Eps. 19
Paginya, Aku terbangun kembali dengan posisi berpelukan dengan Sintia.
Sebelumnya, Sintia mengatakan padaku supaya Aku tak perlu takut jika melihat anak perempuan itu lagi.
Anak perempuan itu terlihat sangat berbeda dimataku.
Aku tak ingin memikirkan hal macam-macam ataupun menduga hal yang tidak-tidak.
Dia kemungkinan hantu gituuh??
Waah. Aku ga bisa ngebayangin kalau hantu seram yang muncul seperti di film itu beneran ada dan kualami sendiri.
Sandra
Tapi, mungkin aja, dia bukan hantu kan? Iyah kan?
Sintia melihat kearah ku lalu mendecakkan lidahnya sekali.
Sintia
mulai kan. Udah penakut, jangan ngebayangin macem-macem deh.
Sandra
ga. aku ga ngebayangin apa-apa ko.
Sintia
huh yah. iya yaudah. sekarang kita ke mam dulu aja, biar bantu bilang ke nenek kalo kita mau pulang sekarang.
Aku memegangi tangan Sintia, lalu menengok kanan dan kiri, melihat lorong rumah nenek yang sudah tua.
Aku baru menyadarinya, kalau ternyata lumayan banyak lorong dirumah nenek dan terhubung dengan kamar-kamar kosong.
Padahal nenek cuma tinggal sendiri.
Kenapa, ga ikut ke rumah kita aja yah?
Aku melihat Sean yang sedang bermain sendiri di luar, lewat jendela dirumah nenek.
Sandra
itu Sean main diluar.
Saat aku menoleh, Sean sudah tidak lagi terlihat.
Sandra
Tadi ada Sean diluar sana. Lagi main sendiri.
Sintia terlihat tidak ambil pusing dengan perkataanku.
Dikamar tengah, mami dan nenek sedang ngobrol berdua.
Aku tiba-tiba merasa gugup saat ingin mengatakan tujuan kami sekarang.
Sintia
Mami. Sintia sama sandra mau ngomong.
Nenek yang terlihat ramah seperti biasanya melihat kami dengan penasaran.
Sintia langsung duduk dengan sopan, melihat ke arah Mami dan nenek dengan serius.
Sintia
Kita pengen pulang ke rumah sekarang juga!
Seperti peran pendukung, Aku hanya mengangguk disamping Sintia.
Nenek terlihat memasang raut wajah sedih ketika mendengar cucunya ingin pulang, meninggalkannya.
Mami
Boleh ibu tau alasannya, kenapa kalian tiba-tiba ingin pulang.
Mendengar mami menanyakan alasan kami secara langsung didepan nenek, Kami pun terdiam dan cemas memikirkan reaksi nenek setelahnya.
Mami
Lagian, Kemaren kan Sandra demam. Emangnya ga apa-apa pulang sekarang?
Aku langsung mengangguk dan mencoba mengatasi kegugupanku.
Sandra
Ga apa-apa mi. Sandra dah cukup sehat buat pulang.
Mami
Tapi, emangnya kenapa kalian tiba-tiba pengen pulang? Apa ada masalah disini?
Aku dan sintia terdiam lagi.
Lalu, Aku melihat ke arah nenek.
Raut wajah sedih nenek melihat kearah kami.
Aku mencoba mengatur nafasku. Ku hembuskan pelan-pelan lalu, menguatkan niatku untuk menjelaskannya pada Mami da Nenek.
Sandra
Sandra, dari awal datang, sering mimpi buruk, mi, nek.
Sandra
Mimpinya sama aja. Tambah serem malah.
Sandra
Apalagi kemaren ada temen Sandra pingsan pas main.
Nenek memelukku yang terlihat gemetar dari awal cerita.
Nenek
Ya udah gapapa. Nanti kan bisa nenek atau Sandra lagi yang main.
Nenek memelukku dan memberiku kehangatan lewat tubuh nya yang besar.
Mami
Tapi, kita ga bisa pulang hari ini, paling besok. sekalian minta jemput papi.
Sandra
iyah mi. Kita bilang dulu ke papi.
Aku untuk sesaat merasa sangat lega dan menoleh ke arah Sintia yang tersenyum padaku.
Sandra
Makasih yah Tia. Kalau bukan karena Tia, Aku ga bakalan berani ngomong.
Sintia
Iyah dek Sandra, Kan kakak bilang bakalan ngejagain adek, juga bantuin adek.
Sandra
Eh??? Ko gitu si ngomongnya??
Sintia tertawa dengan wajah cemberutku.
Nenek hanya tertawa sementara Mami menggelengkan kepala nya melihat tingkah kami.
Comments