Selain tempat kabin-kabin para penghuni kapal, Dek Hunian juga dilengkapi berbagai fasilitas selayaknya wilayah perumahan di planet walau tak seluas itu, ada taman buatan, pasar modern, area olahraga ringan, dan juga kafetaria.
Di kafetaria yang luas itu sudah mulai dipadati banyak orang yang sedang menikmati sarapan sebelum memulai aktivitas mereka. Salah satu pekerja penyedia makanan yang merupakan seorang wanita gemuk paruh baya pun juga sibuk di balik meja prasmanan, menambahkan makanan baru ke dalam masing-masing wadah makanan yang sudah hampir kosong.
“Aduh…. Kayak biasa. Di jam segini makanan udah hampir ludes,” komentarnya sambil mengambil wadah makanan kosong dan menggantinya dengan yang baru terisi penuh lauk. “Emang orang-orang kapal kayaknya pada males masak, ya. Padahal di setiap kabin udah disedia’in dapur sendiri.”
Wanita itu menoleh ke belakang, meneriaki salah satu pekerja kurus yang lewat, “Oi, Aldebaran! Cuci juga nih wadah!”
Si wanita melemparkan wadah kotor itu tepat mengenai kepala pemuda bernama Aldebaran tersebut. Aldebaran tentu meringis kesakitan sambil melototi si wanita.
“Jangan males kerja!” Lalu wanita itu mulai menata makanan dalam salah satu wadah.
Sambil mengambil wadah tadi di lantai, Aldebaran bergumam, “Jangan males. Jangan males. Dari tadi aku bolak-balik ambil piring gelas yang kotor di meja-meja sono. Dilihatnya aku makan gaji buta selama ini? Dasar, wanita tua.” Kemudian berjalan memasuki ruang belakang kafetaria.
“Aduh…. Aduh…. Masih ada aja orang yang makan lagi. Mereka pada nambah ya jadi enggak ada habis-habisnya pembe— Eh, setan?!”
Ketika sang wanita sibuk mengomel sambil menambahkan lauk-lauk baru ke wadah, dia dikagetkan dengan kemunculan Astan di hadapannya.
Pria itu hanya mengenakan kaos cokelat tanpa lengan, jaket jingga disampirkan di bahu, memakai ikat kepala cokelat, dan goggles menggantung di leher. Wajahnya nampak pucat dengan mata kemerahan, serta rambut jingga acak-acakan. Penampilan Astan bisa dikata cukup berantakan untuk orang baru bangun tidur.
“Kenapa mukamu pucat begitu? Abis kena badai khatulistiwa kau?”
Dengan lemas Astan menjawab, “Lagi suntuk aku dapat mimpi buruk, Mak Rudah. Tolong isikan isian buat roti isi ini, dong.”
“Mau apa isinya?”
“Suwiran ayam sama selada.”
Mak Rudah menaruh suwiran ayam dan selada di atas roti milik Astan.
“Pakai bubuk cabe juga.”
“Gila kau, Tong.” Mak Rudah melotot ngeri. “Pagi-pagi udah mau makan cabe aja.”
“Biar melek ini mata. Udah kerasa berat ini mataku, terlalu berat nampung beban kehidupan.” Sambil Astan menunjuk-nunjuk matanya yang agak sayu.
“Enggak usah lebay gitu juga, lah.” Mak Rudah menaburkan bubuk cabai ke roti. “Lambung aman makan cabe pagi-pagi?”
Astan mengacungkan jempol. “Aman. Lambungku ini lapis baja.”
“Kau kira seragam zirah, apa?” Mak Rudah kembali bertanya, “Mau nambah apalagi, nih? Menu buat sarapan agak terbatas. Siang nanti juga, soalnya belum ada transaksi daging di peternakan budidaya ayam dan sapi di Darzia.”
Ayam, sapi, kambing, dan hewan-hewan lain yang dibudidaya di Darzia sebenarnya merupakan hewan bawaan dari planet lain. Sudah ribuan tahun lamanya hewan-hewan sejenis itu wajib untuk dikembangbiakkan. Karena sejak nenek moyang dulu, umat manusia masih tidak bisa lepas dengan hewan-hewan ini walau mereka sudah bisa menerima makanan hewani dari hewan lain di berbagai planet.
Peternakan di satelit alam itu sendiri diurus oleh sebagian dari penghuni Kapal Thornic 035. Mereka memberanikan diri tinggal dan membangun peternakan di sebagian daerah Satelit Alam Darzia demi memenuhi asupan hewani para penghuni kapal, karena hewan-hewan sendiri tidak bisa dikembangkan di kapal antariksa.
Walau ramah terhadap manusia, lingkungan Darzia dipenuhi oleh binatang dan monster-monster buas yang takkan segan memangsa manusia. Oleh sebab itu, mereka membangun peternakan di daerah yang dianggap aman. Para pemburu pun seringkali mendapat tawaran misi untuk menjaga peternakan ini dari serangan makhluk-makhluk penghuni Darzia.
Kembali ke Astan, matanya sibuk memilih tambahan makanan apa yang ingin ia santap untuk sarapan.
“Gorengan, gih.”
“Gorengan?” Mak Rudah heran, tapi tetap memberikan beberapa gorengan di piring Astan. “Menu sarapanmu antik sekali, ya? Emang pemburu suka menu sarapan kayak begitu?”
“Ya siapa suruh sedia’in gorengan pagi-pagi?” Astan berbalik hendak pergi. “Ya, udah. Aku makan dulu. Nanti aku bayar di kasir.”
“Sehat-sehat kau! Jangan sampai mati konyol! Nguburin orang susah, tahu?!”
“Paling juga dikremasi!”
Mak Rudah hanya menggelengkan kepala memaklumi Astan. Terkadang ia cemas juga dengan pria itu yang kerap dijauhi anggota Guild gara-gara rumor kekuatan fisiknya yang tidak sesuai perhitungan peringkat sistem.
Menurut Mak Rudah, tidak ada salahnya punya kekuatan lebih baik dari peringkat yang dimiliki. Mungkin aslinya Astan memang kuat, cuma gara-gara jarang ambil misi makanya pangkat dan level-nya jarang naik.
“Aneh….”
Tiba-tiba seorang koki keluar dari bagian dapur, memanggil Mak Rudak.
“Mak, Aldebaran mecahin piring!”
“Hah?! Apalagi yang dedemit itu lakuin?! Rugilah aku!” Lalu buru-buru ia pergi ke belakang kafetaria.
Astan berjalan sambil membawa nampan berisi sarapannya, mencari tempat duduk yang kosong. Namun semuanya nampak terisi penuh, sampai ia menemukan satu baris meja makan dengan tempat duduk paling pojok masih kosong. Di sana diisi oleh beberapa pemburu dari Guild yang tengah makan sambil mengobrol.
Mungkin tak masalah jika Astan ikut gabung di sana.
“Permisi, aku numpang duduk di—.”
Baru saja pantatnya mendarat di kursi, para pemburu itu langsung pergi menjauhinya, membuat Astan bengong sendiri dengan perilaku mereka.
“Oi! Kok pada kabur, sih?! Aku enggak nyambar, lho!”
Tidak ada satupun yang menggubris. Mereka lebih memilih untuk menjauh ketimbang makan bersama Astan.
Kabar tentang dirinya memiliki kekuatan lebih kuat yang tak sesuai dengan peringkatnya itu diketahui banyak orang. Tentu banyak yang tak suka dengan hal itu, menganggap kalau ada kecurangan yang dilakukan Astan pada sistem, atau karena kesalahan pada sistem sendiri. Padahal, Astan menganggap kekuatan lebih yang ia miliki tidak terlalu berlebihan, hanya lebih sedikit kuat dari pangkatnya sekarang. Seharusnya itu masih terbilang wajar.
Apa karena dia sering mengalahkan musuh Tingkat Hard sendirian tanpa Squad di Pangkat Besi dianggap tidak lazim, sedangkan para pemburu Pangkat Perunggu saja masih perlu mengalahkan musuh tingkat itu dengan Squad lengkap?
Astan pikir itu semua merupakan keburuntungan. Tidak ada salahnya memiliki keberuntungan seperti itu. Toh dalam enam bulan menjadi pemburu, jarang sekali Astan mengambil misi. Astan pun tidak bisa dianggap terlalu kuat karena ia sendiri tidak sanggup mengalahkan musuh tingkat Danger walau bergabung dengan Squad lengkap berisi pemburu Pangkat Perunggu dan Perak.
“Mereka terlalu berlebihan…,” gumam Astan, mulai memakan rotinya.
Sempat terbesit pertanyaan dalam pikiran Astan. Tentang kekuatan yang tidak sesuai peringkat, Astan merasa seperti sudah terlalu biasa untuk bertarung menghadapi para monster. Saat pertama kali menjalankan misi pertama sebagai pemburu, ia sama sekali tidak merasa takut dan kesulitan. Rasanya enteng saja, seperti berjalan menggunakan kedua kaki di atas jalan mulus.
Dan juga tentang mimpi buruknya. Walau jarang dialami, tapi mimpi itu seakan-akan berusaha menarik perhatiannya, memberi sebuah pesan yang Astan sendiri tidak mengerti pesan apa itu.
Dua hal tersebut yang menjadi pertanyaannya.
Seperti rangkuman memori,
Yang ia sendiri tidak pernah merasa memilikinya.
Sejenak Astan termenung menatap bekas gigitan pada roti lapisnya, merenungi semua kebingungan yang tak pernah terjawab itu.
“Aku… merasa pernah mengalami sesuatu. Tapi… apa…?”
“Bang Astan!”
Renungannya buyar saat mendapati sosok gadis muda berjaket hijau berdiri di pintu kafetaria sambil melambaikan tangan padanya.
Wajah sendu itu kini beralih datar. Entah Astan perlu bersyukur karena perasaan suramnya sirna karena kehadiran gadis itu, atau malah sebaliknya.
Jengkel.
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
jangan terlalu banyak banyak makan bubuk cabe nanti sakit perut lho 🤭🤭🤭
2022-11-16
0
🖤༒︎★𝕱𝖚𝖏𝖔𝖘𝖍𝖙★༒︎🖤
Aku aja pernah makan samyang pagi" masih aman-aman aja tuh lambung 🤣🤣
2021-08-22
0