Eps. 15
Adzan Maghrib mulai berkumandang.
Ibu dan Bapak Sean terkejut begitu pulang mendapati Sandra yang sedang tergeletak dan menggeram tak sadarkan diri.
Papi
Apa yang terjadi ini, Sean??
Sean
Nanti pi, Sean jelasin.
Pak Dhan
Permisi. Assalamualaikum.
Mendengar suara salam dari luar, Sean langsung bergegas membukakan pintu.
Riki berserta pamannya masuk dan bergegas ke dalam ruangan.
Pak Dhan
Astagfirullahaladzim..
Pak ustadz langsung membaca doa sesaat melihat aura gelap yang sudah menyelimuti tubuh Sandra.
Andhika, Ibu, dan bapaknya dipinta untuk meletakkan tubuh Sandra.
Dan rapalan doa pun dilantunkan.
Beberapa kali, Pak Ustadz terdengar menanyakan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dibalas dengan geraman dan amarah, kemudian suara yang tak jelas artinya.
Sean memperhatikan aura hitam yang mulai memudar dan menghilang dari tubuh Sandra.
Sandra
Oeeekh.... uhuk..... uhuk...
Mami
Sandra! Sadar sayang! Kamu kenapa??!!
Mami
Papi! Bawa Sandra kerumah sakit! Cepetan?!
Papi
Tenang dulu mami! Lihat dulu sebentar.
Ibu dan bapak Sean terlihat begitu panik melihat Sandra yang memuntahkan darah keluar dari mulutnya.
Dengan masih membacakan lafalan doa-doanya, Pas ustadz terlihat mengulurkan tangannya.
Seketika Geraman suara dari Sandra menghilang. Sandra mulai memperhatikan sekeliling nya dengan wajah lemas, setengah sadar.
Ibu langsung memeluk Sandra dengan perasaan cemas.
Sean mendekati Pak Ustadz dan menyalaminya
Sean
Terimakasih om. Makasih om.
Pak Dhan
Iya sama-sama nak.
Pak Ustadz masih mengamati keadaan disekitar.
Sean mengikuti pandangan Pak Ustadz dan berhenti di titik pandang Pak Ustadz.
Sintia dengan wajah yang sudah kembali seperti biasanya, masih dengan rantai yang mengikatnya berdiri disudut kamar.
Teh disuguhkan di atas meja depan Pak Ustadz.
Dengan suasana yang masih diliputi keheningan, Sean, Andhika, Riki, Bapak, dan Pak Ustadz duduk bersama.
Papi
Maaf sebelumnya pak, Saya orangtua dari Sean dan Sandra.
Papi
Sebenarnya apa yang terjadi barusan dengan anak saya?
Bapak memasang wajah serius dan sedikit cemas, menerka kejadian yang dilihatnya barusan.
Pak ustadz dengan wajah teduh nya tampak tenang dan mengelus janggutnya.
Melirik ke arah Sean sebelum memulai obrolannya.
Pak Dhan
Pak, Anak bapak itu kembar yah?
Papi
Iyah pak. Bagaimana bapak tahu? Apa Sean sudah memberitahukan sebelumnya?
Sean menggeleng saat bapaknya menengok ke arahnya.
Pak Dhan
Boleh Saya minum tehnya dulu?
Papi
Oh iyah silahkan pak! Silahkan..
Dengan gugup, Bapak mempersilahkan teh didepan pak Ustadz.
Baru ini bapak menunjukkan kekhawatiran di wajahnya.
Setelah menyeruput teh. Pak Ustadz melihat sekilas ke arah kamar.
Begitu pun dengan Bapak yang mengikuti arah pandangnya.
Papi
Pak, Sandra dan istri saya, Apa tak masalah ditinggalkan berdua?
Pak Dhan
Tidak masalah sekarang.
Bapak mengangguk menyetujui.
Pak Dhan
Jadi, pertama sebelum saya jawab pertanyaan bapak barusan, Saya juga ingin tanya, Apa ada saudara kembar atau yang mirip sekali wajahnya dengan nak Sandra?
Bapak mengangguk dan membenarkan pertanyaan Pak Ustadz.
Papi
Itu benar pak. Saya punya anak kembar, namanya Sandra dan Sintia.
Bapak terlihat berat saat mengatakan nama Sintia.
Pak Ustadz mengamati perubahan ekspresi dari. bapak.
Sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya.
Pak Dhan
Adakah kejadian yang menimpa nak Sintia sebelumnya?
Bapak terdiam melihat ke sekeliling.
Papi
Sintia sudah meninggal 10 tahun yang lalu.
Situasi di sekeliling pun menjadi hening.
Bapak sesekali melirik kamar, mana tau Ibu atau Sandra keluar dari kamar.
Bapak pun menceritakan semua kejadian awal mulanya Sintia kehilangan nyawa nya.
Tepat 10 tahun kejadian yang menimpa Keluarganya.
Comments