Eps. 3
masih diingatanku saat masih kecil. Aku sendirian mematung didepan toilet disamping rumah bapak yang akan mengantar kami sampai ke rumah
seiring udara terasa kembali berhembus. Aku dengan ringan mampu menggerakkan kembali badanku. Aku berjalan dari toilet untuk kembali pada tempat Sintia dan Sean.
Tapi, langkah kakiku rasanya berat. Padahal tadi saat mau ke toilet itu jaraknya ga sejauh ini.
Sandra
tenang dong Sandra. ko bisa disaat gini masih jadi yang penakut?
aku terus berjalan secepat yang kubisa. keringat dingin mulai terasa mengalir. aku merasa ada yang mengawasi. mungkin hanya karna perasaanku aja yang parno.
kupeluk dia sesaat ku lihat dia dihadapan ku.
Sintia
kenapa? udah pps ny?
sintia melihat aku yang keringatan dan menyeka wajahku.
Sandra
tadi ada anak kecil.
kami melihat ke arah wanita itu yang memandang kami penuh ketidak-percayaan.
Sandra
mba. emangnya ga ada anak kecil disekitaran sini? kali aja dia lagi main dekat sini kayak kita?
aku sungguh penasaran dan ingin memastikan bahwa yang kulihat itu bukan hanya bayanganku aja.
tapi wanita itu tetap menggeleng seakan itu bukanlah hal yang mungkin terjadi.
Wanita cantik
lihat sini dek.
wanita itu mengajak kami melihat samping rumahnya. hanya ada jurang yang menjorok ke arah dalam dan mustahil sebelah kiri rumah tadi bisa dilalui oleh dua arah.
Wanita cantik
dan daritadi kami ga liat ada anak kecil lewat jalan yang sama.
kulihat sintia hanya mengangguk.
Wanita cantik
dirumah ini hanya ada saya, bapak, suami saya yang kerja dipasar, dan anak saya yang masih bayi.
Sandra
oh gituh yah mba. mungkin aku tadi lagi bengong. jadi salah liat kali yah.
aku mencari jawaban yang pasti untuk menenangkan diriku dan yang lain.
Bapak/Warga Desa
maaf yah. bapak lama. bapak abis ngasih burung-burung sama ayam bapak makan dulu.
Sandra
iyah pak ga apa. yuk lah kita pulang.
Sintia
hayuk. sean kita pulang.
sean berdiri berhadapan dengan pohon depan rumah sambil terlihat mengobrol sendiri.
aku meneriakki Sean yang terlihat sedang asik sendiri. sean yang kaget segera berlari kearah kami
Sintia
lagi ngapain si sendirian disana?
sintia mendumel, sedikit mengomeli Sean.
Sean
Sean ga lagi sendirian ko tadi. abisnya Sean dicuekkin daritadi. makanya sean ngobrol-ngobrol sama kakak tadi. ada temen-temennya juga.
Sandra
kakak yang mana Sean??
Aku yang masih parno karna kejadian di depan toilet tadi agak kesal dengan bicara sean yang terdengar melantur.
Sean menggigit bibirnya sambil menahan tangis karna diteriakkin 2x sama kakak-kakaknya.
meskipun cowok, dia anak yang paling baperan diantara kami.
Bapak/Warga Desa
udah gapapa. emang kadang anak itu ingin bermain bersama.
Bapak/Warga Desa
oh iya maaf. hayuk bapak antarkan pulang.
seperti ada yang dirahasiakan bapak-anak ini. dengan cepat keduanya langsung mengganti topik pembicaraan. aku sebenarnya penasaran. tapi, kami sudah begitu lelah. dan juga matahari sudah mulai terbenam
bapak itu pun mengantarkan kami bertiga pulang. sambil melihat jalan yang kami lewati, Aku dan sintia saling melirik satu sama lain. sambil berpegangan tangan.
sesampainya dirumah, mami menatap kami dengan mata penuh amarah. lengan bajunya yang sudah ditarik sampai sikut menandakan mami yang biasanya kalem sudah seakan bersiap tempur. melihat kami yang sudah berdiri dihadapannya, mami sudah menyilangkan tangannya seakan siap menginterogasi kami habis-habisan.
Comments