Chapter 4 : Mimpi

Dalam Kapal Antariksa Thornic 035, terdapat banyak dek besar yang banyak pula menampung fasilitas untuk para penghuninya. Salah satu dek paling dibutuhkan adalah Dek Hunian.

Dek ini berisikan jejeran kabin tempat para warga sipil tinggal. Kalau dek khusus tempat tinggal para awak kapal biasanya dipisah ke Dek Kru Kapal. Satu kabin biasanya dapat berisikan setidaknya satu sampai dua kamar tidur, dapur, ruang santai, kamar mandi dan toilet.

Salah satu kabin ditinggali oleh seogok makhluk bercodet di kulit mata kiri. Nampaknya muka orang ini suntuk sekali ketika baru saja memasuki kabin. Ia merogoh ponselnya di saku celana macam orang kesetanan dan menghubungin nomor seseorang, menunggu panggilan diangkat sambil satu kaki mengetuk-ngetuk lantai secepat baling-baling jet.

Selain Dek Hunian, ada pula Dek Hidroponik yang digunakan sebagai area untuk menanam tanaman seperti sayur dan buah, serta pusat produksi oksigen dan daur ulang udara.

Di bagian salah satu ruangan tempat memproduksi oksigen, seorang pria dengan memakai kaos agak kotor dan jaket seragam teknisi yang diikat di pinggang sedang memperbaiki salah satu baling-baling raksasa yang agak macet. Rambut hitamnya nampak acak-acakan karena tak terurus.

Dia nampak menghela nafas lega setelah selesai membetulkan baling-baling tersebut.

“Gimana, Bung Suda? Udah bisa nyala?” tanya salah satu staf yang bekerja di Dek Hidroponik.

“Coba aja nyalain,” pinta teknisi bernama Suda itu setelah memasang penghalang berupa jaring-jaring kawat yang kuat di depan baling-baling.

“Oi, coba dinyalain!” perintah sang staf pada rekannya yang sudah siap di bagian panel kontrol.

Mesin baling-baling pun dinyalakan dan benda tersebut berhasil berputar lebih lancar dari sebelumnya yang agak macet-macet.

“Terima kasih sudah memperbaikinya, Bung Suda,” ucap sang staf. “Kalau satu baling-baling aja rusak, kualitas oksigen yang dihasilkan bakal menurun.”

“Jangan sampai lalai lagi, ya.” Suda mengelap keringatnya menggunakan jaket di pinggang. “Tadi banyak sulur semangka nyangkut di baling-baling.”

Lalu Suda berlalu sambil membawa tas berisi peralatannya, meninggalkan sang staf yang mendadak bengong akibat ucapan Suda.

“Cuy, katanya ada banyak sulur semangka nyangkut di baling-baling, kok bisa?” tanya staf itu pada rekannya.

“Lah, tempe. Ajaib bener sulur semangka nyangkut di baling-baling ventilasi.”

“Udah. Udah! Sebaiknya kita lapor ke bos. Ini perlu diselidiki, nih. Staf gila mana yang bikin banyak sulur semangka masuk ke sono?!”

Suda terus berjalan melewati rentetan baris berbagai macam kebun hidroponik menuju gerbang dek. Saat itu juga, panggilan masuk berbunyi dari ponsel. Ia pun menjawab masih sambil jalan dan sesekali memberi senyum pada para staf yang ia lewati.

“Eh? Halo, Tong!”

“Tang, tong! Tang, tong! Pantatmu macam gentong!”

Spontan Suda menjauhkan ponsel dari telinganya gara-gara suara menggelegar dari sana.

Di kabin kapal, Astan sudah uring-uringan. Bolak-balik sambil mengomeli Suda di ponselnya, sesekali mengacak-acak rambut jingganya pula.

“Kok bisa kau biarin adikmu gabung jadi pemburu?” omel Astan. “Apa enggak berbahaya, tuh? Kau tidak khawatir?”

“Iya…. Khawatir, sih.” Suda baru saja keluar dari gerbang Dek Hidroponik, kemudian menuruni tangga besar. “Tapi, ‘kan kau tahu sendiri kalau Arni itu keras kepala. Aku juga kasihan pas lihat dia sempat murung beberapa hari gara-gara aku larang dia jadi pemburu.”

Astan menyugar rambutnya. “Tapi, jadi pemburu itu bahaya. Fisiknya lemah. Kalau kenapa-napa, gimana?”

“Itu sebabnya aku mempercayakannya padamu.” Suda berjalan melewati koridor menuju Stasiun Trem. “Kau jarang juga ambil misi, kan? Bantu-bantu Arni bentar aja. Kalau enggak mau repot, ambil misi paling mudah biar kalian selamat.”

“Gimana ya, Bruh…? Aku ragu kalau itu anak jadi kenapa-napa kalau aku sampai lalai sedikit. Entar kau embat aku.”

“Ya jelas aku embat kau sampai ke tulang-tulang kalau sampai terjadi sesuatu pada adikku.” Suda baru sampai di Stasiun Trem. Ia bersender sejenak di samping barisan Vending Machine. “Bukannya aku enggak tahu diri meminta bantuan padamu. Cuma… Ash, kita udah kenal sejak masih tinggal di planet orang. Aku percaya padamu. Menjadi pemburu adalah cita-cita yang paling Arni idam-idamkan. Aku sedih kalau melihat Arni harus merelakan cita-citanya itu.”

“Oleh sebab itu, aku mempercayakan adikku padamu. Tidak usah sering ambil misi. Yang penting dia bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi pemburu.”

Terdengar helaan nafas dari Astan. Kalau sudah sahabatnya yang meminta, Astan sulit tuk menolak. Lagipula selama ini Suda jarang meminta bantuannya, malah Astan yang sering meminta bantuan sang teknisi itu. Kalau ada kesempatan untuk membalas segala kebaikan Suda, maka inilah saatnya.

“Ya, sudah. Aku tutup dulu. Lihat minuman di Vending Machine jadi pengen beli minuman aku.” Suda pun menutup panggilan telepon.

Setelah panggilan telepon berakhir, Astan kembali menghela nafas berat. Ia lempar asal ponselnya ke sofa dengan wajah lesu.

“Mau bagaimana lagi, ish?” Astan menggosok wajahnya sesaat.

...~*~*~*~...

[Error!]

[Error!]

[Error!]

Kilatan cahaya terlihat samar-samar di balik panel sistem yang beberapa kali menampakan notifikasi rusak. Itu sangat mengganggu, apalagi entah mengapa dia tidak bisa berbuat apa-apa di tempat gelap ini.

Geraman berat terdengar, perlahan gelombang bayangan muncul di depan. Notifikasi lenyap, berganti dengan sepasang mata kuning menyala di kegelapan itu.

“Kembalilah…!”

Entah suara siapa yang berbicara, tapi kedengaranya seperti rintihan penuh penderitaan.

“Kembalilah…!”

Perlahan bayangan itu menciptakan tangan berkuku perak yang tajam, mengkilat saat terkena kilatan cahaya sekejap. Dan tangan itu pula yang berusaha tuk menggapai dirinya, hendak mencengkeramnya sekuat yang ia bisa.

“Kembalilah… padaku!”

...~*~*~*~...

“Agh!”

Kedua mata heterokrom Astan mendadak terbuka, langsung memperhatikan pemandangan plafon metal kamarnya. Nafasnya terengah-engah, keringat dingin membasahi pelipis. Pening di kepala pun menyerang akibat bangun mendadak dari tidur.

Lagi-lagi mimpi itu muncul kembali. Mimpi tersebut sangat jarang terjadi. Tapi, sekali muncul benar-benar membuat seluruh tubuh Astan tegang.

Entah apa arti mimpi tersebut. Selama ini Astan hanya menganggap mimpi itu sebagai bunga tidur. Namun ini terlalu jelas, terlalu nyata untuk diabaikan.

Tak apa. Kalau mimpi itu sangat jarang muncul, setidaknya mentalnya aman. Jika mimpi itu kembali lagi, mungkin Astan akan segera mencari tahu. Kadang kala mimpi berartikan sebuah pesan yang dikirim oleh alam bawah sadar seseorang.

“Lagi…?” desis Astan jengkel.

Masih berbaring di ranjang, kepalanya menoleh pada jam digital di nakas menunjukan pukul 7.58 pagi. Ya, sebutannya saja pagi, tapi selama tinggal di kapal antariksa, para penghuni hanya melihat langit gelap luar angkasa yang dominan seperti malam hari, kecuali jika ada yang keluar menuju Darzia sebagai benda luar angkasa yang mendukung kehidupan.

Standar waktu yang ditetapkan bagi setiap kapal antariksa maupun kapal induk antariksa adalah sehari 24 jam, sebulan 28-31 hari, dan setahun 12 bulan. Standar waktu tersebut sudah ditentukan sesuai rata-rata waktu rotasi-revolusi sebuah planet di zona aman dengan jarak pas antara planet dengan bintang induk.

Walau setiap planet hunian memiliki perbedaan waktu tertentu, tapi selisihnya tidak beda jauh. Makanya, standar waktu seperti ini yang ditetapkan untuk setiap koloni di luar angkasa. Kalau berada di planet atau satelit hunian, maka waktu dari tempat tersebut yang perlu diterapkan.

Dua menit terlewati dengan hanya melamun di tempat, jam digitalnya berbunyi disertai getaran keras, membuat jam itu jatuh dari nakas. Astan masih terbaring sambil berusaha mengumpulkan kesadaran sepenuhnya.

“Ah, seharusnya aku tidak meningkatkan getaran jam sebesar 80%.”

...~*~*~*~...

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

80% wah berarti kenceng dong

2022-11-16

0

Pintu RAYIAN

Pintu RAYIAN

keren Otor , novelnya

2022-02-13

0

Scurity MT

Scurity MT

♡42

THOR GW KRITIK PEDAS LV. 15

kritiknya adalah 'komen dong wooiii...'

2021-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Error! (Arc 1, Pemburu : Start)
2 Chapter 2 : Selamat Datang, Pemburu
3 Chapter 3 : Selamat Datang, Pemburu 2
4 Chapter 4 : Mimpi
5 Chapter 5 : Renungan
6 Chapter 6 : Siapa Veena Muskarov?
7 Chapter 7 : Peringkat bukan Segalanya
8 Chapter 8 : Kemampuan Terbatas
9 Chapter 9 : Gardin
10 Chapter 10 : Latihan Arni
11 Chapter 11 : Aneh
12 Chapter 12 : Mavin L. Vladiskov
13 Chapter 13 : Cuci
14 Chapter 14 : Persiapan Misi Pertama
15 Chapter 15 : Menembus Atmosfer
16 Chapter 16 : Hutan Rawa
17 Chapter 17 : Squad Lain
18 Chapter 18 : Arni kena Mental
19 Chapter 19 : Shield Alpha
20 Chapter 20 : Seseorang?
21 Chapter 21 : Ajakan
22 Chapter 22 : Hilang Fokus
23 Chapter 23 : Hanya Belati
24 Chapter 24 : Portal Misterius
25 Chapter 25 : Saling Curiga
26 Chapter 26 : Bug
27 Chapter 27 : Masalah Score
28 Chapter 28 : Hah? Selingkuh?!
29 Pengumuman(?) (Ga penting, bole di-skip)
30 Chapter 29 : Ancaman Grim
31 Chapter 30 : Pamit
32 Chapter 31 : Orang yang Mirip
33 Chapter 32 : Kendala Ekonomi
34 Chapter 33 : Silaturahmi antar Tetangga (Arc 1, Pemburu : End)
35 Pengumuman! (Update dan Transisi Arc)
36 Chapter 34 : Cinta Juragan Ikan (Arc 2, Bayang[an] : Start)
37 Chapter 35 : Melamun
38 Chapter 36 : Penyamaran
39 Chapter 37 : Tiga Tahun yang Lalu
40 Chapter 38 : Pertemuan
41 Chapter 39 : Bingung
42 Chapter 40 : Cerita
43 Chapter 41 : Penawaran Mavin
44 Chapter 42 : Menerima Tawaran
45 Chapter 43 : Perjalanan ke Markas
46 Chapter 44 : Sektor Industri
47 Chapter 45 : Tidak Sehat
48 Chapter 46 : Ketua Tim
49 Chapter 47 : Hack Type-5
50 Chapter 48 : Senjata Pemberian
51 Chapter 49 : Seragam
52 Pengumuman! (Kabar Buruk)
53 Chapter 50 : Berinteraksi
54 Chapter 51 : Keberangkatan Tim
55 Chapter 52 : Kapal Feron 072
56 Chapter 53 : Anjungan
57 Chapter 54 : Lubang Kecil
58 Chapter 55 : Program Kemampuan
59 Chapter 56 : Masih Melewati Jalur
60 Chapter 57 : Slime
61 Chapter 58 : Inti Kapal
62 Chapter 59 : Rencana
63 Chapter 60 : Serbuan Monster
64 Chapter 61 : Serbuan Monster 2
65 Chapter 62 : Serbuan Monster 3
66 Chapter 63 : Jangan Ganggu Astan!
67 Chapter 64 : Mengaktifkan Generator
68 Chapter 65 : Serangan dari Dasar
69 Chapter 66 : Sadin
70 Chapter 67 : Tanda Pengenal
71 Chapter 68 : Makna Foto
72 Chapter 69 : Belati Grade-S
73 Chapter 70 : Profesor Arthanour Morphin
74 Chapter 71 : Rekaman Aneh
75 Chapter 72 : Kelompok Tenma?
76 Chapter 73 : Sistem Re:Set
77 Chapter 74 : Chip Agresif
78 Chapter 75 : Kelompok Wirma
79 Chapter 76 : Mayat Di Markas
80 Chapter 77 : Penghianat
81 Chapter 78 : Kebenaran
82 Chapter 79 : Tenma (?) VS Astan dan Edrick
83 Chapter 80 : Memberikan Kematian
84 Chapter 81 : Bayang[an]
85 Epilog
86 Pengumuman, permohonan maaf
87 Promosi Novel
88 [UPDATE!] Apa yang terjadi pada MC?
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Chapter 1 : Error! (Arc 1, Pemburu : Start)
2
Chapter 2 : Selamat Datang, Pemburu
3
Chapter 3 : Selamat Datang, Pemburu 2
4
Chapter 4 : Mimpi
5
Chapter 5 : Renungan
6
Chapter 6 : Siapa Veena Muskarov?
7
Chapter 7 : Peringkat bukan Segalanya
8
Chapter 8 : Kemampuan Terbatas
9
Chapter 9 : Gardin
10
Chapter 10 : Latihan Arni
11
Chapter 11 : Aneh
12
Chapter 12 : Mavin L. Vladiskov
13
Chapter 13 : Cuci
14
Chapter 14 : Persiapan Misi Pertama
15
Chapter 15 : Menembus Atmosfer
16
Chapter 16 : Hutan Rawa
17
Chapter 17 : Squad Lain
18
Chapter 18 : Arni kena Mental
19
Chapter 19 : Shield Alpha
20
Chapter 20 : Seseorang?
21
Chapter 21 : Ajakan
22
Chapter 22 : Hilang Fokus
23
Chapter 23 : Hanya Belati
24
Chapter 24 : Portal Misterius
25
Chapter 25 : Saling Curiga
26
Chapter 26 : Bug
27
Chapter 27 : Masalah Score
28
Chapter 28 : Hah? Selingkuh?!
29
Pengumuman(?) (Ga penting, bole di-skip)
30
Chapter 29 : Ancaman Grim
31
Chapter 30 : Pamit
32
Chapter 31 : Orang yang Mirip
33
Chapter 32 : Kendala Ekonomi
34
Chapter 33 : Silaturahmi antar Tetangga (Arc 1, Pemburu : End)
35
Pengumuman! (Update dan Transisi Arc)
36
Chapter 34 : Cinta Juragan Ikan (Arc 2, Bayang[an] : Start)
37
Chapter 35 : Melamun
38
Chapter 36 : Penyamaran
39
Chapter 37 : Tiga Tahun yang Lalu
40
Chapter 38 : Pertemuan
41
Chapter 39 : Bingung
42
Chapter 40 : Cerita
43
Chapter 41 : Penawaran Mavin
44
Chapter 42 : Menerima Tawaran
45
Chapter 43 : Perjalanan ke Markas
46
Chapter 44 : Sektor Industri
47
Chapter 45 : Tidak Sehat
48
Chapter 46 : Ketua Tim
49
Chapter 47 : Hack Type-5
50
Chapter 48 : Senjata Pemberian
51
Chapter 49 : Seragam
52
Pengumuman! (Kabar Buruk)
53
Chapter 50 : Berinteraksi
54
Chapter 51 : Keberangkatan Tim
55
Chapter 52 : Kapal Feron 072
56
Chapter 53 : Anjungan
57
Chapter 54 : Lubang Kecil
58
Chapter 55 : Program Kemampuan
59
Chapter 56 : Masih Melewati Jalur
60
Chapter 57 : Slime
61
Chapter 58 : Inti Kapal
62
Chapter 59 : Rencana
63
Chapter 60 : Serbuan Monster
64
Chapter 61 : Serbuan Monster 2
65
Chapter 62 : Serbuan Monster 3
66
Chapter 63 : Jangan Ganggu Astan!
67
Chapter 64 : Mengaktifkan Generator
68
Chapter 65 : Serangan dari Dasar
69
Chapter 66 : Sadin
70
Chapter 67 : Tanda Pengenal
71
Chapter 68 : Makna Foto
72
Chapter 69 : Belati Grade-S
73
Chapter 70 : Profesor Arthanour Morphin
74
Chapter 71 : Rekaman Aneh
75
Chapter 72 : Kelompok Tenma?
76
Chapter 73 : Sistem Re:Set
77
Chapter 74 : Chip Agresif
78
Chapter 75 : Kelompok Wirma
79
Chapter 76 : Mayat Di Markas
80
Chapter 77 : Penghianat
81
Chapter 78 : Kebenaran
82
Chapter 79 : Tenma (?) VS Astan dan Edrick
83
Chapter 80 : Memberikan Kematian
84
Chapter 81 : Bayang[an]
85
Epilog
86
Pengumuman, permohonan maaf
87
Promosi Novel
88
[UPDATE!] Apa yang terjadi pada MC?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!