Drett..
Ponsel Arka bergetar dan tertulis nama "Mami," Arka langsung membuka pesan tersebut dan membacanya.
"Ingat Arka, kamu itu laki-laki. Dan jadilah lelaki yang memiliki harga diri, jangan pernah berpikir kembali pada Rembulan. Atau jangan panggil aku Mami lagi."
Arka meletakan ponselnya pada meja, tidak ada yang dapat mengerti dengan apa yang tengah di pikirannya. Arka bangun dari duduknya saat ia mendengar ada suara keributan dari luar saja, Arka berdiri di teras lantai dua dengan tangannya yang memegang pembatas. Matanya langsung menatap ke lapangan bola basket di bawah Sasa, namun manik matanya menatap seorang wanita yang tengah berdiri dengan seorang pria yang memegang bunga.
"Mentari kau adalah bukan hanya menerangi bumi yang indah ini, tapi kau juga begitu menerangi hati ku, maukah kau menerima ku dan kau menjadi kekasih ku," kata pria tersebut bernama Deni dengan penuh rasa bangga.
"Terima....."
"Terima....."
Semua siswa, siswi berteriak dengan kencang. Semua seakan larut dalam rasa bahagia.
Mentari diam dan ia pun memang sedikit menyukai Deni, tapi ia sadar ia sudah menikah hingga Mentari sedikit dilema. Tanpa sengaja Mentari menatap ke atas dimana ada Arka yang tengah melihatnya, bahkan manik mata keduanya bertemu dan sesaat kemudian Mentari menatap Deni dan mengangguk.
"Mau," kata Mentari.
"Yes......" Deni meloncat kegirangan, ia sangat bahagia karena cintanya di terima Mentari.
Mentari kembali menatap Arka, ia memicingkan mata nya dan ia berharap Arka mau menceraikannya.
Tapi anehnya Arka hanya menunjukan wajah datar seperti biasanya, tapi ada sedikit perasaan aneh saat Mentari menerima pernyataan cinta dari Deni.
Kringggg.
Bel masuk berbunyi, semua siswa-siswi menghambur masuk ke kelas tidak terkecuali Rembulan bersama dengan Lala dan juga Rika.
"Cie....Tari udah jadian sama Deni....." Lala menggoda Rembulan yang tengah tersenyum.
"Tapi tunggu deh....." Rika menghentikan langkah Mentari yang membuat Lala juga ikut berhenti.
"Apasih lu, kita harus cepat-cepat masuk nanti pak Arka datang bisa abis kita," kata Lala memperingati Rika.
"Tari gw dari kemarin-kemarin penasaran banget, ini," Rika menunjuk cincin yang dipakai Mentari, "Ini seperti cincin nikah, sepupu gw juga pas nikah pakek cincin yang desainnya sama begini," kata Rika sambil memperhatikan cincin yang di pakai Mentari.
Lala memicingkan kedua matanya dan menatap cincin Mentari, "Iya Tar, gw juga ikut penasaran....nggak mungkinkan lu udah....." Lala tidak berani mengatakan kata menikah, ia hanya menatap Mentari penuh tanya.
Mentari berusaha menetralkan diri, ia tetap berusaha tenang di hadapan kedua temannya, "Gila lu ya, mana ada gw nikah," bohong Mentari.
"Iya juga sih, kan nggak mungkin lu nikah," Lala membenarkan ucapan Mentari.
"Yuk masuk....ada pak Arka," Rika menarik Mentari dan Lala masuk ke kelas, sebab Arka sedang berjalan menuju kelas mereka.
"Yuk...." ketiganya berlari dengan sekencang mungkin lalu duduk di kursi mereka masing-masing.
Tap....tap....tap.
Terdengar suara langkah kaki Arka, semua terdiam seketika.
Manik mata Arka menyapu ruangan tersebut hingga ia mendapatkan apa yang ia cari, Arka melihat Mentari duduk di sudut sambil memegang bunga di tangannya. Arka tahu itu adalah bunga pemberian dari Deni saat mengatakan cinta beberapa saat lalu pada Mentari.
Tok....tok....tok...
Semua mata menatap arah pintu di mana ada Deni di sana.
"Permisi pak Arka," Deni setengah menunduk, pertanda ia meminta ijin pada Arka untuk masuk.
Arka sedikit mengangguk, dengan arti jika ia mengijinkan Deni masuk.
Karena merasa sang guru mengijinkannya masuk, Deni langsung masuk dengan semangat empat lima. Ia tersenyum berjalan cepat mendekati Mentari dan memberikan sebuah coklat, yang seketika membuat yang lainnya berteriak histeris.
"Wuuuuu......"
"Aaaaaaa......"
"Deni aku juga mau......"
Siswa dan Siswi terlihat bahagia dengan apa yang di lakukan Deni pada Mentari.
"Switch....banget sih...." Lala menutup mata sambil memegang kedua pipinya, ia juga ingin merasakan yang di rasakan oleh Mentari.
Mentari tidak langsung menerima coklat tersebut, ia sejenak menatap Arka yang juga tengah menatap dirinya. Kemudian Mentari tersenyum pada Deni, "Makasih Den," Mentari mengambil coklat yang di berikan Deni hingga semuanya kembali histeris kecuali Arka.
Cuit.....cuit.....
Robi bersiul saat melihat Mentari.
"Terima kasih pak Arka," Deni kembali setengah menunduk, lalu ia keluar dari ruangan tersebut.
Arka hanya diam dengan wajah datarnya, kemudian ia menatap Mentari yang tengah tersenyum dengan bahagia. Dan dua detik kemudian pelajaran kemudian di mulai, dengan Arka yang berulang kali menatap Mentari.
Kringggg..
Bel berbunyi waktu istirahat pun tiba, semua murid menghambur keluar dan berlari menuju kantin tidak terkecuali Mentari.
"Tari ke kantin yuk," kata Lala.
"La gw nggak punya uang buat makan di kantin," kata Mentari dengan wajah sedihnya.
"Kok bisa," Lala sedikit terkejut, sebab setahunya Mentari tidak pernah kekurangan uang jajan lagi pula Mentari adalah dari kalangan menengah keatas, "Udah pakek uang gw aja," lanjut Lala.
"Makasih Genk," Mentari tersenyum.
"Tari," Deni datang mendekati Mentari.
"Eh....Deni," Mentari tersenyum.
"Ke kantin yuk, aku traktir," kata Deni
"Tari doang Den?" tanya Rika.
"Kalian bertiga deh...." jawab Deni.
"Nak gitu kan asik," celetuk Lala.
"Ehem..." Arka tiba-tiba berdehem dan entah sejak kapan ia ada di Antara ke empat orang itu.
"Ada apa Pak?" tanya Rika.
Arka diam dan menatap Mentari, "Ikut saya!" titah Arka dengan suara dinginnya.
"Kita semua pak?" tanya Lala yang tidak mengerti
"Tidak, hanya dia," Arka menatap Mentari, yang artinya hanya Mentari yang di minta untuk datang ke ruangannya, "Saya tunggu," Arka langsung berjalan menuju ruangan nya tanpa menunggu Mentari.
"Sana Tar....." Lala langsung mendorong Mentari untuk menuju ruangan Arka.
"Iya sana....entar pak Arka marah kan bahaya," timpal Rika.
"Ish....." Mentari menghentakkan kakinya, dengan kesal dan terpaksa ia mengikuti Arka hingga akhirnya ia masuk ke ruangan Arka.
"Tutup pintunya!" perintah Arka.
Brak....
Mentari membanting pintu, "Udah!" ketus Mentari.
Arka menatap Mentari yang berdiri di daun pintu yang sudah tertutup, kemudian ia mengeluarkan lembaran bernilai rupiah dari dalam dompetnya dan meletakkannya pada meja, "Ambil...."
Mentari menatap uang tersebut, "Buat apa?" tanyanya tanpa berniat mengambil uang tersebut.
"Kamu mau saya katakan pada semuanya kalau kita ini suami istri?"
Mentari cepat-cepat menggeleng.
"Ayo ambil!"
Mentari mengangguk dengan cepat dan mengambil uang yang di letakan Arka pada meja, "Om tapi ini uang buat apa?"
"Supaya kamu tidak mengemis pada teman-teman mu," jawab Arka.
"Enak aja ngemis!"
"Kembalikan coklat dan yang tadi di berikan bocah ingusan itu!" orang yang di maksud Arka adalah Deni, tapi ia tidak tahu siapa namanya.
"Kok di balikin?" bukan Mentari namanya kalau tidak membantah.
"Jangan banyak tanya dan lakukan yang saya minta, kamu itu istri saya!" tegas Arka.
"Ish Om apasih, nggak usah kencang-kencang," Mentari melihat sekitarnya karena ia takut ada orang lain selain mereka di sana.
"Berhenti memanggil saya Om!"
"Maksudnya?"
"Panggil Mas."
"CK....." Mentari berdecak karena tidak setuju.
"Kamu mau..."
"Iya udah iya, tapi panggil Kakak aja," jawab Mentari dengan cepat karena ia tahu Arka akan kembali mengancamnya, "Itu pun kalau di rumah atau lagi cuman ada kita berdua," lanjut Mentari dan keluar dari ruangan Arka tanpa pamit, dengan tangan yang sibuk menghitung uang yang cukup banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Ani_iskandar0421👻
switch apa sweet thor, soal nya beda arti nya😁
2023-05-11
0
Felisha Almaira
mudah2an tari berubah ya biar bisa sopan dikit....
2022-12-25
0
Ida Lailamajenun
tahan Arka sabar.😁istri kecilmu itu bad girl sejati jd kudu jinakinnya butuh proses.terlalu manja dlm klg membuat mentari jd seenak jidat kelakuannya,kurang sopan santun dan etika.tapi biar mentari bad girl kurang sopan kurang etika malah lebih parah kakakny rembulan yg kalem diam" kelakuannya bebas.klu gk bebas pergaulannya gk mgkn minum" gt ..
2022-06-25
0