Drreett ... drreett ...
Ponsel milik Joe bergetar, lelaki itupun segera meraih ponsel tersebut dan mengecek siapa yang sudah mengirimkan pesan kepadanya. Joe mengangkat sebelah alisnya setelah mengetahui siapa yang sudah mengirimkan pesan chat tersebut.
"Siapa, Joe? Kenapa wajahmu terlihat aneh seperti itu?" tanya Marcello kepada Joe.
Rupanya ekspresi wajah Joe yang terlihat begitu aneh menjadi perhatian Marcello saat itu.
"Saya baru saja mendapatkan pesan chat dari Nona Marissa. Nona bilang, dia tidak ingin dijemput karena dia ingin menumpang dengan salah satu teman kampusnya," sahut Joe.
"Apa!?" pekik Marcello.
Marcello sangat terkejut sekaligus merasa kesal setelah mendengar penuturan Asistennya itu. Ia tidak terima jika Marissa pulang bersama temannya dan menolak untuk dijemput. Biasanya Marissa selalu diantar dan dijemput oleh Joe, sang Asisten kepercayaan Marcello. Selain Joe, ia tidak mempercayai siapapun untuk menemani Marissa.
"Kita ikuti dia! Aku yakin sekali, Marissa akan pulang bersama Dosen itu!" kesal Marcello dengan wajah memerah menahan kekesalannya.
Joe kembali terheran-heran melihat reaksi Marcello saat itu. Ia seperti seorang Pria yang sedang cemburu buta melihat kekasihnya akan pergi bersama laki-laki lain.
"Sebaiknya kamu selidiki seberapa jauh hubungan Marissa dengan Dosen itu. Dan jika benar mereka memiliki hubungan lebih dari hubungan seorang Dosen kepada Mahasiswanya, segera pindahkan Marissa ke Universitas lain," perintah Marcello.
"Baik, Tuan."
Hanya itu yang bisa diucapkan oleh Joe saat itu agar Marcello tidak semakin kesal.
Di kampus,
Marissa berdiri didepan gerbang kampusnya sambil menunggu Fattan yang berjanji akan mengantarkannya pulang karena jalan yang dilalui Fattan searah dengan kediaman Marcello.
Marissa terlihat sedang melamun. Ia memikirkan sesuatu yang begitu mengganggu pikirannya baru-baru ini.
"Mengapa aku begitu cemburu ketika menyaksikan Daddy bermesraan bersama wanita penyihir itu? Sebenarnya apa yang aku rasakan padanya? Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Ah, rasanya tidak mungkin!" batin Marissa.
"Sepertinya aku harus mencari seorang kekasih untuk mengisi hari-hariku agar aku tidak terfokus pada perasaanku terhadap Daddy. Tapi, siapa???" gumamnya.
Tiba-tiba sebuah mobil menghampirinya. "Hai, Marissa. Sudah lama menunggu?!" sapa Fattan sambil tersenyum hangat kepada Marissa.
Gadis itu membalas senyuman Fattan. "Lumayan, Pak. Seandainya saya adalah jemuran, mungkin saya sudah kering karena terlalu lama berdiri disini menunggu kedatangan Anda," sahut Marissa sambil terkekeh.
Fattan menepikan mobilnya kemudian membukakan pintu untuk Marissa. "Maafkan aku, Marissa. Tadi ada pekerjaan mendadak yang harus aku selesaikan," sahut Fattan sambil memelas menatap Marissa.
Marissa kembali terkekeh. "Tidak masalah, Pak Fattan. Saya cuma bercanda, kok!" sahut Marissa.
"Oh, syukurlah kalau begitu. Mari, silakan masuk."
Setelah Marissa masuk, Fattan pun segera masuk dan melajukan mobilnya memecah keramaian kota.
"Itu mereka, Joe! Benarkan kataku, Marissa pasti bersama Dosen itu!" hardik Marcello.
Lelaki itu tengah memata-matai Marissa dari kejauhan. Setelah mobil yang ditumpangi oleh Marissa meluncur, Marcello pun segera memerintahkan Joe untuk mengikuti mobil itu.
"Jangan sampai kehilangan mereka, Joe! Aku ingin lihat apakah Dosen itu benar-benar mengantarkan Marissa pulang ke Mansion atau malah mengajak Marissa kelayapan ketempat lain?!" geram Marcello.
Sepanjang jalan, Marcello terus mengumpat kasar. Lelaki itu bahkan sempat memukul-mukul jok depan karena saking kesalnya.
Didalam mobil Fattan,
"Marissa, benarkah Tuan Marcello Alexander itu adalah Ayahmu?" tanya Fattan
"Ya, dia Daddy saya. Memangnya kenapa, Pak?" tanya Marissa balik.
"Tidak apa-apa. Hanya saja aku begitu salut pada Daddy mu, Marissa. Dia sukses di usianya yang masih sangat muda. Bahkan dulu aku pernah bermimpi bisa seperti dirinya," tutur Fattan sambil tersenyum kepada Marissa.
"Benarkah? Saya tidak terlalu tahu bagaimana cerita kehidupan Daddy sebelumnya. Karena dulu saya tinggal bersama Ibu saya dan setelah Ibu saya meninggal, baru saya tinggal bersama Daddy," tutur Marissa.
"Owh, pantas saja aku tidak pernah melihat dirimu sebelumnya," ucap Fattan.
Sesekali Fattan melirik Gadis yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Namun, senyumnya mendadak hilang ketika menyaksikan perban yang membalut luka Marissa memerah karena luka Gadis itu kembali berdarah.
"Marissa, tanganmu berdarah lagi," ucap Fattan panik.
Lelaki itu bergegas menepikan mobilnya di tepi dijalan yang cukup aman. Ia meraih tangan Marissa kemudian memeriksanya.
"Sebaiknya ganti perbanmu dengan perban yang baru, Marissa. Kebetulan aku punya perbannya, tunggu sebentar."
Fattan meraih perban dari dalam penyimpanan obat-obatan yang ada didalam mobilnya. Perlahan, ia membuka balutan perban itu dan membersihkan darah yang masih mengalir di tangan Gadis itu.
"Kenapa tanganmu bisa berdarah lagi?!" tanya Fattan.
Marissa menggelengkan kepalanya, karena ia benar-benar tidak tahu dan tidak menyadari bahwa lukanya kembali berdarah.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Juwita Vena
dah sama dosenny aja marissa
2022-07-06
2
Lisa Sasmiati
kayaknya Marcello udah kepanasan dah 😮😂🤭
2022-06-09
0
Tathy Taba
buat marcelo bucingin marissa buat macelo gak menyentuh sih nenek sihir itu lagi 🤣🤣🤣🤣🤣
2022-06-04
0