"Tari gw nggak bisa antar lu pulang ya," kata Lala yang kini berada di dalam mobilnya.
"Nggak papa La gw ngerti kok," jawab Mentari setengah menunduk.
"Sekali lagi maaf ya Genk....gw nggak enak banget.....tapi mau gimana lagi nyokap gw lagi di rumah sakit," jawab Lala dengan tidak enak hati.
"Udah santai aja.....gw bareng Rika aja Atau nggak Robi....masih banyak juga yang lainnya."
"Ok....gw langsung jalan," pamit Lala yang langsung melajukan mobilnya.
Mentari berdiri di depan gerbang mencari tumpangan, banyak yang mau mengantarkannya pulang. Tapi ia memilih siapa teman yang akan mengantarkan nya pulang, hingga sesaat kemudian sebuah mobil Hummer berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya, perlahan kaca mobil itu terbuka dan terlihat Arka di dalamnya.
"Masuk!" titah Arka tanpa basa-basi.
Mentari menatap sekitarnya dan banyak siswa siswi yang menatapnya, Mentari cepat-cepat menggeleng kemudian ada seorang temannya lewat.
"Rob....bareng ya?" teriak Mentari.
Robi menghentikan laju motor kesayangannya, dan menatap Mentari, "Kuy lah," Robi memasangkan helm untuk Mentari, setelah itu ia cepat-cepat naik. Sesaat kemudian Robi melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dan Mentari memeluknya dari belakang.
Robi menghentikan laju motornya tepat di depan gerbang rumah Mentari, dan Mentari turun dari motor milik Robi. Perlahan Robi membukakan helm yang di pakai Mentari.
"Gw balik ya Genk....." pamit Robi sesaat kemudian Robi kembali melajukan motornya, meninggalkan Mentari.
Setelah memastikan Robi benar-benar pergi, Mentari menyebrang jalanan untuk masuk ke rumah mertuanya berbarengan dengan Arka yang juga memasukan mobilnya, Mentari tidak perduli dengan Arka sama sekali bahkan Arka seperti orang asing bagi Mentari.
Sampai di kamar, Mentari langsung melepas tas dan sepatu nya tidak lupa juga meleparnya dengan asal. Lalu ia meloncat ke atas ranjang untuk merenggangkan otot-otot yang terasa kaku, hingga sesat kemudiaan pintu terbuka dan Arka yang masuk.
Mentari langsung meloncat dari atas ranjang dan berkacak pinggang di hadapan Arka, "Om sengajakan?! Om pasti sengaja tadi minta Tari naik ke mobil Om.....biar orang-orang curiga dan akhirnya mereka tahu kalau Tari ini udah nikah!" Mentari meluapkan emosi yang sedari tadi ia tahan, berulangkali ia mengusap dada saat di sekolah demi meredakan emosinya, tapi kini tidak bisa lagi emosi itu di tahan.
Arka tidak perduli dengan ocehan Mentari, ia lebih memilih masuk kedalam kamar mandi. Cuaca yang sangat terik membuat nya ingin mencari kesegaran.
"Om!" Mentari berdiri di depan pintu kamar mandi mencoba menghentikan langkah kaki Arka, "Om.....balikin kalung sama gelang Tari! Jangan jadi penjajah dong.....itu barang kesukaan Tari!" Mentari menadahkan tangannya tapi Arka malah menggeser tubuh mungil Mentari dan berlalu masuk ke kamar mandi tanpa menjawab sepatah kata pun dari banyaknya pertanyaan dan omelan Mentari.
Dua jam kemudian Mentari merasa sudah lebih segar, ia memakai kaos oblong dan celana pendeknya.
"Mami!!!!" seru Mentari dari tangga, kemudian ia sampai di meja makan.
"Eh.....anak Mami," Linda tersenyum menatap Mentari yang kini ikut duduk di kursi meja makan.
"Mami masak apa?" Mentari melihat menu makan malam yang tersusun rapi di atas meja.
"Masak semur jengkol itu," Linda menunjukan makanan kesukaannya, "Mentari, tadi Mami ketemu Mama di depan, Mama minta kamu sama Arka makan malam di sana....kalian semenjak menikah belum ada pulang ke rumah Mama kan?" tanya Linda menatap Arka yang sudah duduk di kursi meja makan dari tadi.
"Iya sih Mi," Mentari mengangguk membenarkan apa yang di katakan Linda.
"Arka ayo sana ke rumah mertua mu....!" perintah Linda.
"Mi....Tari pamit ke rumah Mama ya..."
"Iya, sekalian nginep aja di rumah Mama ya," Linda tersenyum tulus pada Mentari.
"Emang boleh Mi?" bibir Mentari tersenyum lebar mendengar perkataan Linda.
"Boleh dong, tapi sama Arka," kata Linda menatap Arka dan itu malah seketika membuat senyuman Mentari hilang.
"Yaudah lah Mi, Tari ke rumah Mama dulu...." Mentari langsung berlari menuju pintu utama, dengan semangatnya ia memasuki gerbang rumah kedua orang tuanya. Begitu pun dengan Arka yang berjalan dengan gagahnya di belakang Mentari.
"Mamah akoh....." teriak Mentari dengan ceria dan ia langsung memeluk Ranti yang tengah menghidangkan makan malam.
"Eh....anak Mama," Ranti langsung memeluk Mentari dan menciumi putri bungsunya itu.
"Assalamualaikum Ma," kata Arka lalu mencium punggung tangan Ranti.
"Waalaikumsalam," Ranti tersenyum dan mempersilahkan Arka untuk duduk di kursi meja makan, di mana Arya juga sudah duduk di sana.
Keluarga itu memulai makan malamnya dengan penuh bahagia, bahkan dengan keramaian Mentari yang tidak pernah berhenti mengoceh. Ada saja yang jadi bahan ocehan wanita tujuh belas tahun itu, namun itulah yang dirindukan oleh Ranti dan Arya. Semenjak Mentari sudah tidak tinggal di rumah mereka lagi semua terasa sepi, apalagi dengan Rembulan yang kini tidak di ketahui keberadaannya.
"Assalamualaikum...." terdengar suara seorang wanita yang berdiri di kejauhan, dan menatap semua orang yang tengah duduk di kursi meja makan.
Ranti terdiam seketika, ia sangat mengenali suara itu hingga ia tidak berani untuk menatap arah suaranya karena ia yakin itu adalah Rembulan putri sulungnya.
Mentari yang juga mengenali suara rembulan langsung menatap suara tersebut, ia terkejut ternyata ada Rembulan di sana. Marah, kesal, benci semua mengaduk batin Mentari.
"Ma...." Rembulan mendekati Ranti dengan langkah yang begitu berat, ia mendudukan dirinya di lantai sambil menunduk tepat di samping kursi yang di duduki Ranti. Air mata Rembulan terus mengalir membasahi pipinya, hingga tidak satu patah katapun yang bisa ia keluarkan.
"Dari mana aja lu Kak?! Kenapa baru balik sekarang! Semua hancur karena Lo!" teriak Mentari.
"Hiks....hiks....hiks...." Rembulan masih terisak ia perlahan mendekati Arya, "Pa.....maaf," lirih Rembulan lagi.
Arya tidak menjawab sepatah kata pun, ia malahan membanting sendok yang ia pegang dan pergi begitu saja meninggalkan yang lainnya.
"Pa.....hiks....hiks....." Rembulan menangis melihat punggung Arya yang perlahan menghilang karena kejauhan.
Perlahan mata Rembulan menatap Arka yang dari tadi hanya menyuapi makan pada mulutnya, dan seolah tidak ada yang terjadi di sana.
"Mas....." suara Rembulan terdengar lemah, bibir nya bergetar saat memanggil Arka.
Arka meneguk air kemudian ia bangun dari kursinya, "Ma, kami pulang, kami akan menginap di sini besok saja," pamit Arka lalu menarik Mentari untuk ikut bersamanya.
"Kami?" Rembulan bingung dengan kata-kata Arka bahkan ia semakin bingung saat melihat Mentari ikut pulang bersama dengan Arka. Bahkan Arka sempat mengatakan esok menginap di rumah itu, sejenak Rembulan menebak jika Mentari sudah menikah dengan Arka. Namun ia cepat-cepat menepis pikiran tersebut, sebab ia tahu Mentari sangat membenci Arka dan mustahil sekali jika Mentari sudah menjadi istri Arka.
***
Mohon like dan Vote nya biar Othor lanjut ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
nah loh ngapain rembulan pkai nongol nih.mo ngajak Arka nikah?telat markonah,Arka dah nikah ma mentari tuh..
2022-06-25
0
Dwi setya Iriana
😧😧😧😧😧😧😧😧😧mau komen apa ya jadi bgung dah.
2022-03-19
0
riolina johan
Kasian Mentari...
kasian juga Rembulan yang udah dijebak...sama authornya...ahahahahha🤪🤪🤪🤪
2022-01-06
1