“A-Arni…. Kau mau mendaftar jadi pemburu?”
Gadis remaja berambut hitam panjang dengan memakai jaket hijau dan rok hitam sepaha itu menoleh pada Astan, memberikan cengiran khas yang bikin siapa saja yang melihatnya tak tahan tuk menggetok kepalanya.
“Eh, ada Bang Astan juga?” sapa Arni riang. “Iya, nih. Mau gabung ke Guild biar bisa jadi pemburu juga.”
Astan memandang heran tubuh Arni dari ujung kepala sampai ujung kaki dan seterusnya. Badannya kecil hanya setinggi dada Astan (mungkin karena Astan juga yang terlalu tinggi, Tessa yang lebih tinggi dari Arni saja cuma sebatas bahunya), terbilang kurus, dan….
Yap, dadanya rata.
Dengan postur tubuh segini, rasanya Astan tak yakin kalau Arni cocok tuk jadi pemburu. Seingatnya, Arni juga punya daya tahan tubuh yang cukup lemah.
“Kau yakin…?” tanya Astan meyakinkan. “Abangmu sudah tahu?”
Arni mengangguk, “Sudah. Awalnya sih enggak diizinin. Tapi setelah diyakinkan lagi, Bang Suda setuju. Katanya, masih ada Bang Astan yang bisa membimbingku dengan baik dan benar.”
“Oh. Gitu, ya…? Jadi— Eh?”
Astan membatu. Dari jawaban Arni saja Astan sudah mengambil kesimpulan kalau abang laknat si gadis yang bernama Suda itu mengizinkan Arni menjadi pemburu, asal Astan bersamanya.
Selama ini Astan hanya ingin hidup damai. Tak punya pekerjaan, maka dia terpaksa menjadi pemburu untuk memenuhi kebutuhan hidup, tak ada sedikit pun niatan untuk jadi pemburu terbaik seperti pemburu lainnya.
Yang dia inginkan hanya menikmati upah sebagai pemburu, berleha-leha sambil menikmati pemandangan luar angkasa sendirian di kapal, ngemil sambil nonton acara lawak Engkong Sutris di televisi, lalu kelak akan menikah dan punya banyak anak, hidup bahagia, damai, merdeka, sentosa selamanya.
Masa iya rencana kemakmuran hidupnya dikacaukan oleh kehadiran gadis remaja ingusan ini?!
Astan yakin, gadis ini bakal jadi beban kalau satu Squad dengannya. Kalau sampai gagal menjaga dan mengawasi Arni, bisa ditelan bulat-bulat dirinya oleh Suda.
Rasanya Astan ingin gantung diri saja.
Tapi enggak jadi, deh. Sayang, belum pernah ngerasain malam pertama sama gadis bahenol.
“Kau yakin? Suda ngizinin?”
“Iya, makanya aku pengen daftar.”
“Permisi….” Tessa menyela obrolan mereka. “Mendaftarnya jadi, Dek? Soalnya, masih banyak pemburu yang perlu dilayani.”
“Oh, tentu jadi, Kak,” ucap Arni riang, mengalihkan perhatiannya pada Tessa. “Kira-kira, prosedur apa saja yang harus saya lalui? Apa perlu tes?”
Kalau sudah begini, Astan tidak bisa melarang Arni. Terpaksa mulai sekarang ia harus bersama Arni untuk menjaga dan memastikan keselamatannya sebagai pemburu baru.
Astan pun hanya bersender pada meja besar resepsionis, bersedekap tangan sambil mengawasi pendaftaran Arni.
Tessa menggeleng. Kemudian menyerahkan sebuah tab berisi formulir pada Arni. “Anda hanya perlu mengisi formulir. Tidak ada tes di sini, jadi dipastikan Anda lolos. Yang penting Anda sudah yakin untuk menjadi pemburu.”
“Oke!”
Arni mengisi formulir pendaftaran pada tab dengan segala data diri yang ia punya. Setelah beberapa menit mengisi formulir, Arni kembali menyerahkan tab pada Tessa. Kemudian Tessa memeriksa formulir tersebut.
“Oke…. Nona Arni. Jadi, Anda sudah mengisi formulir dengan baik.”
Tessa menunduk, mengambil sesuatu di balik lemari meja resepsionis. Sebuah gelang canggih dengan desain sederhana Tessa letakan di atas meja.
“Anda hanya perlu memasang gelang ini sebelum menjadi pemburu.”
Tessa mulai menjelaskan, “Gelang ini adalah Gelang AutoTerra, merupakan gelang dengan basis sistem operasi AutoTerra. Gelang AutoTerra yang akan membimbing pemburu untuk menjalankan misi sampai memperkuat diri. Jika sudah memasang gelang ini, otomatis Sistem AutoTerra akan terpasang ke sistem saraf tubuh Anda.”
“Nah, kau dengar, kan?” timpal Astan pada Arni. “Sejak kau memasang gelang tersebut, sistemnya akan terus bersamamu sampai mati.”
Tessa mengangguk membenarkan, “Benar. Biarpun Anda melepas gelangnya atau berhenti menjadi pemburu pun, Sistem AutoTerra akan tetap aktif walau tidak begitu maksimal tanpa perantara semacam Gelang AutoTerra. Apa Anda yakin untuk tetap bergabung menjadi pemburu, Nona?”
“Emm…. I-itu….”
Sebenarnya Arni agak kurang yakin. Mendengar tentang Sistem AutoTerra yang akan terus ada bersamanya pasti akan cukup menganggu. Menjadi pemburu juga tergolong berbahaya bagi gadis muda dengan fisik lemah seperti dirinya.
Namun, sekelebat ingatan ketika bicara dengan Suda muncul dalam pikirannya.
“Abang, suatu saat nanti jika aku lulus sekolah, aku ingin menjadi pemburu!”
“Oh, ya? Bagus kalau kau punya cita-cita. Tapi, apa kau yakin ingin menjadi pemburu? Itu profesi yang sangat berbahaya.”
“Iya! Aku ingin menjadi seperti idolaku, seperti Nona Veena Muskarov yang terkenal sebagai pemburu handal itu. Dan aku juga ingin bantu-bantu perekonomian kita. Dengar-dengar jadi pemburu itu juga dapat menghasilkan uang.”
“Kalau soal uang, cukup aku saja yang kerja. Penghasilanku sebagai teknisi mesin cukup untuk kebutuhan kita. Kau tidak perlu susah-susah menjadi pemburu.”
“Tapi, itu adalah impianku….”
“….”
“Baiklah. Kau bisa menjadi pemburu, asal kau bersama sahabatku yang baru bekerja sebagai pemburu juga.”
Senyum cerah Suda saat mengizinkannya untuk menjadi pemburu takkan pernah dilupakan Arni. Senyuman itulah yang membuat Arni semangat dan semakin bertekad untuk jadi pemburu.
Arni mulai menoleh pada Astan, memandangi wajah rupawan Astan yang memiliki luka di bagian mata kiri.
Orang inilah yang dimaksud Suda, sahabat Suda yang akan menemani Arni untuk menjadi pemburu. Yang jadi pertanyaan dalam diri Arni hingga membuatnya agak ragu akan keputusannya adalah, apakah Astan sudi membantunya seperti yang dikatakan Suda? Arni ragu kalau malah merepotkan orang lain.
Menyadari tatapan sendu yang diarahkan dari kedua mata cokelat bulat si gadis, Astan jadi tak enak hati. Di sisi lain dia jengkel kalau harus jadi pengasuh dadakan, di sisi lain ia juga kasihan melihat keraguan Arni. Astan pikir, mungkin Arni segan dengan dirinya, takut merepotkan.
Astan mengelus tengkuknya. “Yaa…. Terserah kau mau jadi pemburu atau tidak. Tapi kalau kau mau, aku tak keberatan untuk membimbingmu.”
Seulas senyum riang langsung terlihat jelas di wajah imutnya, sontak membuat hati Astan tertegun melihatnya.
Sekarang pria itu yang ragu, apakah keputusannya ini benar atau tidak.
“Tentu!” Arni mengulurkan tangan kirinya ke atas meja. “Saya mau jadi pemburu!”
Melihat semangat menggebu-gebu Arni, spontan membuat seulas senyum tipis tercipta di wajah Astan.
“Baiklah.” Tessa tersenyum ramah, “Kalau begitu, biar saya pasangkan gelang ini di pergelangan tangan Anda.”
Tessa mulai memasangkan gelang tersebut di pergelangan kecil tangan Arni. Saat kunci gelang berbunyi ‘klik’, pertanda gelang sudah terpasang sempurna, sesuatu yang aneh terjadi pada pergelangan tangan Arni.
Sontak Arni terkejut saat merasakan gelombang kejut dadakan dari gelang itu, dan sesuatu setajam jarum menusuk pergelangan tangannya hingga berdarah.
“Argh!!!”
Rasa sakit itu tak tertahan bagi tubuh selemah Arni. Ia jatuh berlutut di depan meja resepsionis sambil memegangi tangan kirinya yang makin berdarah.
Orang-orang sekitar sempat memperhatikannya, tapi kembali diabaikan karena menurut mereka hal seperti itu wajar terjadi bagi pemburu baru.
[Memuat Data]
[Melakukan Proses Pemindaian dan Pemasangan Sistem]
[Memuat….]
“Eh? Apa ini…?”
Dalam keadaan menahan sakit, Arni masih bingung dengan kemunculan panel hologram asing di hadapannya.
[Proses Pemasangan Berhasil]
[Terima kasih telah melakukan pemasangan Sistem AutoTerra]
[Selamat Datang, Pengguna]
“Ini.”
Panel hologram lenyap ketika Astan berjongkok dan memberikan sebuah pil berwarna merah-putih pada Arni.
“Telan ini, biar sakit dan pendarahannya reda.”
Astan menyuapi Arni, lalu gadis itu segera menelan pil tersebut. Seketika tubuhnya jauh merasa lebih baik, dan pendarahan yang terjadi pun terhenti.
“Kau punya tisu, Tessa?”
“Tentu. Ini.”
Astan mengambil beberapa lembar tisu yang diberikan Tessa, mulai mengelap pergelangan tangan Arni dari rembesan darah. Arni pun tertegun melihat tindakan Astan. Pria itu nampak cukup memperhatikannya, memberikan obat bahkan sampai mengelap darah di tangannya tanpa jijik.
Mungkin rasa segan pada Astan yang sempat menghantui Arni sama sekali tak benar.
Astan mengacak puncak kepala hitam Arni sambil berucap dengan santai, “Selamat datang, Pemburu. Kau telah resmi menjadi pemburu baru dan bergabung di Guild Thornic.”
Mendengar sambutan itu, Arni tersenyum dengan semburat rona merah di pipi.
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
Arni menjadi anggota baru guild thornic
2022-11-16
0
Redwin Tandek
😑😑🤣🤣🤣🤣
2022-06-03
0
Sikilman
Pemburu & Pengasuh. gaji dobel harusee itu. xexexexexexe...
2022-03-12
1