"Mas Arka tunggu...." Rembulan berhasil menghentikan langkah kaki Arka yang akan memasuki rumah, "Mas aku ingin bicara," lirih Rembulan.
Arka membalikan tubuhnya dan melihat Rembulan yang berdiri di teras, Arka hanya diam tanpa bicara satu patah kata pun.
"Ada apa Ulan?!" Linda tiba-tiba datang dan ia terlihat tidak menyukai Rembulan seperti saat dulu.
"Tante Ulan mau bicara sama Mas Arka," pinta Ulan dengan suara bergetar, berharap Linda mengijinkannya berbicara berdua dengan Arka.
"Bicara saja di sini!" jawab Linda.
"Tapi Tante....Ulan butuh bicara berdua sama Mas Arka," lanjut Rembulan lagi.
"Assalamualaikum....." kata Mentari yang mengucapkan salam.
Semua mata tertuju pada Mentari yang masih dengan seragam sekolah.
"Kok pada liatin Tari sih?" tanya Mentari dengan bingung.
"Waalaikumsalam....." jawab Linda.
"Tari masuk dulu ya Mi," pamit. Mentari yang tidak ingin tahu dengan permasalahan orang-orang di sana.
"Tari tunggu!" Rembulan menghentikan langkah kaki Mentari.
Mentari berbalik dan menatap Rembulan dengan pandangan tidak suka, "Apa? Belum puas lu udah bikin masa depan gw terancam!" ketus Mentari lalu pergi begitu saja, tanpa perduli pada Rembulan.
"Kamu mau bicara apa? Kalau tidak penting sebaiknya kamu pergi!" kata Linda.
"Arka maafkan aku....." lirih Rembulan.
Arka tidak perduli ia kemudian berbalik dan ikut menyusul Mentari yang tengah menaiki anak tangga meninggalkan Rembulan yang memandangnya dengan mata yang berkaca-kaca, dan Linda yang terlihat tidak suka pada Rembulan.
"Tante maafin Ulan," Rembulan kembali menatap Linda penuh penyesalan.
"Iya saya maafkan, kalau kamu tidak mengganggu rumah tangga anak saya!" Linda langsung pergi setelah mengatakan hal itu, tanpa perduli lagi pada Rembulan.
Perlahan Rembulan juga pergi meninggalkan rumah keluarga Wijaya, ia masuk ke rumah kedua orang tuanya. Matanya menatap kedua orang tuanya yang tengah duduk di sofa, Rembulan langsung mendekati keduanya dan duduk di lantai.
"Ma.....Pa.....maafin Ulan.....hiks....hiks......" Rembulan menangis sesenggukan namun Arya dan Ranti pun pergi tanpa memberikan maaf pada kedua Rembulan.
Kepiluan semakin terasa, semua semakin menyesakkan dada. Ia akhirnya perlahan pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ia berdiri di balkon kamarnya bola matanya dapat melihat dengan jelas Mentari yang tengah berdiri di balkon juga sambil mengomel tidak jelas.
"Gara-gara Kak Ulan ni, aku jadi harus nikah," gerutu Mentari sambil melepas cincinnya.
"Kenapa di lepas?!" tanya Arka yang entah sejak kapan berdiri di belakang Mentari.
Mentari berbalik sambil mengerucutkan bibirnya, ia menatap Arka dengan malas, "Karena cincin ini hampir aja bikin aku mati berdiri!" ketus Mentari.
Arka diam sambil menunggu lanjutan dari ucapan Mentari, ia hanya menunjukan wajah datar sambil memasukan sebelah tangannya kedalam saku celana.
"Om tau nggak!" teriak Mentari, dan sesat kemudian ia menyadari panggilannya, "Maksud Tari Kakak," Tari sedikit menepuk mulutnya karena ia pun kesal dengan panggilannya pada Arka, panggilan itu hanya semata-mata agar Arka merahasiakan pernikahan mereka sesuai dengan perjanjian tadi saat di sekolah, "Kakak tahu nggak?! Tadi Lala sama Rika nanya ini cincin apa, terpaksa Tari boong," kesal Mentari yang merasa dirinya tidak pernah berbohong, namun kali ini dengan terpaksa ia harus berbohong.
"Kalau kau tidak mau berbohong katakan yang sebenarnya," jawab Arka santai.
"What's...." mata Mentari melebar seketika mendengar jawaban Arka yang terlihat santai, "Dasar Om-om nggak ada otak!" lanjut Mentari.
"Kamu yang istri tidak ada akhlak!" kata Arka yang tidak kalah membuat Mentari semakin kesal.
"Yeeee......paan sih," Mentari mengeratkan giginya menatap Arka dengan sinis.
"Apa yang kau lakukan tadi bersama bocah ingusan itu di belakang sekolah?" Arka ingat tadi sebelum pulang sekolah ia mendapati Mentari tengah berdua saja dengan Deni, namun saat itu ia terpaksa harus pergi karena ada seorang guru yang mengajaknya berbicara dan ia tidak melihat selanjutnya apa yang Mentari dan Deni lakukan di sana.
Mentari memicingkan mata, seolah Arka kini adalah orang yang harus a introgasi, "Kakak ngintipnya?!" bukan Mentari namanya bila langsung menjawab dengan benar tanpa membuat lawan bicaranya kesulitan dalam menghadapinya.
"Jawab!" kata Arka dengan tegas.
"Kalau nggak mau?!" Mentari menolak untuk menjawab, karena menurutnya itu bukan urusan Arka.
Arka mengeluarkan dua buah buku nikah, dan meletakkannya di dada Mentari, cepat-cepat Mentari mengambilnya dan melihat isi buku tersebut, "What's....Mentari?" Mentari menatap Arka dengan mata yang melebar, "Kemarin di buku nikah ini kan nama Kak Ulan?!"
"Apa saya menikahi Rembulan?"
Mentari menggeleng dengan wajah yang kebingungannya.
"Saya menikahi siapa kemarin?!"
"Tari."
Arka mengangguk, "Apa yang kau lakukan tadi bersama dengan bocah ingusan itu di belakang sekolah?!" Arka kembali mengembalikan topik pembicaraan mereka yang sebelumnya.
"Penting banget ya?"
"Kamu mau buku nikah itu sampai di tangan kepala sekolah?!"
"Jangan dong Om, eh....maksud Tari Kak," Tari panik bukan kepalang, ia sangat takut di keluarkan dari sekolah yang sangat ia cintai bersama teman-teman lainnya.
"Jawab!" Arka menunjukan wajah seriusnya.
"Ciuman lah apa lagi coba...." jawab Mentari asal, karena ia sangat tidak suka dengan Arka yang sangat suka mengintrogasi dirinya, lagi pula ia ingin di ceraikan oleh Arka. Dan terserah pada Arka bila ingin kembali pada Rembulan, ia tidak perduli sama sekali.
Arka menaikan sebelah alis matanya, dan tanpa sengaja matanya menatap Rembulan yang tengah melihat mereka dari kejauhan, kemudian Arka kembali menatap Mentari, "Pakai lagi cincin itu, kalau mau rahasia mu aman!"
"Ish......ngacem....." dengan mulut yang mengomel dan perasaan tidak senang, dengan terpaksa Mentari memakai cincin yang ia lepas barusan, "Apa lagi?!"
"Apa yang kau lakukan tadi dengan bocah ingusan itu?!"
"Ciuman....puas...." ketus Mentari.
Arka menarik tengkuk Mentari dan melahap habis bibir Mentari, di depan Rembulan. Ia sengaja melakukan itu untuk membalaskan sakit hatinya pada Rembulan yang tega meninggalkannya di hari bahagia mereka.
"Eeermmpppp..." Mentari mendorong Arak, tapi tidak bisa hingga beberapa saat kemudian Arka yang melepaskan Mentari dengan napas terengah-engah, "Dasar gila!" teriak Mentari dan pergi masuk kedalam kamar.
Arka hanya diam dan ia pun ikut masuk ke dalam kamar menyusul Mentari, Arka melihat Mentari memasuki kamar mandi dan menggosok bibirnya dengan kain. Berulang kali Mentari berusaha menghilangkan bekas bibir Arka dari bibirnya, hingga bibir Mentari malah bengkak karena terlalu kuat menggosoknya
Setelah satu jam menggosok bibirnya Mentari keluar dari kamar mandi, ia melihat Arka yang duduk di sofa dan tanpa sengaja pandangan keduanya bertemu.
"Dasar Om-om gila! Tari mau bilang ke Mami," Mentari membuka pintu kamar dan berniat keluar.
"Dasar anak kecil," Arka cepat-cepat menarik Mentari masuk kembali kedalam kamar, dan mengunci pintu dengan cepat, "Dasar bodoh!" Arka menyentil dahi Mentari hingga si pemilik kembali kesal.
"Ish....sakit Om-om gila!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Sulastrie Herlina
ia thor, kurang setuju sma tingkah laku mentari,, buat rada sopan lh sedikit,,, bnyk ko novel kaya gini yg nikah pas sekolah,, tpi gk gtu2 bngt sma suami,, udh bagus novel ny,, hny kta2 nya saja,,,
2023-02-03
0
Dwi setya Iriana
dah ciuman sama deni,masak di cium suami sendiri mau lapor sama mami mertua,hedeeeh tari polos apa be......o ya😏😏😏😏😏
2022-03-19
0
Siti Latifah
masa iya sih anak sma sepolos mentari...
2022-02-18
0