Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya mereka tiba di halaman sebuah Mansion. Marissa membulatkan matanya melihat bangunan megah dan mewah di hadapannya.
"Apakah Anda tidak salah alamat, Tuan Joe? Tidak mungkinlah Daddy tinggal ditempat semewah ini! Kecuali dia menjadi salah satu tukang kebun disini," ucap Marissa sambil tergelak membayangkan bahwa Daddy nya adalah seorang tukang kebun di Mansion tersebut.
Joe tidak menjawab pertanyaan Marissa, ia hanya menggelengkan kepalanya sembari melangkahkan kakinya memasuki Mansion tersebut. Walaupun Marissa ragu, tetapi ia terus mengikuti langkah kaki Joe yang berjalan di depannya.
Beberapa orang Pelayan membungkuk hormat ketika Joe dan Marissa melewati mereka. Marissa yang tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu, merasa canggung dan serba salah.
"Tidak bisakah Anda memberi sedikit respek kepada para Pelayan itu, Tuan Joe?! Ya, paling tidak dengan memberikan senyuman kepada mereka," ucap Marissa kepada Joe.
"Tidak penting, mereka hanya Pelayan disini," sahut Joe, masih dengan wajah dingin menuntun Marissa menuju kamar yang akan Gadis itu tempati.
"Cih, sombong sekali Anda! Memangnya apa jabatan Anda dirumah ini hingga Anda bisa bicara seperti itu?!" kesal Marissa.
"Yang jelas jabatan saya lebih tinggi dari siapapun yang bekerja di Mansion ini," sahut Joe sembari membukakan pintu kamar untuk Marissa.
Marissa kembali membulatkan matanya ketika menyaksikan kamar mewah yang akan ia tempati. "Wow!!!"
"Beristirahat lah sambil menunggu kedatangan Daddy Anda," ucap Joe. Joe menutup pintu kamar itu dan kembali melanjutkan tugasnya.
Marissa masih terbengong-bengong memperhatikan sekeliling kamarnya secara detail. "Ya, Tuhan! Ternyata Daddy ku benar-benar tajir melintir! Tadi di perjalanan, Pesawat Jet pribadi, kemudian Mansion dan sekarang aku mendapatkan kamar seperti kamarnya para Putri di negeri dongeng!"
Marissa menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur mewahnya. "Erika! Ternyata aku adalah anak orang kaya tajir melintir! Dan sepertinya aku tidak perlu lagi mencari Om-Om tajir untuk menjadi pasangan hidupku!" gumam Marissa sambil terkekeh pelan.
Tiba-tiba ekspresi bahagia Marissa menghilang dari wajahnya ketika ia kembali teringat akan Ibunya yang baru saja dikebumikan.
"Mah, Daddy benar-benar jahat. Apa Mamah tau, dia hidup mewah disini, sedangkan kita membanting tulang disana hanya untuk mencari sesuap nasi," lirih Marissa dengan mata berkaca-kaca.
Tok ... tok ... tok ...
Marissa segera bangkit dari posisinya kemudian merapikan pakaiannya. "Ya, siapa?!" teriak Marissa.
"Saya salah satu Pelayan disini, Nona. Bolehkah saya masuk? Ada pesan yang ingin saya sampaikan dari Tuan Joe untuk Anda," sahut Pelayan itu.
Marissa bergegas menuju pintu kemudian membukanya dengan perlahan. "Ada pesan apa, Bi?" tanya Marissa
"Kata Tuan Joe, sebaiknya Anda bersiap-siap. Daddy Anda ingin Anda segera menemuinya di ruang utama," ucap Pelayan itu.
"Kenapa tidak sekarang saja! Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya dan aku juga sangat penasaran bagaimana wajah Daddy!" sahut Marissa.
"Baiklah kalau begitu, Nona. Mari ikuti saya, saya akan mengantarkan Anda ke ruang utama." Pelayan itu mempersilakan Marissa untuk segera mengikutinya.
Marissa pun berjalan dibelakang Pelayan sambil memperhatikan sekeliling bangunan megah itu secara seksama.
"Sebenarnya apa pekerjaan Daddy hingga ia bisa sekaya ini, Bi?" tanya Marissa kepada Pelayan yang menuntunnya menuju ruang utama.
"Maafkan saya, Nona. Saya kurang tahu kalau masalah itu. Sebaiknya Anda tanyakan saja langsung kepada Daddy Anda," sahut Pelayan itu.
Marissa memasang wajah malas setelah mendengar jawaban dari Pelayan tersebut. Ia sedikit kecewa karena ia kira Pelayan itu tahu segalanya tentang Daddynya.
Akhirnya Marissa dan Pelayan itu tiba di ruang utama. Pelayan itu mempersilakan Marissa untuk duduk di sofa yang ada diruangan itu sambil menunggu kedatangan sang Daddy.
Bukan Marissa namanya jika ia hanya duduk manis di sofa tersebut. Gadis itu mulai menyusuri di setiap sudut ruangan itu sambil memperhatikan foto-foto kenangan yang terpajang di dinding. Hingga pada akhirnya mata Marissa membulat sempurna dengan mulut terbuka lebar ketika melihat sebuah foto berukuran jumbo yang terpajang diantara foto lainnya.
"Oh, Tuhan! Tidak, ini tidak mungkin!!!" pekik Marissa sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Marissa?!"
Marissa memejamkan matanya erat. Ia kenal siapa pemilik suara berat itu. "Astaga!!!" gumam Marissa sambil berbalik dengan perlahan.
Marissa!!!" pekik Lelaki itu, Marcello begitu terkejut ketika mengetahui bahwa Marissa adalah Marissa kecilnya.
"Ja-jadi Om adalah Daddy-ku?!" tanya Marissa dengan terbata-bata. Wajah Marissa memerah menahan malu. Ia benar-benar malu bahkan rasanya ia ingin bersembunyi ke suatu tempat yang tidak bisa ditemukan oleh Daddy nya.
"Ja-jadi kamu Marissa kecilku," ucap Marcello sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Iapun benar-benar tidak menyangka bahwa Gadis nakal yang kemarin ia temui ketika di Villa adalah Marissa kecilnya.
Joe terdiam sambil memperhatikan ekspresi aneh antara Ayah dan Anak yang baru saja bertemu itu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
kavena ayunda
karma buat el mana tukang selingkuh
2023-08-14
2
Meriana Erna
😅😅😅😅😅😅😅
bukan anak kandungkn
2023-08-10
0
Istrinya Jaemin
marissa yg dicium kok gw yg malu
2023-04-29
1