Sepuluh

Bukankah itu minuman yang selalu di teguk Eli? Bahkan sebelum tidurpun dia minum. Pagi sarapan pun minum. Siang pun minum, walau keadaan cuaca panas. Selalu bangun tengah malam untuk minum. Dan kadang setiap bersantai, atau kemanapun dia, teh adalah minumannya. Dan sekarang? Pikir mereka dengan bingung.

Eli yang baca pikiran mereka hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. Oh, ayolah, aku sudah pernah bilang. 'Aku bukankah aku.' Pikir Eli malas.

"Sayang, kamu bercanda?" Tanya mamah Fana.

"Tidak." Jawab Eli datar.

"Bukankah itu minuman kesukaan kamu?" Tanya bibi Siska.

"Bukan." Jawab Eli malas.

"Apa karena kamu amnesia, sampai lupa juga pada minuman kesukaan sendiri?" Tanya bang Bagas. Jika memang benar, maka versi amnesia lo sangat keren dek! Pikirnya.

"Aku mau ke kamar." Kata Eli, yang malas menjawab pertanyaan bang Bagas.

"Cepat, dan turun makan. Kita sudah telat makan karena menunggumu." Kata papah Abson, dan di jawab anggukan kepala oleh Eli.

"Apakah hanya aku yang merasa Eli berubah?" Tanya bibi Siska saat melihat Eli berada di pertengahan tangga.

"Aku rasa Eli memang berubah." Jawab bang Davin.

"Ia. Grandpa juga merasa kan hal yang sama." Kata grandpa Arga ikut nimbrung.

"Dia bukan seperti Eli." Kata bang Uzi, yang membuat semua keluarga perang dengan pikiran mereka masing-masing.

"Aku kan sudah bilang. Aku bukankah aku." Batin Eli, yang masih dengan jelas mendengar percakapan keluarganya.

"Hufth. Lelah benar." Seru Eli. Kini Eli sudah berada di kamarnya, lantai tiga, tepatnya, di depan meja rias.

"Padahal pulang dari rumah sakit, ke kamar langsung tidur, tapi ternyata?" Kata Eli sambil menggelengkan kepalanya kanan kiri.

"Gue belum perkenalan rupanya." Kata Eli, dan duduk di kursi depan meja riasnya. "Aku, Aurora Elina Keyson. Anak keempat keluarga Keyson." Lanjut Eli yang memperkenalkan dirinya.

(Dalam peran, masing-masing akan memakai namanya. Mau itu bukan raganya. Kalau gak ngerti, ngikut aja.)

Tok... Tok... Tok...

Eli menghadap pintu kamar nya yang di ketuk, kemudian berjalan untuk membukanya.

"Maaf, Eli di panggil turun untuk makan malam." Kata orang yang mengetuk pintu, ternyata bi Surti.

Eli hanya mengangguk sebagai jawaban, dan jalan bersama bu Surti menuju lantai bawah.

Mension keluarga Prayaga cukup besar. Namun lebih besar mension keluarga Keyson.

Di lantai satu, ada kamar tamu lima, dan aula. Di lantai dua kamar khusua keluarga besar Prayaga, ruang santai keluarga, dan taman. Di lantai tiga, hanya ada satu ruangan, dan taman bunga. Ruangan di lantai tiga dulu adalah aula, sangat luas, tiga kali lipat dari kamar Eli. Karena sangat luas, Eli buat dalam satu ruangan itu menjadi empat. Ada ruang kamar mandi, lemari (Seperti kamar, yang khusus aksesoris, dan muat di masuki sepuluh orang, mungkin lebih.), ruang perpustakaan, dan ruang musik.

"Selamat malam sayang." Sapa mamah Fana membuat kesadaran Eli kembali. Ah, aku terlalu banyak melamun akhir-akhir ini. Pikir Eli, yang ternyata sudah berada di ruang makan.

"Malam." Jawab Eli datar, dan duduk di samping bang Uzi.

"Ayo kita makan." Ucap grandpa Arga.

"Kamu mau makan apa sayang?" Tanya mamah Fana.

"Sup sapi." Jawab Eli datar.

Sejak kapan lo suka makan hal yang berbau sapi+sayur? Pikir Anggun.

Lo suka sup sapi? Bukan nya lo pernah muntah-muntah karena makan seperti itu? Pikir bang Uzi.

"Sejak kapan Eli suka makan sup sapi?" Batin mamah Fana.

"Yakin dek?" Tanya Uzi memastikan, dan di jawab anggukan kepala oleh Eli.

"Ini." ucap mamah Fana, sambil memberikan semangkok sup sapi.

Eli terima dengan senang hati, kemudian makan dengan santai.

"Gue rasa ada yang aneh sama lo." Batin bang Devin.

"Lo seperti nya berubah." Batin bang Bendra.

"Siapa lo? Siapa Elena? Kenapa dia menyebutkan namamu Elena?" Batin bang Bagas.

Eli hanya bisa tersenyum tipis mendengar batin bang Bagas.

"Semua akan tahu, pada waktunya." Batin Eli.

...----------------...

"His. Lama bener lo dek!" Geram seseorang yang berada di sebuah kamar bernuansa putih.

"Mension Prayaga? Hanya ada satu mension keluarga Prayaga, karena selebihnya adalah fila. Dan mension Prayaga berada di Jakarta. Jakarta? Indonesia?" Monolog orang itu, dia merasa ada yang aneh dengan jalan pikirannya.

"Jakarta yah?" Tanya orang itu, sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "JAKARTA?! what the ****!" Lanjut orang itu dengan kaget, kemudian mengotak-atik hp nya dengan cepat.

"Siap kan penerbangan ke Indonesia, Jakarta." Kata orang itu sambil menempelkan hp pada telinga nya.

"Baik." Jawab orang di sebrang sana.

Tut... Tut... Tut...

Panggilannya terputus secara pihak.

"Gue kasi tahu gak yah?" Tanya orang itu sambil jalan bolak balik ke kanan dan kiri.

"Kalau kasi tahu, dimarah gak yah?" Tanya orang itu lagi, yang saat ini memilih duduk di sofa.

"Kalau gak di bilang, bisa habis gue." Lanjut orang itu lagi, dan menyandarkan tubuhnya dengan kasar pada sandaran sofa.

"Bodoh! Mending gue kasi tahu, dari pada habis di tangannya! Kan gak lucu. Persetan dengan amukannya." Kata orang itu, dan berlalu ke kamar mandi, sekedar membersihkan diri.

...----------------...

Dert... Dert... Dert...

Hp milik Eli bergetar, dan mendapatkan nama dari sang penelpon di layarnya.

"M." Jawab Eli malas.

"Gimana?"

"Besok."

"Sekarang."

"Dah." Tutup Eli.

"Siapa?" Tanya Anggun penasaran.

Kini, semua keluarga beserta sahabat abang twins dan Eli, berada di ruang keluarga. Sehabis makan malam, sudah menjadi rutinitas keluarga Prayaga untuk kumpul bersama.

"Orang." Jawab Eli acuh, dan kembali meminum yakult.

"Sayang, apa kamu suka yakult?" Tanya Mama Fana.

"Yah." Jawab Eli singkat.

"Sejak kapan?" Tanya bang Bagas.

"Dulu." Jawab Eli cuek.

"Bukannya kamu gak suka minuman itu dari dulu?" Tanya bibi Siska.

"Entah" Jawab Eli malas. Dia gak suka, hal yah di lakukan nya selalu di tanya, atau ganggu mungkin?

Hening.

Semua sedang berkutat dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kak Eli." Panggil Monika, Eli hanya meliriknya saja.

"Besok aku sama kak Eli naik mobil bareng yah." Kata Monika sambil tersenyum manis.

"Ia, pasti kak Eli mau ka-" Ucapan bang Devin terpotong.

"Tidak." Jawab Eli datar.

"Yah, kenapa?" Tanya Monika dengan raut sedihnya.

Eli tidak menjawab, dia lebih memilih untuk minum yakult nya, dan menonton film akrobat.

"Eli. Kamu kenapa sih, selalu tidak mau dengan Monika?" Tanya Papa Abson jengah.

"Dia besok tidak sekolah pah. Dia masih butuh istirahat." Jawab mamah Fana yang membela Eli.

"Tidak." Jawab Eli membuat mama Fana mengerutkan dahinya.

"Tidak apa sayang?" Tanya mamah Fana.

"Besok sekolah." Bukannya menjawab, Eli malah mengatakan hal yang membuat mamah Fana melotot tidak percaya.

"NO!" Pekik mamah Fana. "Kamu harus istirahat. Tidak ada bantahan." Lanjut mamah Fana finis, dan berlalu dari ruang keluarga.

"Mah." Panggil Eli yang tidak di hiraukan oleh mamah Fana.

"Mamah." Panggil Eli lagi, dan berjalan mengikuti mamah Fana, yang mungkin merajuk?

Terpopuler

Comments

Hana Fauziah

Hana Fauziah

lanjuttt

2021-09-29

3

Nurhayati Pattik

Nurhayati Pattik

semangat. sehat selalu.

2021-08-13

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!