Mentari sudah siap dengan seragam sekolahnya ia sangat kesal pada Linda dan Ranti, karena kedua wanita itu sepertinya sudah sepakat untuk tidak memberikan uang saku pada Mentari. Dengan alasan Mentari harus meminta uang pada Arka, karena dirinya adalah tanggung jawab Arka. Mentari masih tidak sudi untuk meminta uang pada Arka sampai akhirnya ia menghubungi Arya atau sang Papa, namun sayang Arya pun sepertinya sama saja, bila ia butuh uang ia harus meminta langsung pada Arka begitulah jawaban Arya. Sempat terlintas untuk meminta uang pada Anggara atau pun Papi mertuanya, tapi Mentari tidak memiliki keberanian.
"Huuuufff......." Mentari menarik napas dengan panjang, wajahnya terlihat begitu lesu dengan segala kesedihannya, "Gimana caranya isi bensin coba?" Mentari menendang ban mobilnya, otaknya masih berpikir bagaimana cara mendapatkan uang tapi tidak dengan memintanya pada Arka. Karena tidak juga mendapatkan ide, dengan malas Mentari melangkahkan kakinya keluar dari gerbang rumah. Matanya langsung menatap rumah kedua orang tuanya, ia bingung mengapa tidak satu pun yang mau memberikannya uang.
Lima belas menit kemudian Mentari sampai di sekolah, ia turun dari ojek dan memberikan uang receh sisa-sisa jajannya sebagai ongkos. Dengan kaki yang terasa malas melangkah Mentari memasuki gerbang sekolah, sampai di sana ia melihat Dino yang tengah menikmati eskrim dengan santainya. Tanpa basa-basi Mentari langsung merebut eskrim milik Dino, ia duduk di lantai dan sibuk menikmati eskrim yang ia rampas.
"Sialan lu.....!" Dino mengetuk kepala Mentari, ia sangat terkejut karena eskrim yang harusnya ia nikmati ada yang merampas, "Gue baru beli....kalau mau beli Sono....." kesal Dino dengan tangannya menunjuk arah kantin.
Mentari menatap Dino, "Bagi duit....buat gw beli sendiri!" Mentari mengulurkan tangannya.
Dino merasa aneh sebab tidak pernah Mentari yang meminta uang, malahan selama ini Mentari lah yang sangat suka berbagi-bagi uang, "Kesambet apa Lo?!" tanya Dino yang berdiri di depan Mentari.
"Cepetan!" Mentari mendongkak dan menggerakkan tangannya.
"Nih...." Dino memberikan uang sebesar dua puluh ribu rupiah pada tangan Mentari.
Mentari bangun dari duduknya, ia mengembalikan eskrim milik Dino, "Makasih Bebeb aku....mulai sekarang lu gw angkat jadi bokap gw karena lu udah kasih gw uang jajan," seloroh Mentari yang seolah uang yang di berikan Dino sangatlah besar, dan ia sangat senang sekali.
"Ok.... karena gw udah jadi bokap lu mulai sekarang lu harus nurut sama gw!" jawab Dino yang tidak kalah aneh.
"Gampang asal lu mau siapin PR gw," Mentari mengacungkan jempol pada Dino, kemudian ia berlari menuju kantin tanpa memberitahu Dino.
Arka yang sedari tadi diam menatap Mentari dari kejauhan, juga mulai memasuki ruangan guru. Sesaat kemudian ia kedatangan dua siswi, "Selamat pagi Pak Arka," sapa seorang siswi bernama Mita.
Arka hanya diam dan melihat wajah Mita, ia hanya menunjukan wajah datarnya seperti biasa.
"Pak aku Mita," tutur Mita dengan senyuman.
"Aku Nindi Pak," Nindi juga ikut mengenalkan dirinya.
Arka masih diam menantikan hal apa yang akan di katakan dua siswi itu hingga menemuinya ke ruang guru.
"Pak Mita pagi tadi bikin nasi goreng buat bapak," Mita meletakan sebuah kotak bekal di atas meja.
"Ini jus buatan Nindi Pak," Nindi juga ikut meletakan botol minumannya pada meja Arka.
Arka menatap kotak bekal, dan botol minuman pada mejanya kemudian ia menatap Nindi dan Mita.
"Pak cobain dong, apa mau Mita suapi?" Mita tersenyum dengan bahagia, ia juga sedari tadi menanti Arka untuk berbicara.
Kringggg......
Bel masuk berbunyi, Arka bangun dari duduknya ia mengambil spidol dan buku dari mejanya. Tanpa bicara Arka meninggalkan ruangannya, Mita dan Nindi saling pandang keduanya bingung dengan sang guru yang tidak berbicara satu patah kata pun.
"Untung keren, jadi gw bakalan usaha terus," gumam Mita yang akhirnya keluar dari ruangan Arka di ikuti Nindi di belakang nya.
Arka berdiri di depan pintu kelas dua belas IPS, semua siswa dan siswi terlihat tengah sibuk dengan aktivitas nya masing-masing. Ada yang bercanda, ada yang berlari dan ada yang bernyanyi. Hingga matanya menatap wanita yang sangat cerewet, dia Mentari yang tengah duduk di atas meja dengan lima teman prianya. Walau pun ia tengah duduk bersama teman prianya, semua sopan padanya tidak ada yang memandang haus atau pun berbuat tidak senonoh. Mereka terlihat tulus berteman, hingga bercanda juga bersama dengan asiknya.
"Ahem......" Arka berdehem.
Beberapa mata menatap arah pintu, "Suuuut......Pak Arka!" teriak seorang Siswi, hingga membuat yang lainya ikut menatap pintu dan benar ada guru sekaligus pemilik sekolah datang.
Semua murid diam dan duduk dengan rapi di kursi mereka masing-masing.
Tap tap tap.
Arka melangkahkan kakinya ia berjalan menuju meja guru, tangannya meletakan sebuah buka dan spidol di tangannya pada meja. Sesaat kemudian mata Arka mulai menyapu ruang tersebut, dengan semua murid yang terlihat begitu rapi. Tapi ada satu murid yang duduk dengan laki-laki.
"Kemari....!" suara dingin Arka meminta wanita tersebut untuk berjalan mendekati dirinya.
"Buat apa?" tanya Mentari yang tidak ingin mengikuti perintah Arka.
Arka menatap semua murid lalu kembali menatap Mentari, Arka menggerakkan tangannya meminta Mentari segera melakukan yang ia perintahkan.
"Huuuufff....." dengan terpaksa Mentari bangun dari duduknya dan berdiri di depan kelas sesuai keinginan Arka, "Ada apa?!" tanya nya ketus.
Arka memasukan dua tangannya ke dalam saku, ia menatap penampilan Mentari yang terlihat aneh, "Lepaskan semua rantai hewan yang kau pakai ini!" titah Arka menunjuk kalung dengan ukuran cukup besar, dan gelang yang terpasang di kedua tangan Mentari.
"Buat apa?!" Mentari tetap tidak terima, namun ia baru menyadari jika kini ia berada di sekolah. Dan orang-orang tidak boleh curiga dengan pernikahan rahasianya dengan Arka, dengan bibir yang mengerucut Mentari melepas semua perhiasan kesayangannya kecuali satu yaitu cincin bertahtakan berlian yang beberapa hari yang lalu di sematkan Arka di jari manisnya, "Ini pak," Mentari meletakan nya di meja, kemudian ia kembali pada kursinya.
"Men...tari.....," pertama kalinya Arka menyebut nama Mentari, suara nya yang tegas dan dingin terdengar di ruangan itu.
Saat mendengar namanya di panggil dengan begitu jelas, Mentari langsung mengurungkan niatnya untuk duduk. Perlahan ia berbalik dan menatap Arka sambil berdo'a semoga Arka tidak mengumumkan jika ia adalah istri dari Arkana Anggara Wijaya.
Arka menunjuk kursi milik guru, "Duduk di sini!" suara dingin Arka terdengar tidak ingin di bantah.
"Tapi Pak," Mentari mencoba menolak, tapi sepertinya cukup sulit karena Arka hanya dengan wajah dingin dan Mentari pun takut. Bukan takut pada Arka tapi takut Arka mengatakan status keduanya.
"Saya tidak suka di bantah!"
"Saya tidak suka di perintah," gumam Mentari sambil duduk di kursi yang seharusnya di duduki Arka.
Arka tahu Mentari dengan terpaksa dengan mengikuti perintahnya.
"Kalau kau tidak suka duduk di antara teman perempuan mu, maka kau harus duduk di sini setiap hari nya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
mentari mah asli bandelnya bukan tomboy lagi,tapi kebanyakan anak IPS emg rada" kurang kalem sih kelakuannya yg cweknya bny yg bar"..
2022-06-25
0
Dwi setya Iriana
wajar klo arka bikin aturan secara mentari istrinya,arka pgen mentari jadi wanita yg sebenar2nya.
2022-03-19
0
Raya S
saya masuknya telat nih sudah banyak dulu up-nya baru baca jadi mau komen juga sudah telat heheheee semangat iya thor semoga sukses kedepannya
2021-11-29
0