Martin baru saja tiba dirumah hampir gelap, ia harus menyelesaikan perkerjaan kantornya terlebih dahulu, dengan tubuh yang lelah
ia menaiki anak tangga teras rumahnya namun langkahnya terhenti saat suara penjaga rumahnya memanggilnya.
" Maaf Tuan "
" Ada apa pak ? " tanya Martin sambil memutar tubuhnya.
" ini ada surat , sepertinya dari sekolah non Green Tuan " jelas penjaga itu.
" Saya pamit Tuan " katanya lagi lalu berjalan meninggalkan Martin.
Martin segera membuka amplop itu dengan tubuh yang sudah sangat lelah karena pekerjaannya , matanya melebar membaca isi surat tentang pemanggilan orang tua serta pemberitahuan skorsing 3 hari untuk Green ,
dengan cepat ia masuk kedalam rumah dengan emosi yang sudah memuncak , baginya ini sudah sangat keterlaluan dan benar benar memalukan untuknya.
" Greenindiaa " teriaknya begitu keras ,
sehingga semua orang di dalam rumah ikut keluar.
" Ada apa si pi ? kenapa harus beteriak , Green mungkin sedang tidur " jelas Nita yang kebingungan melihat raut wajah suaminya, " " " ada apa lagi ini , tidak mungkin ini masih berhubungan dengan masalah kemaren " batin Nita.
" Panggil anakmu itu " bentak Martin begitu marah.
" Ada apa pi ? " tanyanya pelan.
" Kamu baca ini " kata Martin memberikan amplop putih yang bertulis alamat pengirim dari sekolah Green , mata Nita membesar saat membaca isi surat , ia sangat takut setelah mengetahui sebab suaminya
marah " akan apalagi yang terjadi setelah ini " batinnya cemas.
Green yang sudah mendengar teriakan Martin sejak tadi , ia pun segera melangkah menuju papi dan maminya.
Plaakk " suara tamparan mendarat di wajah Green sebelum sempat ia berbicara membuatnya tersungkur di lantai.
" Anak tidak tahu terimakasih kamu , mau jadi apa kamu huhh ? " teriak Martin begitu emosi.
" Sekarang kamu pergi dari rumah ini , saya tidak sudi mempunyai anak pembangkang seperti kamu , selama saya membesarkan Najira tidak pernah dia membuat saya malu seperti kamu " teriak Martin tanpa ampun.
" pi jaga bicara kamu " teriak Nita.
" Mau di jaga seperti apa huh , anak seperti dia memang tidak bisa di kasih hati " teriaknya lagi.
Green mencoba bangun dari lantai dengan pipi yang mulai membengkak karena pukulan tangan Martin ,
tidak ada isak tangis darinya bahkan pembelaan pun tidak keluar dari mulut Green,
Ia berdiri dan beranjak menuju kamarnya.
dan tidak lama ia kembali lagi dengan membawa ransel besar di punggungnya, Green memang sudah menyiapkan diri karena pasti ini akan terjadi , Martin akan sangat murka saat mengtahui tentang pemanggilan orang tua dan skorsing dari sekolahnya.
" Mau kemana kamu Green ?" tanya Nita mendekat kearah anaknya.
Namun Green terus berjalan melewati Martin tanpa menoleh sedikit pun.
" Green " panggil Nita lirih mencoba mencegah anaknya untuk pergi.
" Biarkan dia pergi Nita , biar dia tahu bagaimana dia harus hidup " ucap Martin sambil menarik lengan istrinya.
" Tinggalkan Kredit Card dan kunci mobilmu " teriaknya lagi.
Green yang mendengar perkataan Martin menghentikan langkahnya dan membuka tasnya untuk mengambil kredit card lalu meletakkannya di atas meja bersamaan dengan kunci mobilnya.
" Green jangan dengarkan papimu nak , papimu sedang emosi , Green " teriak Nita lirih.
" Nita " teriak Martin.
Ina yang sejak tadi melihat kejadian dirumahnya , hanya bisa menangis ia bingung apa yang harus ia lakukan untuk pertengkaran papi dan kakaknya itu.
Green melangkah keluar dari gerbang rumahnya , ia terus berjalan menyusuri trotoar untuk mencapai jalan raya supaya bisa menemukan taksi , awalnya ia sempat bingung harus pergi kemana sebelum memutuskan untuk kembali kerumah Amel , karena hanya rumah sahabatnya itu satu satunya pilihannya.
Green sudah berada di jalan raya dan ia terus menunggu taksi namun tak kunjung ada yang lewat dan untuk memakai jasa taksi online handphone Freen sudah mati sejak tadi.
dan tiba tiba ada mobil berhenti lalu mundur kearahnya.
" Hay, mau kemana ? " tanya seseorang dari dalam mobil , Green bernafas lega ketika mengetahui orang yang berada di dalam mobil adalah Alfin orang yang ia kenal , ralat maksudnya yang baru ia kenal.
" Bisa bantu nggak kak ? " pintanya begitu sopan.
" Bisa dong , mau kemana ? " tanya Alfin begitu semangat.
" anterin aku kerumah temannku , dari tadi aku sudah menunggu taksi tapi tidak ada yang datang , dan handphoneku lowbet jadi tidak bisa menghubungi taksi online " jelasnya pada Alfin.
" oke, masuklah "
Green sudah duduk di kursi kemudi di dalam mobil Alfin , namun mereka hanya saling diam karena Alfin sedikit merasa heran dengan Green yang membawa ransel cukup besar namun ia cukup sungkan untuk menanyakan rasa penasarannya.
" Alamat temanmu dimana ? " tanya Alfin memecah keheningan.
Setelah Green memberitahu alamat rumah Amel , akhirnya mereka pun tiba di sebuah rumah yang megah.
" Terimakasih kak " ucap Green yang hendak turun dari mobil Alfin.
" sama sama cantik " jawab Alfin tersenyum dan kembali melajukan mobilnya untuk beranjak dari hadapan rumah besar itu.
Green berjalan masuk kedalam perkarangan rumah Amel dan menemukan asisten rumah tangganya yang sedang berada taman kecil di hadapan rumah Amel.
" bi, Amel ada dirumah ? " tanya Green
" eh non Green , ada kok non , non Amel mungkin sedang di kamarnya " jelas si bibi.
" Mari bibi antar non " katanya lagi.
" Nggak usah bi , biar bibi lanjutin aja perkerjaannya , saya bisa masuk sendiri " kata Green sambil beranjak menuju dalam rumah.
dan ia langsung berjalan menuju kamar Amel, tanpa ngetuk pintu ia langsung masuk kedalam kamar dan menemukan Amel yang sedang tertidur pulas di tempat tidurnya lalu Green ikut merebahkan tubuh lelahnya hingga tidak sadar dia pun ikut terlelap.
Tidak lama Elin pun datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu , ia sengaja langsung datang dan beruntungnya tenyata Green juga sedang berada disana karena sebelum masuk kerumah , ART Amel sudah mengatakannya.
ia pun langsung masuk ke dalam kamar Amel dan melihat ke dua sahabatnya yang sedang tertidur nyenyak namun matanya melebar saat menatap satu ransel yang cukup besar yang berada di dalam kamar tidur Amel,
" punya siapa ini ? " Gumamnya.
Tidak lama Amel terbangun dari tidurnya , matanya mulai mengercap dan menemukan Green yang sudah tertidur di sebelahnya lalu melihat Elin yang sedang berdiri di samping tempat tidurnya.
" Sejak kapan kalian datang ? " tanyanya dengan suara yang membuat Elin terkejut.
" Gue baru saja dateng " jelas Elin.
" ini anak kapan datengnya " tanyanya lagi sambil melihat kearah Green yang sedang tidur.
" Mel ini ransel siapa ? " tanya Elin sambil menunjuk kearah ransel.
Amel yang masih belum fokus karena baru bangun tidur hanya bisa menjawab menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
Namun setelah itu kesadarannya kembali dengan membesarkan kedua bola matanya.
" Jangan bilang ini ransel Green " ujarnya tiba tiba.
jangan lupa vote dan like😍
terimakasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Ada ya orang tua macam itu? Sudah egois, arogan, seperti orang tua tiri saja.
2024-10-08
0
adning iza
papa martin kejem bget sih itu nmay bukan mendidik lgi tp udh kasar,,
2022-12-30
0
Lia Rochmatuz
Ini bapaknya Ngawur bgt main ngusir2 anak, mana Anaknya masih perawan, cuman gara2 d Skor 3 hari.. kelewatan deh
2022-05-12
0