi Naura menginap di kamar adiknya"
"Oh, aku nggak tau. Maafkan jika gara gara perkataan itu mas dan Naura bertengkar. Aku hanya melihat prianya saja saat mengantar"
"Tak apa, sayang. Kamu nggak salah. Seharusnya aku bertanya dan menyelidiki terlebih dahulu"
Reno membuka pintu ruang rawat Naura. Santi berjalan disampingnya dengan memeluk lengan Reno.
"Selamat siang, kenalkan ini Santi ibunya Naura" ucap Reno.
Raffa dan Alesha langsung berbalik dan memandangi Santi dengan wajah yang sangat kaget. Begitu juga dengan Santi.
"Raffa...Alesha, kenapa ia ada di sini. Dan sejak kapan ia mengenal Naura. Jadi selama ini Naura menginap di rumah mereka "
"Santi .... " ucap Santi, mengulurkan tangannya. Ia tak ingin Naura dan Reno curiga melihat kegugupannya.
"Alesha dan ini abangku Raffa " ucap Alesha membalas uluran tangan Santi.
"Udah makannya, apa mau tambah lagi" ucap Raffa tanpa memandangi Santi.
"Udah kenyang"
"Aku cuci tangan dulu, ya"
"Terima kasih, Raffa. Karena kamu Naura mau makan" ucap Reno
"Sama sama, om. Aku pamit ke toilet dulu"
"Alesha, kamu masih kuliah"
"Masih om, baru semester dua"
"Ayah dan ibumu bekerja dimana"
"Ayah dan ibuku telah tiada sejak aku kecil. Aku dibesarkan abangku Raffa"
"Maaf, om tak beemaksud membuatmu sedih"
"Nggak apa, om. Aku udah terbiasa bersedih dan ditinggalkan orang orang yang aku cintai. Mentalku saat ini jauh lebih kuat"
"Raffa hebat, bisa membesarkan kamu seorang diri"
"Abangku Raffa segalanya bagiku. Tak akan aku biarkan seorangpun menyakitinya. Ia telah berjuang dengan keras untuk dapat menghidupiku hingga hari ini"
"Tampaknya kamu sangat menyayangi abangmu"
"Tentu saja, hanya ia seorang milikku"
"Alesha, mbak minta maaf karena nggak bisa menempati janji"
"Jangan mbak pikirkan itu. Lain kali kita masih bisa pergi bersama menghabiskan waktu"
"Tante, ibu tirinya Naura" ucap Alesha lagi
"Iya.... " jawab Santi singkat.
"Jadi ini ibu tiri yang mbak ceritakan itu" ujar Alesha.
Apa yang udah Naura ceritakan pada mereka tentangku.
Raffa yang baru keluar dari kamar mandi mendekati Alesha.
"Alesha, udah ya. Abang mau kerja lagi"
"Raffa, aku mau Alesha menemaniku" ujar Naura.
"Nanti malam aku dan Alesha kembali lagi. Aku harus pamit dulu ya"
"Kamu janji.... "
"Iya ...."
"Om, tante... aku pamit. Nanti malam biar aku dan Alesha yang menemani Naura di sini"
"Terima kasih, Raffa. Om sangat senang kamu dan Alesha bisa menemani Naura"
Raffa dan Alesha menyalami Reno dan Santi sebelum meninggalkan ruang rawat Naura.
Bersambung
*************
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Fay
lanjut thor
2022-08-19
0
Christy Oeki
cerria selalu
2022-08-13
0
Jasmine
tdk semua ibu tiri itu buruk, tetanggaku byk yg mjd ibu tiri akur2 aja dgn anak sambungnya. krn pd dasarnya tdk ada komunikasi yg baik makanya terjadi kegaduhan antara ibu tiri dan anak2sambungnya
2022-08-05
0