Mutant Frog atau yang bisa disebut kodok mutan, katak mutan, kodok jadi-jadian, kodok dedemit, mereka merupakan monster Tingkat Easy yang memang suka main keroyokan kalau melawan musuh dan saling berbagi mangsa.
Di permukaan air, tepi daratan, bahkan di pohon-pohon pun nampak banyak Mutant Frog menghadang Astan dan Arni tanpa memberi celah untuk lari. Jika mereka berusaha bergerak sedikit saja untuk lari, maka para Mutant Frog akan menyerang secara bergerombolan.
“Mereka… mengepung kita…?” ucap Arni dengan suara pelan. “Aku… a-aku tidak mengira mereka bakal datang sebanyak ini.”
“Aku juga tidak tahu kalau jumlahnya bakal sebanyak ini. Biasanya jumlah mereka masih bisa dihitung kalau mau nyerang orang. Kalau ini, benar-benar satu kelurahan diajak perang,” komentar Astan blak-blakan.
“Bluguk.”
Suara Mutant Frog berbunyi.
“Blogok.”
“Bludok.”
“Bleeerrrr…. Glodok.”
“Eee…. Emang suara kodok kayak gitu?” Arni iseng bertanya dengan muka datar.
Kedua mata heterokrom kuning-perak Astan menerawang ke segala arah, mencari apapun yang mencolok di antara kawanan Mutant Frog. Kedua tangannya memegang erat senapan, bersiap dan waspada kalau-kalau perlu melakukan serangan atau melawan balik secara tiba-tiba.
“Ah, itu dia.”
Astan menemukan satu kodok mutan berukuran paling besar. Warnanya hijau tua mengkilat, bulat montok dengan sirip mengacung di sepanjang punggung, dan di kepalanya terdapat gumpalan daging kuning berbentuk mahkota.
[Julukan : Alpha Mutant Frog]
[Jenis : Monster]
[Sifat : Masif]
[Status : Hard]
[Peringatan : Pertahanan tinggi. Jika berhasil dibunuh, akan mengaktifkan Mode Amuk pada kelompoknya yang ada di tempat]
Mata cokelat Arni mengikuti arah pandang Astan sambil perlahan mendekatinya, memegang erat Sniper Rifle di tangan. Ia ber-oh, menyadari jika memang ada salah satu kodok yang terlihat paling mencolok dari yang lain.
Mirip seperti celengan recehan.
“Dia pasti Alpha dari gerombolan Mutant Frog,” desis Astan pelan.
“Alpha?” Arni teringat sesuatu. “Apa dia punya Luna?”
“Luna?” Astan menaikan sebelah alis.
“Iya, Luna…. Pasangan yang biasanya buat Alpha itu. Mate. Mate….”
Sekilas Astan menepuk pelan lengan Arni, “Elah~ Percaya amat sama romansa kacangan kayak begitu. Ini ‘nih pemimpin dari kawanan Mutant Frog. Kita mah kagak tahu dia punya pasangan apa kagak. Jodohku aja masih dipertanyakan, malah sok-sok’an pengen tahu jodoh orang.”
Arni sedikit sewot dengan tanggapan Astan.
“Terus, gimana ini? Kayaknya kita enggak bakal bisa mengalahkan mereka semua.”
Astan memberitahu, “Sepengelamanku selama enam bulan jadi pemburu, walau ambil misi berburu cuma sekitar 2-3 kali sebulan, kita itu harus bisa menumbangkan sang Alpha. Bisa dibilang, dialah bos besarnya dalam sebuah gim.”
“Soalnya gini, Alpha kodok paling bahenol punya kemampuan memanggil lebih banyak Mutant Frog untuk menyerang musuhnya. Kalau kagak dikalahkan duluan, sang Alpha akan terus memanggil kawanannya, dan kita takkan pernah habis mengalahkan mereka semua. Sempat mati konyol dikeroyok massa nanti, ibarat kita digerebek massa gara-gara ketahuan nganuan di semak-se— Adoh!”
Astan mengaduh saat bahu berototnya dicubit keras Arni.
“Kenapa pakai dicubit…?” desis Astan pelan sambil mengelus lengannya.
“Ish, serius…!” balas desis Arni. “Jadi, kita perlu mengincar Alpha dulu?”
“Seharusnya gitu. Tapi tidak semudah itu, Fergisa.” Astan kembali menjelaskan, “Sang Alpha punya pertahanan yang cukup kuat. Kalau pengen mengalahkannya dengan cepat, minimal Squad kita punya pemburu yang memiliki kemampuan Martial atau Summon. Sonic juga boleh biar bisa nge-spam serangan, tapi lebih bagusnya Martial, sih. Tapi masalahnya aku pakai Shield, dan kau pakai Invisible.”
“Sebenarnya, dengan adanya seorang Sniper sepertimu bakal bisa memberikan kerusakan besar pada sang Alpha, karena biasanya Sniper Rifle punya efek serangan fatal dan kritis. Tapi, karena kau masih payah, jadi aku tidak bisa mempercayai kemampuanmu sepenuhnya.”
Ekspresi Arni jadi datar, tapi gadis itu tidak bisa mengelak karena yang dikatakan Astan memang benar. Astan memang suka sekali memberikan tanggapan blak-blakan yang lumayan menusuk.
“Dan biarpun kita berhasil mengalahkannya, kawanan Mutant Frog yang tersisa bakal masuk Mode Amuk.”
“Mode Amuk?” Arni makin penasaran.
“Mode Amuk itu terjadi ketika Alpha dari kawanan Mutant Frog berhasil dikalahkan. Para bawahannya bakal marah dalam mode ini. Tingkat serangan mereka bakal makin meningkat, kecepatan pun juga, tapi pertahanan makin menurun.”
“Musuh dari berbagai jenis pun juga punya mode ini, tapi tergantung makhluk seperti apa dan apa penyebab Mode Amuk-nya bisa aktif.”
Arni pun kembali bertanya, “Jadi, apa yang harus kita— Eh?!”
Arni dan Astan terkejut saat beberapa lidah kodok mutan hampir memukul kaki mereka.
“Aish! Sepertinya kita terlalu banyak cincong,” ucap Astan.
“I-iya, terus apa yang musti kita lakukan? Serang Alpha atau menghabisi semua anak buahnya?”
Satu tangan Astan bersiap dengan Assault Rifle, sedangkan satunya disembunyikan di balik punggung. Dari tangan itu, muncul sebuah granat canggih berukuran kecil dari penyimpanan sistemnya secara otomatis.
Terlihat gerombolan Mutant Frog yang mengepung di sekeliling mereka mulai menganga, menampakan taring-taring tajam tak beraturan, dan menjulurkan lidah siap untuk menyerang mereka kapan saja.
“Mau bagaimana lagi…?”
Astan memencet tombol pemicu pada granat.
“Serang sajalah dulu!”
Astan melemparkan granat itu tepat ke arah sang Alpha. Otomatis granat itu meledak, berhasil menumbangkan satu pohon di dekat pemimpin Mutant Frog itu.
Akibat ledakan tersebut, beberapa Mutant Frog ada yang langsung mati, luka-luka, dan tertimpa pohon besar tadi. Sedangkan Alpha Mutant Frog berhasil menghindar dengan melompat jauh, dan terdapat semacam Shield transparan berwarna biru nampak sekilas menyelimuti tubuhnya.
“Dasar kodok setan!”
Astan menembak kodok-kodok mutan itu membabi buta, secara acak pula sambil berusaha mengalihkan perhatian mereka dari Arni. Pria itu terus menembak sambil berlarian, menghindari segala serangan dari gerombolan Mutant Frog.
“Arni, aktifkan Invisible-mu! Cari tempat yang aman untuk menembak para Mutant Frog yang sekarat!” perintah Astan sambil lari, menembak para Mutant Frog yang mengejarnya.
“Kau masih memikirkanku agar cepat naik level?!”
Astan melompat ke salah satu dahan pohon, terus menembak. Kadang kalau ada Mutant Frog yang berhasil menggapai dahan menggunakan lidah, langsung ia tendang sampai jatuh.
“Aku melakukan itu bukan hanya untuk membantumu. Aku tidak butuh naik level! Jadi, semua Score Bonus harus kau yang dapat!” Lalu Astan menembak kepala Mutant Frog yang hampir naik ke dahan pohonnya.
Arni pun mengikuti perintah Astan.
[Invisible Type-1 : Aktif]
Seketika tubuh Arni menghilang. Matanya mencari tempat yang cukup aman untuknya menembak, sampai ia menemukan sebuah pohon besar agak jauh dari tepi rawa. Arni berlari menuju belakang pohon itu, bersembunyi di sana sampai efek dari Kemampuan Umum-nya hilang.
Dari balik pohon, Arni mengokang senapannya. Mulai membidik, mencari-cari musuh mana saja yang sekarat setelah diserang habis-habisan oleh Astan. Dengan bantuan sistem, Arni mampu melihat Status Kesehatan dari masing-masing monster.
[Status Kesehatan : 89%]
“Tidak. Jangan yang itu. Masih tebal.”
[Status Kesehatan : 56%]
“Masih belum bisa.”
[Status Kesehatan : 30%]
“Oke!”
Arni menembak Mutant Frog dengan Status Kesehatan tinggal 30%. Namun bukannya kena, malah meleset mengenai daun pohon.
“Malah pakai meleset, pulak!” Arni merutuki dirinya yang masih payah menembak.
Menyadari dirinya ditembak oleh seseorang, Mutant Frog itu segera berlari hendak menghantam Arni. Astan yang masih berusaha menembaki para Mutant Frog sampai sekarat melihatnya. Segera pria itu terjun dari pohon ke arah sang Mutant Frog.
“Dasar sialan!”
Astan mendarat sambil memukul keras Mutant Frog menggunakan senapan serbunya sampai mental ke arah Arni.
“Tembak!”
Gadis berambut hitam itu siap membidik. Tapi tak disangka, tubuh Mutant Frog malah menancap di moncong Sniper Rifle. Tentu saja Arni melotot di tempat menyadari pukulan keras Astan malah membuat sang monster mental sampai menancap di senjatanya.
“Nancep, Bang!”
“Tembak aja!”
Sesuai perintah, Arni mengokang senapannya, lalu menembak sang monster hingga hancur.
[Musuh Dikalahkan!]
[C]
[Score : 27]
[Score Bonus : 101]
Arni merasa jijik saat menyadari sebagian pakaiannya kotor oleh darah Mutant Frog lagi.
“Iuh…. Ini menjijikan.” Arni mengibas-ngibaskan tangan dan kakinya dari bercak darah. “Aku harus mencuci pakaian ini berkali-kali jadinya.”
“Arni, fokus!”
Mendengar suara Astan, Arni segera menghilang dan kembali sembunyi di tempat aman untuk menembaki para Mutant Frog yang sekarat, sesuai perintah Astan.
Astan nampak sibuk berlarian, melompat sambil menembak semua monster. Nampak Arni berhasil menembak mati sisa-sisa monster yang sudah ia hajar. Tapi gilanya, selama sang Alpha masih hidup, kodok-kodok mutan lain akan kembali bermunculan dari rawa-rawa, pohon, sampai di dalam hutan.
“Cih! Sialan.” Astan mendecih. “Kalau bosnya belum dibunuh, maka akan semakin banyak Mutan Frog kemari mengepung kami. Ini situasi yang sulit bagi kami yang masih berpangkat dan level rendah.”
Kini Astan memutuskan untuk mencoba menyerang Alpha Mutant Frog sekali lagi. Ia menembak pohon di dekat sang Alpha sampai tumbang.
Sang Alpha hendak melompat untuk menghindarinya, tapi Astan langsung melompat ke atas batang pohon, menindih batang itu agar menimpa sang Alpha. Biarpun sudah ditindih pohon dengan Astan di atasnya, pemimpin kodok mutan tetap berdiri kokoh dengan kilasan efek Shield biru di sekitarnya.
“Kau….” Astan menodongkan senapannya. “Memuakkan…!”
Astan menembak sang Alpha. Namun sia-sia karena semua peluru senapan runduknya gagal menembus Shield tebal milik Alpha, hanya menimbulkan lubang-lubang kecil yang dapat menutup kembali dengan sendiri.
“Sial, dia terlalu tebal!”
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Pintu RAYIAN
sukkaaaaa
2022-02-13
1
PEMBACA BIASA
bagus bang ceritanya
2021-11-20
2