Pagi harinya Rembulan membuka mata, ia memegang kepalanya yang terasa pusing. Rembulan merasa tubuhnya sakit bahkan terasa begitu letih, apa lagi di bagian inti dirinya. Dengan penasaran Rembulan membuka selimut dan melihat tubuh polosnya, mata Rembulan melebar seketika melihat banyak kissmark dan ada noda darah di sepre putih itu.
"Apa yang udah terjadi," Rembulan mulai mencoba mengingat apa yang sudah ia lakukan, namun ingatan nya hanya Arka yang semalam bersama. Dan kini tidak ada siapa-siapa di sampingnya, dan dengan siapakah ia sudah melakukan itu.
"Tari," terdengar suara Rani yang kini masuk ke kamar yang di pakai oleh Rembulan.
"Rani, apa semalam calon suami aku datang ke sini?" tanya Rembulan panik, sebab ia ingat tidak menghubungi Arka sama sekali. Dan mana mungkin Arka datang ke sana.
"Gila lu ya.....?Mana ada calon laki lu kemari, yang ada gw liat pagi tadi Radit yang keluar dari kamar ini," kata Rani, ia tertidur di sopa dan saat ia terbangun saat itu pula bertepatan dengan Radit yang keluar dari kamar yang biasa mereka gunakan saat menginap di apartemen milik Lusi.
"Radit?" tanya Rembulan shock.
"Iya," Rani lagi-lagi membenarkan apa yang dikatakannya, kemudian netranya menatap pakaian yang berserakan di lantai, "Lan?" Rani menatap Rembulan dengan penuh tanya.
"Hiks......hiks......" Rembulan meremas selimut putih yang menutupi tubuhnya, ia sadar ternyata yang tidur bersama nya itu bukan Arka tapi Radit, "Rani aku harus gimana? Hiks.....hiks....aku besok nikah Ran?" Rembulan terus menangis dan menjerit dengan kuat.
"Hey ini ada apa?" tanya Lusi sang pemilik apartemen, ia terbangun dari tidurnya karena suara jeritan Rembulan, hingga ia penasaran dan setengah berlari melihat keadaan Rembulan. Semalam ia juga tertidur di karpet bulu tebal di mana mereka malam itu berpesta, banyak nya minum membuat kepalanya juga sedikit pusing.
"Lusi, Iqbal di mana?" tanya Rani, karena ia yakin Iqbal pasti tau dimana Radit dan ia ingin bertanya apa yang sudah terjadi antara Rembulan dan Radit. Ia berharap semuanya tidak terjadi, hingga Rembulan tidak lagi bersedih.
"Iqbal kayaknya udah pulang deh, Radit juga nggak ada di depan," jelas Lusi, sebab ia pun tidak melihat Iqbal dan Radit, "Emang ada apa sih?" tanya Lusi yang belum mengerti.
"Rani aku harus apa?" Rembulan terus menangis tanpa henti, ia pun tidak bisa mengingat entah ia tidur dengan siapa. Semuanya masih terasa gelap.
"Rembulan lu kenapa sih? Kok nangis?" tanya Lusi lagi.
"Diem lu," kata Rani, langsung membentak Lusi karena Rani kasihan pada Rembulan. yang terlihat sangat terpukul.
Lusi menatap Rembulan, yang tergulung selimut dan memeluk Rani. Kemudian melihat kamar tamu miliknya ada baju Rembulan yang berantakan, "Lan, ini pakaian lu kenapa begini?" tanya Lusi.
"Lusi aku juga nggak tau.....aku bingung dan aku nggak bisa ingat apa-apa.....hiks....hiks...." Rembulan semakin memeluk Rani dengan erat, "Aku besok mau nikah Ran, aku harus gimana?" tanya Rembulan yang kesedihan dan kebingungan.
"Kita temui Radit, karena gw yakin lu sama Radit semalam....." Rani tidak tega harus mengatakan itu, karena Rani terlihat pucat dan terpukul.
"Bukannya Radit hari ini harus balik ke Jerman, untuk lanjutin penelitiannya," kata Lusi yang ingat jika memang Radit hari ini akan kembali ke Jerman.
"Tapi aku udah lakuin itu Lusi, Rani, aku harus apa?" tanya Rani lagi.
"Gw telpon Radit aja semoga dia belum berangkat," Rani mengambil ponselnya dan menghubungi Radit, belum sempat Rani menghubungi Radit ternyata Radit sudah kebalikan ke sana. Dsn berdiri di belakang Lusi, "Lusi kita keluar dulu yuk," Rani tahu mereka harus memberikan Rembulan dan Radit untuk berbicara, dengan cepat ia menarik tangan Lusi keluar dari kamar itu. Tidak lupa Rani juga menutupnya.
Rembulan tidak berbicara, ia hanya menangis dan menyesali semua yang terjadi. Radit berdiri di dekat ranjang dan mendekati Rembulan yang tengah duduk, sambil tangannya terus meremas selimut.
"Lan, aku tau apa yang kita lakuin semalam salah. Dan aku tahu aku juga salah aku minta maaf," liris Radit.
Rembulan menatap Radit, air matanya masih terus mengalir, ia melempar bantal guling tepat mengenai dada Radit, "Lu brengsek Dit, gw benci sama lu, lu bajingan!" Rembulan terus berteriak histeris, ia bahkan tidak bisa meredakan amarahnya.
"Maaf Rembulan, sekali lagi maaf, kalau kamu butuh tanggung jawab aku siap," kata Radit dengan pasti.
"Kamu gila......" Rembulan melempar bantal yang masih tersisa di atas ranjang pada Radit, "Kamu gila Radit.....aku ini besok udah mau nikah sama orang yang aku cintai! Hiks....hiks ..." jawab Rani sambil terus menangis.
Radit terdiam dan ia pun tidak tahu lagi harus apa, semua sudah terlanjut terjadi. Hanya penyesalan yang tersisa, dan juga air mata kini semua berakhir duka dengan di saksikan air mata luka. Bukan hanya Rembulan yang menangis, tapi Radit pun menitihkan air mata menyesali bertapa bajingan ya ia saat semalam. Tapi sungguh Radit pun tidak tahu mengapa bisa ia sebrutal itu dan juga senekat itu.
"Pergi kamu dari sini....aku nggak mau lihat kamu lagi bajingan!" teriak Rembulan mengusir Radit.
"Tapi Lan," Radit ragu untuk meninggalkan Rembulan sendirian, apa lagi ini sua juga ada hubungannya dengan dirinya. Apakah ia tega membiarkan Rembulan dalam kesedihan sendiri, ia pun takut Rembulan putus asa hingga berakhir bunuh diri. Sebab semua yang terjadi bukan lah hal yang mudah, ia pun ingin menghukum dirinya sendiri atas semua ke khilapan ini.
"KELUAR BAJINGAN...hiks....hiks....." Rembulan terus menangis dan menjerit.
"Kalau kamu butuh Tanggungjawab aku siapa Lan, kalau kamu menderita bawa aku pun ikut dalam penderitaan mu. Karena ini salah ku, aku pergi dan akan kembali bila kau meminta ku," kata Radit, sebagai seorang pria sejati ia akan bertanggungjawab atas yang sudah ia lakukan pikir Radit.
"Keluar, aku nggak mau liat muka kamu lagi....hiks...hiks...." Rembulan menangis dan menjerit dengan kencang.
Radit menunduk lalu pergi, wajahnya menyiratkan kesedihan namun ia pun tidak tahu harus apa. Yang jelas Rembulan hanya butuh waktu sendiri, dengan kali yang rasa berat Radit pergi meninggalkan apartemen milik Lusi.
"Lan," Rani kembali memeluk Rembulan dengan erat.
"Gw harus apa Ran? Hiks....hiks...."
"Sabar Ulan, kamu harus tenang dulu," Rani terus memeluk Rembulan dengan erat, ia pun dapat merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Rembulan.
Lalu yang menjadi pertanyaan besar di kepala Rani mengapa semua bisa terjadi, sementara mereka sering minum seperti ini namun tidak pernah terjadi apa-apa dan kenapa sekarang bisa terjadi. Rani tidak ingin mengutarakan penasarannya pada Rembulan, menurutnya ini bukan waktu yang tepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Lisa Halik
siapa punya kerja
2023-01-13
0
Winar hasan
ada yg mnjebak mereka kah?????
2022-12-24
0
Muhammad Zaki
Radit suka sama rembulan ya. Dan sepertinya ada yg kasih obat dalam minuman yang mereka minum.
intinya sih rembulan tdk berjodoh dgn arya
2022-08-25
0