Sebelas

Pagi ini, Eli dan sahabatnya jalan beriringan untuk sarapan pagi bersama. Saat akan menuruni tangga ke lantai dasar, mereka berpapasan dengan abang twins dan sahabatnya, serta Monika.

"Pagi kak." Sapa Monika yang hanya di jawab deheman oleh Eli.

Eli jalan menuruni tangga terlebih dahulu, lalu diikuti oleh Anggun dan Ferni dibelakangnya.

"Apa kak Eli marah sama aku?" Tanya Monika pada bang twins.

"Enggak. Nanti kakak yang bilang sama Eli." Kata bang Devin, lalu menggandeng tangan Monika untuk menuruni tangga.

"Eli." Panggil bang Devin.

Eli berbalik dan menatap datar bang Devin.

"Bisa, jika lo menjawab sapaan Monik?" Tanya bang Devin, dengan sedikit penekanan.

Eli hanya menatap abang twins dan sahabatnya beserta Monika dengan jengah. Gue benar-benar lapar! Pengen makan! Jangan sampai daging kalian yang gue makan. Pikir Eli dan mengeluarkan aura dingin nya dengan tidak sengaja.

"Eh!" Kaget Panji.

"Kenapa dah? Kok dingin? Dan, ini hawa kek apaan?" Tanya Cakra merinding.

Sahabat Eli pun merasakan hal yang sama. Eli yang tersadar segera menghilangkan auranya.

"Sudah gak. Mencengkram banget dah. Itu apaan?" Tanya Panji.

"Hih! Rumah lo serem!" Pekik Cakra dan segera berjalan ke ruang makan.

"Ayo." Ajak bang Davin kepada sahabatnya, dan mereka berlalu dari sana. Kini, hanya Eli dan sahabatnya yang masih di tempat.

"Eli, gue merasa, ada yang aneh sama lo." Kata Ferni tiba-tiba.

"Apa?" Tanya Eli.

"Aura tadi punya lo kan?" Tanya Ferni.

Eli tidak menjawab, tetapi mengerutkan dahinya, seolah bingung. Lo belum bisa tahu tentang gue. Pikir Eli.

"Kayaknya bukan. Lihat lo bingung gini, gue jadi yakin. Lo bodoh saat amnesia." Lanjut Ferni, dan segera pergi ke ruang makan, sebelum kena pukulannya.

"Ayo." Ajak Anggun sambil menggandeng tangan Eli.

"Pagi." Sapa bi Siska, saat melihat Eli dan Anggun.

"Pagi." Jawab Eli.

"Pagi bibi." Jawab Anggun.

"Ayo duduk, kalian harus cepat, nanti telat loh sekolahnya." Kata bi Siska.

Sekolah? Ia, semalam Eli membujuk mamah Fana dengan segala jurusnya, walau beberapa kali gagal, tetapi yang terakhir kalinya berhasil. Aku ngambek. Itu lah perkataan Eli yang terakhir, membuat sang mamah tidak bisa berkutat. Dan berakhir dengan di izinkan sekolah.

"Tunggu." Cegah grandpa Arga, saat Eli akan menduduki kursi paling ujung.

Eli diam sambil menaikan satu alisnya, seolah berkata "ada apa."

"Kamu mau kemana?" Tanya grandpa saat melihat tampilan Eli. Semua keluarga pun ikut memperhatikan Eli, membuat gadis cantik itu risih. Baru nyadar dengan pakaian Eli. Pikir mereka semua, kecuali Eli dan sahabatnya.

"Sekolah." Jawab Eli.

"Kenapa gak pakai seragam? Malah memakai celana jins, dan jaket?" Tanya tante Ghea.

"Gak ada." Jawab Eli malas, dia mau makan.

"Apa yang gak ada?" Tanya mamah Fana.

"Seragam." Jawab Eli.

"Lah, seragam mu di mana?" Tanya bang Bagas.

Eli hanya menaikan bahu nya acuh untuk menjawab pertanyaan dari bang Bagas.

"Baju kak Eli ada di kamar ku." Jawab Monika, "Maaf, belum kasih kak Eli, soalnya aku lupa." Lanjut Monika.

"Seharusnya kamu ambil saja, di kamar Monika. Itu kan barang mu." Kata papa Abson.

"Kamar mana?" Tanya Eli dingin. Mereka yang mendengar nada suara dingin Eli, menjadi sedikit takut, karena ini belum seberapa.

"Ka-kamar aku." Jawab Monika gugup. Jujur, dia merasa takut dengan Eli saat ini.

"Yang?" Tanya Eli lagi.

"Kenapa sih? Lo macam gak tahu aja kamar Monika." Kata bang Devin.

"Yang?" Tanya Eli sekali lagi pada Monika, tidak menghiraukan perkataan bang Devin.

"Kamar kakak yang dulu." Jawab Monika sambil menunduk.

"Bukannya lo suka dengan seisi kamar Eli? Sampai baju, sepatu, alat make-up, semuanya deh! Lo ambil?" Tanya Anggun sinis.

Semua diam, dan menatap Monika. Yang di tatap hanya menunduk.

"Monika gak salah, lagian lo bisa minta uang lagi di orang tua untuk belanja kan? Bukannya lo udah minta yang sebelumnya untuk renovasi aula jadi kamar lo?" Tanya bang Devin sinis.

Eli hanya tersenyum tipis saat mendengar ucapan bang Devin yang sinis, entah kenapa, dadanya menjadi sesak. Api ini perasaan lo Elina? Pikir Eli.

"Berangkat." Kata Eli, lalu mencium punggung tangan mamah Fana, bibi Siska, grandpa Arga, grandma Esti, Opa Ragael dan oma Kaysa.

"Gak sarapan dulu?" Tanya oma Keysa, sambil memegang tangan cucu nya itu.

"Tidak." Jawab Eli.

"Kamu pakai mobil opa saja dulu. Nanti opa belikan mobil baru untuk kamu." Kata opa Ragael.

"Eli pakai motor sendiri." Tolak Eli. Sejak kapan suka naik motor? Pikir mereka semua.

"Dah." Tutup Eli, dan berjalan keluar mension, di ikuti para sahabatnya yang sudah berpamitan juga.

"Sejak kapan Eli meminta uang dari keluarga?" Batin mamah Siska dengan menatap suami, beserta para orang tua.

"Kok sedih, saat dia berlalu tanpa melihat?" Batin mereka semua, kecuali orang yang sudah di cium punggung tangannya oleh Eli.

...----------------...

HIGH SCHOOL AR

Abang twins dan sahabatnya baru tiba di sekolah terfavorit. Kehadiran mereka di sambut dengan pekik kan warga AR.

Ya ampun, ganteng ku...

Is, ganteng bangat dah.

Pengen kantongi dong.

Is, Panji cool deh.

Cakra, sini dong. Temani jalan.

Cakra playboy, jangan jalan sama dia. Bisa di gebukin lo sama puluhan pacarnya.

Biarin. Kan ada Cakra, pasti di tolong.

Kalau di tinggal?

"Hahahaha. Lo emang playboy." Kata Panji yang tidak bisa hentikan tawanya, membuat Candra kesal sendiri.

"Biarin. Itu artinya gue laku. Lah lo?" Tanya Cakra mengejek, yang berhasil hentikan tawa Panji.

"Intinya gue gak embat banyak cewek." Bela Panji.

"Bilang aja lo betina!" Kata Cakra dengan muka songongnya.

"Emang lo jantan?" Tanya Panji.

"Ia lah." Jawab Cakra cepat.

"MENANG JANTAN DOANG! HATINYA POTEK!" Teriak Panji tanpa malu.

"Malu-maluin." Tajam bang Davin.

"Kak Eli udah datang?" Tanya Monika.

"Gak tahu." Jawab Leo.

"Kamu kok suka banget tanya Eli, padahal dia udah jahat sama lo." Tanya Cakra.

"Dia kakak aku, kan wajar." Jelas Monika dengan senyuman manisnya.

"Lo emang baik." Jawab Cakra dengan senyumnya.

"Kak Cakra ganteng kalau senyum gitu." Kata Monika tiba-tiba, membuat senyuman konyol terpampang di wajah Cakra.

"Ehem. Masih ada pacar." Kata Leo datar.

"Hehehe. Maaf, gak kecantol kok." Jawab Monika sambil menggenggam tangan Leo.

Leo hanya mengangguk sambil mengusap kepala Monika dengan tangan satu nya.

Brum... Brum... Brum...

Suara motor membuat perhatian warga AR kembali mengarah pada motor sport berwarna hitam.

Wish, siapa itu?

Kayak nya anak baru.

Cowok bukan sih?

Keren. Kalau cogan, gue idolain deh.

Pindahan mana itu?

Orang terpandang deh kayaknya.

Dll.

Motor sport berwarna hitam itu, berhenti di parkiran khusus roda dua, tidak terlalu jauh dari posisi abang twins dan sahabatnya.

Dengan sangat pelan, orang yang membawa motor tadi melepaskan helmnya. Tidak lama, rambut berwarna biru gelap, dengan gelombang di bawahnya, terjun begitu saja.

Itu bukannya?

ELI?!

Terpopuler

Comments

Hana Fauziah

Hana Fauziah

semangatttt kkkkkkk

2021-09-29

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!