"Cha, Daddy tinggal, ya! Istirahatlah," ucap Marcello sembari mengusap puncak kepala Marissa dengan lembut.
"Jangan! Ehm ... bisakah Daddy tinggal disini sebentar dan temani Icha hingga tertidur?" pinta Marissa dengan wajah memelas menatap Marcello.
Marcello menghembuskan napas panjang kemudian menganggukkan kepalanya. "Baiklah, Daddy akan temani kamu hingga kamu tertidur," ucap Marcello sambil melemparkan senyumannya kepada Marissa.
Marissa mulai memejamkan matanya sedangkan Marcello masih duduk disamping Gadis itu sambil memperhatikan wajah cantiknya. Setelah beberapa saat, Marissa pun benar-benar tertidur.
"Cha!?" Marcello menggoyahkan tangan Marissa dengan perlahan untuk memastikan bahwa Gadis itu benar-benar sudah tidur.
Setelah ia memastikan bahwa Marissa sudah tertidur, Marcello bangkit kemudian menundukkan kepalanya mendekati wajah Marissa. Tiba-tiba Marcello mendekatkan bibirnya kepada bibir Gadis itu. Namun, ia tersadar kemudian mengurungkan niatnya. Akhirnya Marcello hanya melabuhkan ciuman hangatnya di kening Marissa.
"Selamat malam, Icha. Semoga mimpi indah," ucap Marcello dengan sangat pelan agar tidur Marissa tidak terganggu. Perlahan Marcello melangkahkan kakinya keluar dari kamar Marissa kemudian menutup pintunya.
Marcello melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ternyata Sarrah sudah menunggu dirinya disana sambil berselonjoran diatas tempat tidur mewahnya.
"Putri kesayanganmu sudah tidur?" tanya Sarrah dengan wajah kesal menatap Marcello.
Marcello terkekeh pelan sembari menghampiri wanita itu. "Ya, dia sudah tidur." Marcello meraih tangan Sarrah kemudian menciumnya.
"Dia itu sudah dewasa, Sayang! Tidak sepatutnya kamu memperlakukan dirinya bagai anak kecil yang masih berusia lima tahun! Dan luka itu, aku yakin sekali itu disengaja olehnya agar memperoleh perhatian darimu," kesal Sarrah.
Marcello menatap lekat wanita itu kemudian meraih wajah Sarrah yang masih kesal. "Dia tadi terluka, Sarrah. Dan rasanya mustahil jika ia sengaja melukai dirinya sendiri hanya untuk mendapatkan perhatianku," sahut Marcello.
"Hhhh, kamu tidak tahu saja bagaimana sifat Gadis itu. Dia itu licik, Marcel! Dia bahkan bisa melakukan apa saja untuk mewujudkan keinginannya," tutur Sarrah.
Marcello kembali terkekeh. "Yang benar saja!"
Sarrah mendengus kesal karena Marcello tidak mempercayai kata-katanya. Marcello bangkit dari tempat tidurnya kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.
Selang beberapa saat, lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan aroma wangi yang semerbak. Marcello mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil. Sarrah memperhatikan penampilan Marcello yang semakin hari, membuat dirinya semakin tergila-gila.
"Sayang, malam ini aku tidur disini, ya?!" ucap Sarrah.
Marcello tersenyum, "Dengan senang hati, Sayang! Tetapi, setelah ini ada pekerjaan penting yang harus aku kerjakan bersama Joe di ruang kerjaku. Jadi, jika kamu sudah ngantuk, kamu tidurlah lebih dulu. Aku berjanji, setelah pekerjaanku selesai, secepatnya aku akan menemuimu," tutur Marcello.
Sarra kecewa mendengar jawaban dari Marcello. Padahal ia sangat ingin melanjutkan percintaan mereka yang sempat tertunda akibat drama yang dimainkan oleh Marissa.
"Baiklah, aku akan menunggumu disini," ucap Sarrah.
Setelah selesai berpakaian, Marcello pun pamit kepada Sarrah, kemudian melangkah meninggalkan kamar tersebut menuju ruang kerjanya.
Sesampainya di ruangan itu, Marcello membulatkan matanya karena tempat itu terlihat sangat berantakan. Barang-barang miliknya seperti pen, dan beberapa barang-barang lainnya, berserak di lantai ruangan itu.
"Ada apa ini, Joe? Kenapa ruangan ini jadi berantakan sekali?!" tanya Marcello kepada Joe yang juga baru saja tiba di ruangan itu.
Tentu saja Joe tidak tahu kenapa ruangan itu jadi berantakan. Joe menggelengkan kepalanya, "Maafkan saya, Tuan. Saya tidak tahu," jawab Joe.
Marcello nampak kecewa mendengar jawaban dari Joe. "Joe panggilkan Pelayan dan segera rapikan tempat ini seperti sebelumnya," perintah Marcello.
"Baik, Tuan."
Joe bergegas meninggalkan ruangan itu dan memanggil beberapa orang Pelayan sekaligus agar pekerjaan mereka cepat selesai. Para Pelayan itupun segera melakukan tugas mereka, membersihkan ruangan itu.
Hanya dalam hitungan menit, ruangan itupun kembali seperti semula. Bersih dan rapi. Marcello duduk di kursi kesayangannya, sedangkan Joe duduk di sofa dengan beberapa berkas di tangannya.
Satu jam kemudian,
"Ahh ... akhirnya selesai juga!" ucap Marcello sembari merenggangkan otot-ototnya. Begitupula Joe, lelaki itu menghembuskan napas lega karena akhirnya pekerjaan mereka selesai tepat waktu.
Joe bersiap-siap untuk pulang ke Apartemennya. Ia sangat merindukan tempat tidurnya yang empuk. Namun, baru saja Joe ingin berucap pamit, Marcello sudah menyela perkataannya.
"Joe, aku ingin bercerita padamu tentang masa laluku, Melinda dan juga Icha kecil," ucap Marcello sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kesayangannya.
Joe mengurungkan niatnya untuk pamit. Lelaki itu tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau, Joe harus mau dan dengan terpaksa, Joe pun kembali duduk di sofa sembari memperhatikan wajah Marcello yang terlihat kusut.
"Joe, sebenarnya Icha ..."
Hahaha ... Author iseng, mau bikin kalian penasaran buat nungguin lanjutannya besok. 😂😂😂
Tungguin sesi curhatnya Marcello kepada Joe ya, besok ... Lup Yu All
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Ketut Yeni Nurhaeni
haha ica anak sambung
2023-01-12
1
Masnah Ana
uuu lanjut... jadi penasaran....
2022-07-26
0
Juwita Vena
jangan bikin penasaran tbor
2022-07-06
0