Melinda menyeret kopernya sambil menggendong Marissa kecil. Bayi cantik yang usianya baru genap satu tahun. Dengan dibantu Baby sitter nya, Melinda merapikan barang-barang bawaannya ke dalam lemari.
"Terima kasih Ani, karena sudah bersedia menemaniku hingga di titik ini. Dimana aku sedang berada di titik paling rendah dalam hidupku," ucap Melinda sembari menangis lirih. Menangisi nasib buruknya.
Ani, sang Babysitter hanya bisa mengusap punggung Melinda dengan lembut dan mencoba menenangkan Majikannya itu.
Kini Melinda hanya menunggu waktunya saja. Ia pasti akan menjadi seorang janda dengan satu anak. Dan mungkin setelah ini, Melinda akan memilih untuk hidup sendiri. Kegagalannya dalam berumah tangga, membuat Melinda trauma.
Keinginannya hanya satu, membesarkan Marissa walaupun tanpa EL disampingnya.
. . .
18 TAHUN KEMUDIAN
"Mah, besok Marissa mau jalan-jalan sama Erika ke tempat pariwisata di Kota XX. Bolehin ya, Mah?!" ucap Marissa kepada Melinda yang masih bersandar di sandaran tempat tidurnya.
Melinda tersenyum sembari mengelus lembut pipi Marissa. "Boleh, tapi jangan lama-lama. Rumah ini sepi tanpa kamu, Sayang." sahut Melinda.
Ya, kini Marissa sudah berusia 19 tahun. Marisa tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan tubuh yang begitu sempurna, membuat orang lain iri ketika melihatnya.
Setelah lulus SMA, Marissa tidak melanjutkan kuliah karena kondisi Melinda yang sering sakit-sakitan. Kini Marissa menjadi tulang punggung keluarga kecilnya. Ia meneruskan usaha Melinda sebelumnya yaitu mengelola sebuah Butik sederhana yang menjadi sumber penghasilan mereka.
"Mah, bolehkah Marissa bertanya sesuatu hal?" tanya Marissa dengan wajah memelas menatap Melinda.
Melinda menautkan kedua alisnya sambil tersenyum manis. "Tanyakanlah,"
Marissa meraih tangan Melinda kemudian mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking wanita itu. "Tapi janji ya, Mamsh tidak boleh marah sama Marissa," ucap Marissa.
"Iya, iya ... Mama janji," sahut Melinda sambil terkekeh pelan karena merasa lucu dengan tingkah anaknya itu.
"Mah, sebenarnya Daddy dimana? Marissa ingin sekali bertemu Daddy," lirih Marissa.
Selama ini Marissa sama sekali tidak pernah tahu bagaimana dan dimana Daddy nya berada. Setelah perceraian terjadi, Melinda membuang semua benda yang berhubungan dengan EL. Bahkan Marissa sendiri tidak pernah tahu bagaimana wajah Daddynya. Melinda juga tidak pernah mengizinkan EL menjenguk anaknya walaupun EL sudah beberapa kali memohon kepada wanita itu.
"Marissa! Bukankah kita sudah sering membahas tentang hal ini? Mama tidak ingin kamu mengungkit-ungkit tentang Daddymu yang tidak bertanggung jawab itu! Sudah cukup, Marissa. Kita masih bisa hidup tenang tanpa hadirnya dia disisi kita," kesal Melinda karena ini sudah kesekian kalinya Marissa mempertanyakan dimana Daddynya.
Wajah Marissa sendu. Dia sedikit kecewa dengan sikap Ibunya yang langsung kesal saat ia membahas masalah Daddy nya. Padahal Wanita itu sudah berjanji tidak akan marah-marah padanya.
"Bukankah Mamah sudah janji tidak akan marahi Marissa?"
Melinda meraih tangan Marissa kemudian menggenggamnya. "Maafkan Mama, Marissa. Sebenarnya Mama tidak bermaksud memarahi kamu. Tetapi jika kamu membahas tentang lelaki itu, entah kenapa rasa sakit yang dulu pernah Mama rasakan kembali terlintas di pikiran Mama. Hati Mama sakit, Marissa. Sangat, sangat sakit," lirih Melinda.
Tangan Wanita yang kini berusia 41 tahun itu bergetar. Peristiwa menyakitkan yang ia alami dulu seolah kembali ia rasakan. Ia benar-benar kecewa, bahkan sampai saat ini, ia tidak berkeinginan untuk menikah lagi.
Marissa merasa bersalah karena membuat sang Ibu kembali mengingat masa lalunya yang menyakitkan. Ia bangkit kemudian memeluk tubuh Melinda dengan erat.
"Maafkan Marissa ya, Mah. Marissa sudah membuat Mamah bersedih. Baiklah, mulai sekarang Melisa berjanji tidak akan mengungkit hal itu lagi," lirih Marissa sambil mencium pipi Melinda.
Akhirnya Melinda tersenyum sembari mengelus pipi Marissa dengan lembut. "Baiklah, Sayang. Tapi ingat janjimu, ya! Jangan pernah membahas masalah itu lagi," sahut Melinda.
"Iya, Mah! Marissa janji."
. . .
Keesokan harinya,
Marissa sudah siap berangkat menuju Kota XX. Gadis itu berjalan menghampiri Ibunya sambil menyeret barang bawaannya. Melinda terkekeh pelan melihat barang bawaan Marissa yang begitu banyak.
"Marissa, kamu itu sebenarnya mau jalan-jalan atau pindah rumah, sih?" tanya Melinda.
Marissa hanya bisa nyengir kuda. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia membawa banyak barang, tetapi ia rasa semua barang-barang itu ia perlukan.
"Mah, Marissa pamit dulu, ya!" Marissa memeluk kemudian menciumi wajah Ibunya
"Iya, Sayang ... jaga diri baik-baik dan jangan macam-macam, ingat itu!" ucap Melinda sambil mengingatkan anak gadisnya itu.
Ia tahu bagaimana kelakuan Marissa yang sebenarnya. Anak gadisnya itu sedikit nakal dan juga keras kepala. bahkan Marissa bisa melakukan apa saja demi sesuatu yang ia inginkan. Tidak peduli walaupun itu salah.
"Oke, Mah."
Marissa bergegas pergi dengan menyeret kopernya. Erika sudah menunggunya di halaman depan rumahnya.
"Ayo, Marissa! Aku sudah tidak sabar nih!" seru Erika sembari menekan-nekan klakson mobilnya agar Marissa berjalan lebih cepat.
"Baik-baik! tidak sabaran sekali sih!" gerutu Marissa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Uswatun Hasanah Uswatun
pernah baca tpi lupa² ingat ,,klw bgitu baca sj lah kayaknya ser²uuuu hehehe /Facepalm/
2024-02-05
1
𝒱𝒾𝓇𝑔𝑜 𝑔𝒾𝓇𝓁 ♍
Ternyata udah pernah kubaca cerita ini,tp aq lupa ntah kpn,kuliat tanda like udah diklik,Ywdh kubaca ulang biar ngingetin ceritanya 😁
2023-08-01
6
Eti Alifa
q ko deg degan takut marissa dimakan el🤭
2023-02-28
0