Marcello berlari kecil sembari membawa tubuh Marissa kedalam kamar Gadis itu. Perlahan ia meletakkan tubuh Marissa keatas tempat tidur. Marissa masih terpana, bahkan tangannya pun masih melingkar di leher lelaki itu.
"Cha," panggil Marcello karena Marissa tidak juga melepaskan dirinya.
"Ah, iya! Maafkan Icha, Dad."
Marcello berjongkok disamping tempat tidur Marissa dan meraih tangan Gadis itu. Ia memperhatikan tangan Marissa yang terluka dengan seksama. Marcello semakin panik tatkala ia menemukan serpihan beling yang masih tertancap di telapak tangannya.
"Joe! Joe! Mana Dokternya! Lama sekali!!!" teriak Marcello dengan wajah yang semakin panik. Ia berjalan cepat menuju pintu kamar Marissa, mencoba mencari keberadaan Asistennya, Joe.
Dengan terburu-buru, Joe menuju kamar Marissa dan segera menemui Big Bossnya. "Dokternya masih di perjalanan, Tuan. Sebentar lagi dia akan tiba," ucap Joe.
"Apa? Masih di perjalanan?!" kesal Marcello. Joe tidak berani menjawab lagi. Ia hanya diam sembari menundukkan kepalanya menatap lantai.
"Sudahlah, Dad! Aku baik-baik saja, ini hanya luka kecil!" sela Marissa.
Marcello menoleh kepada Marissa, "Luka kecil katamu?!"
Marcello kembali menghampiri Marissa kemudian melepaskan kemejanya dan membalutkan kemeja itu ke luka Marissa.
"Ja ... jangan!" Marissa mencegah Marcello untuk tidak mengorbankan kemejanya.
Namun, Marissa terlambat. Kemeja mahal itu sudah menjadi pembalut luka di tangannya.
"Sebenarnya apa yang kamu lakukan, Marissa? Hingga gelas itu sampai pecah dan mengenai tanganmu seperti ini," tanya Marcello sembari menatap wajah cantik Marissa.
Marissa terdiam sejenak. Tidak mungkin dia mengakui bahwa dia baru saja mengintip kemesraan Daddynya bersama Sarrah. Dan tidak mungkin pula Marissa mengakui bahwa ia tengah terbakar rasa cemburu, hingga menyebabkan gelas itu pecah di tangannya. Bisa-bisa Marcello dan Sarrah akan menertawakan dirinya.
"Entahlah, aku tidak tahu bagaimana gelas itu tiba-tiba pecah begitu saja di tanganku," sahut Marissa.
Marcello menggelengkan kepalanya. Ia menoleh kepada Joe yang masih setia berdiri di belakangnya. "Joe, coba cek peralatan makan di dapur. Siapa tahu masih banyak peralatan makan yang sudah tidak layak pakai. Segera ganti yang baru, aku tidak ingin kejadian ini terjadi lagi," perintah Marcello.
"Baik, Tuan," sahut Joe
Tepat disaat itu, Dokter yang dipanggil oleh Joe pun tiba. Dokter itu adalah Dokter pribadi keluarga Marcello, yang selalu setia kepada keluarga besar Marcello sejak dulu.
"Dok, cepat obati Anakku, dia terluka dan masih ada pecahan gelas yang tertancap di telapak tangannya," ucap Marcello.
Dokter itu terdiam sejenak sembari memperhatikan Gadis cantik yang sedang berbaring diatas tempat tidur mewahnya. Dokter itu bingung, selama ia bekerja bersama keluarga besar Tuan Marcello, ia tidak pernah melihat Gadis itu sekalipun. Dan sekarang Marcello malah menyebutnya dengan sebutan 'Anak'.
"Cepat, Dok! Kenapa diam saja! Apa kamu ingin anakku pingsan karena kehabisan darah?!" kesal Marcello karena Dokter itu hanya diam sambil menatap Marissa yang berbaring diatas tempat tidurnya.
Marissa dan Joe sontak terkekeh mendengar ucapan Marcello yang terdengar begitu dilebih-lebihkan. Begitupula Dokter itu, ia terlihat mengulum senyum sambil menatap Marissa.
Dokter itu segera menghampiri Marissa dan menyingkirkan kemeja yang membalut lukanya. Dengan sangat hati-hati Dokter itu membersihkan kemudian mengobati luka Gadis itu. Tidak berselang lama, Dokter itupun selesai melakukan tugasnya. Ia menghampiri Marcello sembari tersenyum hangat.
"Tidak usah khawatir, Tuan. Anak gadis Anda baik-baik saja," ucap Dokter itu sambil terkekeh pelan.
"Kamu menertawakan aku, ya?!" kesal Marcello setelah melihat Dokter itu terkekeh.
"Tentu saja tidak, Tuan. Mana berani saya menertawakan Anda," sahut Dokter itu.
"Ya, sudah! Terima kasih banyak."
"Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan. Selamat sore."
Joe mengantarkan Dokter itu hingga ke halaman depan Mansion. Dan kini tinggal Marcello dan Marissa yang berada didalam kamar itu. Marcello kembali menghampiri Marissa kemudian duduk disamping gadis itu. Lelaki itu tersenyum sembari mengelus lembut pipi Marissa.
"Cha, Daddy benar-benar menyayangimu. Daddy tidak ingin hal seperti ini terulang lagi, kamu mengerti 'kan, Cha?!"
Marissa pun menganggukkan kepalanya dengan perlahan. Entah mengapa Marissa sangat bahagia ketika Marcello bersikap seperti itu padanya.
"Ada apa denganku? Apakah benar rasa ini adalah perasaan sayangnya seorang anak kepada Ayahnya?! Tapi, aku rasa bukan ... patutkah aku jatuh cinta pada Daddy ku sendiri?!" batin Marissa.
Sementara itu,
Sarrah benar-benar kesal. ia melemparkan barang-barang yang tersusun rapi diatas meja kerja Marcello ke lantai.
"Dasar gadis sialan! Mengapa harus ada dia diantara aku dan Marcello! Ini tidak bisa dibiarkan, Gadis itu harus secepatnya disingkirkan!" gerutu Sarrah.
"Aku ragu jika Marissa adalah anak kandung Marcello. Apa jangan-jangan dia hanya anak angkatnya saja?! Bagaimana jika itu benar? Itu Artinya, Marissa bisa saja merebut Marcello dariku!" gumam Sarrah sambil berpikir keras.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Erina Munir
tes dna aja mak lampir...bingung2 amat
2023-05-22
1
Lisa Sasmiati
ku rasa mereka berdua udah ada virus cinta deh 😊😍 betul Sarah antara mereka berdua tak ada ikatan darah 😊😂 mo rasa kau Sarah kau akan tersingkir kan 😂😂
2022-06-09
1
Tathy Taba
jangan2 marissa cuman anak angkat dari melinda n marcelo bukan anak kandung mereka uh semakin pikiran kesana kemari 🤭😁
2022-06-04
0