Teeettttt Teeettt " bel pulang sekolah berbunyi.
" ayo " ajak Elin begitu semangat.
" Semangat amat lo " celetuk Amel.
" Biarin weeekkk " sahut Elin sambil menjulurkan lidahnya ke arah Amel.
" Idih melet , yang di ajak Rey itu Green bukan lu , dasar gila " kata amel lagi.
" Biarin , Green juga ngajakin gue , iya kan Green " ujar Elin sambil bergelayut di lengan Green.
" emmmm.. " sahut Green singkat karena tidak peduli dengan pertikaian Amel dan Elin.
" Ya udah ayo " ajaknya lagi.
" Kenapa jadi lo yang semangat sih ? " tanya Amel heran.
" Kita mau ke tempat basket Mel , pasti seru ngeliat cowok seksi yang lagi keringetan " ujar Elin sambil senyum senyum membayangkannya.
" Otak lo parah " kata Amel sambil menggelengkan kepalanya karena tingkah ganjen Elin.
" Hemmm gaya lo , biasanya juga otak lo lebih parah dari gue "
" Tapi nanti pasti seru banget mel , banyak cowok cakep " lanjut Elin sambil terus membayangkan pria ganteng sedang bermain basket dengan penuh keringat.
" Bodo amat " celetuk Amel sambil menoyor kepala Elin.
" ih apa sih main kepala " kata Elin kesal sambil memegang kepalanya.
" nanti awas aja lo kalau ikut teriak teriak " lanjut Elin berdelik kesal pada Amel.
Mereka berjalan bertiga kearah parkiran sekolah , sesuai janjiannya dengan Rey tadi.
Setelah semakin dekat mereka melihat Rey dengan dua sahabatnya Deni dan Willy.
" Itu mereka " kata Elin menunjuk tiga laki laki yang sedang menunggu.
" Welcome to Ladies " sapa Rey kepada mereka bertuga tapi lebih tepatnya pada Green.
dan selanjutnya Green terus diam , ia hanya mendengar celotehan Amel , Elin dan kedua sahabat Rey
Setelah beberapa saat melajukan mobil akhirnya mereka sampai di gedung basket tempat tujuan mereka.
Green keluar dari dalam mobil , di ikuti lima orang lainnya.
Di kemudi belakang , Deni dan Willy keluar lebih dulu lalu di susul Amel,
Karena melihat Elin masih belum keluar , Amel kembali menoleh kearah mobil berniat untuk memanggil Elin dan sialnya saat Amel menoleh tiba tiba Elin membuka pintu.
Tuck " suara kepala terpentok pada pintu mobil.
Awwwww " teriak Amel meringis.
Membuat semua mata menoleh kearahnya tak terkecuali Green.
" Sial lo Lin " umpat Amel kesal sambil mengusap dahi yang memerah.
" Sorry mel , gue nggak tahu kalau lo dekat pintu " jelas Elin merasa bersalah.
" Dimana yang sakit sini gue tiup " katanya sambil menarik tubuh Amel.
Melihat kepolosan Elin dan Amel yang kesakitan karena terpentok pintu , alhasil yang lain pada tertawa , termasuk Green.
Mereka terus berjalan ke dalam gedung dengan terustertawa karena Amel tak henti hentinya mengutuk Elin,
tanpa sadar kedatangan mereka berenam menjadi sumber perhatian semua orang di dalam lapangan basket.
Dan tanpa perduli mereka terus berjalan menuju kursi penonton.
Green masih merasa begitu sesak walau berada di tengah keramaian dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke toilet dan meminta satu potong rokok dengan Elin.
Di dalam toilet Green sudah tidak mampu lagi menahan sesak kesedihannya , ia sudah menangis sambil memegang dadanya yang terasa sesak saat teringat perkataan Martin tadi pagi.
Bisakah ayahnya tidak membandingkan dirinya dengan Najira dan Dewina , selama ini ia sudah berusaha begitu keras untuk seperti kakak dan adiknya namun ayahnya selalu tidak puas ,
bagi Martin semuanya belum cukup tanpa melihat bagaimana sulitnya Green berusaha.
Terkadang Green hanya tertidur tiga jam demi menghafal semua pelajaran yang akan menjadi ujian besok pagi , mengikuti semua les di luar jam sekolah hingga kelelahan dan terkadang sampai ia melupakan jam makannya karena terus belajar namun yang ia dapat tetap tidak bisa melihat Martin bangga akan dirinya , menurutnya pencapain Green masih kurang cukup.
Jadi seperti inilah Green sekarang tetap pintar di sekolah namun tidak senekat dulu yang bisa melupakan apapun demi belajar, biarlah dia belajar biasa biasa saja karena otaknya memang tidak akan mampu untuk mengejar kecerdasan Najira dan Dewina, walau ia sudah berusaha , ayahnya akan tetap menggap dirinya anak yang bodoh.
" sabar ya Green , seperti inilah jika kamu terlahir bodoh di tengah keluarga yang pintar " katanya sambil terus menangis dan memegang dadanya yang masih sesak.
Merasa sedikit legah , Green menghentikan tangisannya , di bukanya pintu toilet dan berjalan menuju westafel dangan dinding kaca , di usap matanya yang memerah dan segera ia mencuci wajahnya untuk menutupi wajah sembabnya , ia matikan rokok yang masih terselip di jari tangannya lalu ia buang ke dalam kotak sampah di samping westafel .
Sebenarnya Green bukan seorang perokok namun terkadang ketika ia sangat lelah dan merasa tertekan maka ia akan membutuhkan benda kecil berbahan tembako itu untuk menghilangkan setresnya.
Dan itu berawal ketika Elin sedang dalam masalah dan Green baru saja bertengkar dengan Martin, mereka berdua begitu kalut dengan masalahnya masing masing.
Melihat Elin yang menghidupkan rokok dan menghisapnya dengan begitu nyaman membuat Green terpancing untuk ikut menikmati.
" Lin coba dong " pintanya.
" Apa ? " tanya Elin bingung.
" Rokok " sahut Green.
" Apasih , nggak " jawab Elin yang langsung menolak bahkan terlihat sedikit marah.
" kenapa , lo sendiri aja boleh "
" Nggak gue bilang nggak , tolong hal yang buruk jangan di tiru dan gue nggak ingin lo ikut ikutan dengan gue green, gue sudah terlanjur dan sudah sulit untuk berhenti " jelas Elin menghela nafas.
" gue udah besar lin , kali ini saja please " mohon Green.
" Kali ini aja , please, " sahut Elin , karena tidak tega melihat Green yang terus memohon dengan wajah sedih membuat Elin memberikan rokoknya , ia tahu kalau Green pasti sedang mempunyai masalah hingga ia mau melakukan hal yang tidak berguna seperti ini.
dan selanjutnya Elin tidak mampu lagi unutk mencegah keinginan green merokok , berapa kali mereka bertengkar hanya karena Elin mencoba untuk menghentikan Green merokok namun Green tidak mendengarkannya bahkan seperti tidak peduli.
Setelah mencuci wajahnya Green keluar dari kamar mandi.
Bruuuukkk
karena begitu kesal Green memaki orang yang menabraknya tubuhnya , namun tidak ada jawaban membuat Green mengangkat kepala untuk melihat siapa yang telah menabraknya.
Mata Green tertegun melihat pria tampan di hadapannya.
Lelaki itu hanya melihat Green sebentar lalu berlalu meninggalkanya yang masih terdiam.
Ia mengumpat begitu kesal " minta maaf kek , untung ganteng " kata Green sambil terus berjalan menuju lapangan basket.
flashback off
jangan lupa like dan coment sertakan sarannya😍
terimakasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Ari Peny
baca lg kangen green n nathan
2024-11-28
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Pertemuan pertama dengan Nathan.
2024-10-05
0
Gina Refa
panjangggg bangeeett..flashbacknya
2023-09-01
0