Mentari
Namanya Mentari, usia nya masih 17 tahun. Mentari terlahir dari keluarga yang cukup berada, ia masih duduk di bangku kelas tiga SMA. Mentari memiliki seorang Kakak bernama Rembulan. Mentari adalah gadis periang, pembuat onar. Tak jarang kedua orang tuanya di minta menghadap guru karena kenakalan sang putri, yang sering sekali bolos di jam pelajaran yang tengah berlangsung.
Mentari memang gadis nakal, akan tetapi tidak suka mengganggu orang lain. Kecuali orang yang memang suka membuat masalah dengannya, kehidupan remajanya penuh dengan tawa dan juga canda yang hanya ada pesta dan pesta tanpa ada beban sedikit pun. Mentari memiliki dua sahabat, yaitu Lala dan Rika. Ketiganya bersahabat sejak duduk di bangku SMP, dan tidak mau di pisah sampai dengan saat ini.
Di mulai dengan pagi ini, mentari sudah bersinar dengan cerahnya. Tapi itu mentari yang menerangi bumi, bukan Mentari si anak nakal yang tengah tidur nyenyak di bawah selimut kuning kesayangannya. Setiap paginya sang Mama harus berteriak, untuk membangunkan putri tercintanya itu. Jika pembantu yang membangunkannya Mentari tidak akan pernah bangun.
"Mentari......" Ranti adalah Mama dari Mentari, ia menarik selimut sang putri dengan begitu kuat hingga Mentari tidak bisa lagi melanjutkan tidurnya, "Perawan tua bangun!"
"Mama......Tari nggak perawan tua, Tari masih sekolah, yang perawan tua itu Kak Ulan," Mentari sangat tidak suka sekali di beri gelar perawan tua oleh sang Mama.
"Kak Ulan mu itu sudah punya pacar, bentar lagi mau nikah," jawab Ranti yang sangat suka sekali menggoda putri bungsunya itu.
"Tari masih sekolah Ma," Mentari tidak mau mengalah, ia tetap tidak suka di katai perawan tua.
TOK....TOK.....TOK.....
Terdengar suara ketukan pintu, membuat Mentari dan juga Ranti melihat arah pintu.
"Bu, di bawah ada anak Ibu Linda, tetangga yang di depan rumah," jelas bik Sum sang Art.
"Iya Sum, kamu suruh masuk saja saya akan segera turun," jawab Ranti.
"Iya Bu."
Ranti menatap Mentari, "Kamu cepat cucu muka, ganti baju, Mama tunggu di bawah....." setelah mengatakan itu Ranti langsung pergi.
Ranti kini sudah menemui tamu yang tadi di maksud oleh Bik Sum, "Nak Arka ayo masuk," Ratih tersenyum ramah pada Arka, ia cukup mengenal Arka walaupun hanya sesekali saja pulang ke Indonesia.
"Di sini saja Tante," Arka hanya berdiri di teras rumah, karena ia memang tidak ingin berlama-lama di sana, "Ini Tante, Mami minta saya mengantarkan ini, kata Mami mungkin nanti Mami ke sini juga," Arka memberikan beberapa paperbag di tangannya.
"O....terima kasih," Ranti tersenyum dan menerimanya dengan senang hati, "Kamu baru pulang dari Amerika ya Nak?"
"Iya Tante, saya udah selesai kuliah dan sekarang Papi minta buat nerusin perusahaan," jelas Arka dengan ramah namun terlihat ia sangat sulit untuk tersenyum, akan tetapi Ranti tahu Arka memang lelaki yang tidak pandai berbasa-basi.
"Aduh, udah ganteng, tamatan S3, sekarang udah jadi pemimpin perusahaan.....hebat sekali ya," kata Ranti dengan senyum ramah.
Arka hanya tersenyum saja, ia memang bukan laki-laki yang banyak bicara, "Saya pamit Tante."
"Iya, sampaikan terima kasih Tante ke Mami ya Nak."
Arka tersenyum dan ia berbalik, untuk melangkah pergi. Namun tiba-tiba kakinya tanpa sengaja menginjak benda yang terasa licin.
BUKKK.....
Arka terpeleset, matanya langsung menatap ke atas karena kulit pisang itu barusan di lemparkan dari sana. Hingga Arka tidak bisa menghindar. Arka melihat seorang gadis, dia adalah Mentari yang melempar kulit pisang dengan sembarangan.
"Arka," Ranti cepat-cepat mendekat dan membantu Arka berdiri, "Kamu nggak papa kan Nak?" tanya Ranti sambil memperhatikan kaki Arka.
Arka tersenyum, ia ingin meremas gadis yang menatapnya dari atas balkon.
"Mentari, turun kamu dan minta maaf sama Arka!" perintah Ranti dengan tegas.
"Apaan sih Ma, lebay banget deh.....nggak kenapa-kenapa jugakan dianya," jawab Mentari dari atas sana.
Arka mengangkat alisnya mendengar jawaban Mentari, wanita tomboy itu bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Heh.....kalau kamu nggak turun, dan minta maaf. Kamu nggak dapat uang jajan selama satu minggu," Ancaman paling mujarab itu di keluarkan oleh Ranti.
"Mama apasih.....ngancem ya segitu amat," kata Mentari dengan mengerucutkan bibirnya.
"Heh....minta maaf nggak!" Ranti menatap Mentari dengan kesal.
"Om....maaf ya," kata Mentari dari atas sana tanpa berniat turun.
"Mentari....."
"Iya Ma."
"Turun kemari dan minta maaf, lalu kamu obati kali Arka!"
"MAMA.....!" teriak Mentari dengan refleks.
"Tari turun sekarang Mama bilang!" titah Ranti dengan berkabut emosi.
"Iya...." dengan menghentakan kakinya, Mentari menuruni tangga dan menuju teras rumah di mana ada Ranti dan Arka di sana.
"Cepat kemari."
"Iya Ma, iya, ngancem nya uang jajan pula," gerutu Mentari dan kini ia sudah berada di teras rumah.
"Ini kotak obatnya," Ranti meletakkannya di atas meja, "Arka, Tante masuk dulu ya Nak," pamit Ranti
"Iya Tante."
Ranti masuk ke dalam rumah, meninggalkan Mentari dan Arka di sana.
"Auuu...." pelan-pelan, Arka merasa wanita yang kini di hadapannya sama sekali tidak menarik. Bahkan mungkin Mentari tidak pantas di sebut sebagai wanita, sebab semua yang melekat di tubuh Mentari adalah barang-barang milik pria.
"Cengeng," mentari menekankan kapas di tangannya.
"Sakit bodoh!" Arka menatap Mentari dengan tajam, ia langsung berdiri karena tidak ingin di obati oleh Mentari lagi.
"Lu ngatain gw bodoh??" Mentari berkacak pinggang, dan mendongkak menatap Arka, walau pun Arka lebih tinggi darinya tapi Mentari tidak merasa takut sama sekali.
"Ternyata kamu tuli juga ya?" tanya Arka dengan sinis.
"Sialan lu," Mentari menepuk kaki Arka yang membiru.
"Au sakit....."
"Mampus lu, belagu sih, cengeng....."Mentari menjulurkan lidahnya pada Arka.
"Anak nggak tau sopan santun!"
"Gw tau sopan santun, gw kan sekolah bego!" jawab Mentari tidak mau kalah.
Arka menggelengkan kepala melihat sikap Mentari, ia baru kali ini melihat wanita yang berbicara sembarangan pada dirinya.
"Minggir," Arka menyenggol Mentari sedikit lalu ia pergi begitu saja tanpa perduli pada Mentari yang menatapnya penuh kebencian.
"Dasar Om....om nggak ada etika, gila....." teriak Mentari.
"Mentari!" terdengar suara Ranti yang ternyata sudah berada di dekat nya, dan entah sejak kapan Ranti ada di sana.
"Mama..." Mentari ketakutan, ia bahkan seperti kucing yang tersiram air.
"Mulut kamu ya bener-bener," Ranti menarik telinga Mentari dengan cukup kuat, sambil membawanya masuk ke dalam rumah.
"Ampun Ma......sakit.....Ma....."
Arka dari kejauhan menertawakan Mentari, sementara Mentari ingin menelan Arka hidup-hidup saat menertawainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Ana Miki
awal yg menarik
2023-04-30
0
Lisa Halik
saya mamapir thor
2023-01-13
0
Mat Grobak
👍👍👍
2022-12-22
0