Delapan

Eli saat ini berada di lantai tiga bersama kepala pelayan Prayaga.

"Bersihkan semua ini." Perintah Eli.

"Baik nona." Kata kepala pelayan itu. Kita panggil saja, bi Surti.

"Makasih yah bi." Jawab Eli dan berlalu dari sana.

...----------------...

"Eli di mana sih?" Tanya Anggun yang misa-misu sendiri.

"Santai aja kali. Tuh anak di mana pun, terserah dia. Ini rumah nya." Jelas Ferni jengah.

"Yah tapi dia harus nya bilang." Kata Anggun dan langsung memakan kacang.

Anggun dan Ferni saat ini berada di ruangan keluarga, sibuk dengan diri sendiri.

"Ngapain lo pada di sini?" Tanya cowok baju coklat nyolot. Siapa lagi kalau bukan Cakra?

Anggun dan Ferni hanya melihat orang itu, capek ngomong sama lo! Pikir mereka.

"Eli mana?" Tanya Panji tiba-tiba, lalu duduk di hadapan Anggun dan Ferni.

"Gak tahu." Jawab Ferni cuek.

Kini, twins dan sahabatnya, serta adik, Monika. Duduk bersama di ruangan keluarga.

Panji sibuk dengan cemilan kacang nya bersama Anggun.

Cakra yang brain hp, begitu juga dengan Ferni.

Bang Davin yang mabar bersama Devin.

Dan Leo? Bermesraan dengan Monika. Pengen Cakar muka sok cantik lo. Pikir Anggun dan Ferni.

"Eli. Lo dari mana?" Tanya Anggun tiba-tiba. Seketika mereka memperhatikan pandangan Anggun.

"Atas." Jawab Eli cuek, dan berjalan pada sofa yang sedikit jauh dari mereka, lalu sibuk pada hp sendiri.

"Lo berubah dek, semenjak sadar dari koma." Batin bang Davin.

"Biasanya lo akan cari perhatian, tapi kok sekarang gak? Gue kok jadi kangen lo yang dulu?" Batin bang Devin.

"Biasanya lo ribut, karena marah-marah sama Monika." Batin Panji.

"Lo hanya drama kah?" Batin Cakra.

"Biasa lo gluyutan di lengan gue." Batin Leo.

"Lo lupa ingatan benar?" Batin Monika bingung.

"Kok sahabat gue jadi cuek gini. Mana kadang dingin pula. Muka lo yang biasa di imut-imut kan, walau sudah imut sih. Namun sekarang? Datar!" Batin Anggun dan Ferni bersama.

"Apa?" Tanya Eli dingin, saat tahu mereka semua memperhatikan nya dalam diam.

Mereka yang mendengar suara dingin Eli tambah bingung. Kemudian melanjutkan aktifitas yang sempat tertunda.

"Lo semua akan tahu, siapa Eli yang sekarang. Namun bukan saat ini." Batin Eli menyeringai. "Batin lo semua, mending di jadi kan angan-angan. Gue bukan gadis yang lo pikirkan." Sambung batin Eli.

Eli bisa dengar batin orang? Tentu. Eli bisa Baca pikiran orang? Tentu. karena dia bukan Eli yang dulu.

Ting.

Semua menatap hp Eli, suara yang menandakan ada nya pesan, membuat mereka kepo.

Dengan lihai, Eli memainkan jempolnya di atas layar.

Bang Zidan.

Online.

Kamu punya hutang penjelasan dek.

^^^Ia bang.^^^

Sekarang.

^^^Nanti, saat kamar Elena jadi.^^^

Awas aja bohong.

...read....

Eli meletakan hp nya di sofa sampingnya. Kemudian menatap mereka semua yang sedang melihat dirinya.

"Siapa El? Gak biasanya hp lo bunyi. Biasanya hanya di hening kan." Kata Anggun.

Eli, hanya menaikan bahunya acuh, lalu menyandarkan dirinya di sofa, dan menutup mata.

"Mungkin pacar barunya." Ejek Cakra.

"Ia kali yah? Dia udah gak nempel sama Leo lagi." Kata Panji membenarkan.

"Mungkin kak Eli udah nyadar, kalau Leo pacar adiknya." Kata Monika dengan senyum, yang di buat manis? Mungkin.

"Ia, benar itu dek." Kata bang Devin membenarkan.

Monika hanya senyum menanggapi bang Devin, sedangkan yang lain, mengangguk sebagai pembenaran.

"Yah bagus dong! Sahabat gue gak nyantoli orang yang bodoh." Sindir Anggun.

"Maksud lo apa?" Tanya Leo datar.

"Lo akan tahu nanti." Jawab Ferni acuh.

Eli masih nyaman menutup matanya, hingga, "nona Eli, ada yang mencari Anda." Eli membuka matanya, lalu menatap bi Surti. "Suruh masuk." Jawab Eli dan memposisikan duduknya dengan benar.

"Baik nona." Jawab bi Surti, dan berbalik.

"Bi." Panggil Eli, saat melihat bi Surti yang akan berlalu.

"Ia nona?" Tanya bi Surti.

"Gimana dengan perintah ku?" Tanya Eli.

"Sudah nona. Semua sudah seperti yang nona inginkan." Jawab bi Surti.

Eli hanya mengangguk, "boleh minta sesuatu?" Tanya Eli.

"Selagi saya bisa, maka akan di lakukan nona." Jawab bi Surti sopan.

Semua menatap Eli penasaran. Biasanya Eli minta sesuatu yang sangat di luar dugaan. Mereka jadi ingat, terjadi nya dapur yang terbakar, karena perbuatan Eli. Kejadian itu dua bulan yang lalu. Waktu itu, Eli minta dia yang akan masak, walau sangat di tentang semua orang rumah. Karena Eli tidak bisa masak, apa lagi alasannya? Karena keras kepalanya Eli, akhir nya dia di izin kan, dan terjadi lah kebakaran besar di dapur. Semua itu ada sebabnya, di part yang akan berlanjut, akan di ungkap.

"Jangan panggil saya nona. Cukup panggil Eli." Permintaan Eli.

Semua menatapnya dengan cengo. Bukannya dia yang mati-matian pengen di panggil nona? Dan sekarang? Hebat. Pikir mereka.

"Baik non, eh Eli." Kata bi Surti gugup.

"Santai saja bi. Bibi sudah ku anggap sebagai keluarga Eli." Kata Eli dan memberikan senyuman tipis.

"Baik lah, kalau gitu bibi pamit dulu." Pamit bi Surti, dan melangkah pergi dari ruangan keluarga.

"Cih. Mungkin ini hanya taktik supaya di dekati." Sinis Candra, dan di angguki bang Devin.

"Diam deh loh! Bacot mulu dah!" Sinis Anggun.

Ferni hanya main hp saja sedari tadi, toh, gak penting dengar orang bacotan.

Eli hanya melihat mereka santai. Gak penting.

"Ap-" Perkataan Cakra terhenti, saat mendengar sapaan orang.

"Selamat sore nona Elena." Sapa orang itu tegas. Memiliki tubuh yang tinggi.

Eli menghadapkan pandangan nya pada orang tersebut, dan tersenyum tipis, "Sore." Jawab Eli.

"Suatu kebahagian melihat Anda baik-baik saja." Kata orang itu sambil tersenyum manis.

"Suatu kebahagian juga masih bisa berbicara denganmu." Kata Eli.

Orang itu hanya tersenyum, menanggapi perkataan nona nya ini. Nona? Ia, dia, rahasia.

"Barang-barang Anda sudah di kirim oleh tuan Zidan nona." Lapor orang itu dengan tegas.

"Masukan." Tegas Eli.

"Baik." Jawab orang itu, "oh ia nona, ini titipan tuan Zidan." Lanjutnya.

Eli mengambil titipan itu, dan melihatnya secara seksama. "Black?" Tanya Eli memastikan.

"Ia nona. Tuan Zidan mengirimnya, langsung dari sana. Bukan mencari lagi." Jawab orang itu.

"Dia sangat mengerti." Jawab Eli saat mendengar penjelasan orang tersebut.

"Ia nona. Saya permisi, ingin meminta mereka melakukan tugasnya." Pamit orang itu, dan berlalu dari sana saat mendapatkan anggukan dari Eli.

"Siapa dia?" Tanya Ferni penasaran. Ganteng. Pikirnya.

"Manusia." Jawab Eli.

Tidak lama, orang yang tadi datang kembali, bersama sekitar dua puluh lima orang, dan jangan lupa kan, masing-masing membawa barang.

"Bibi." Panggil Eli, saat tidak sengaja melihat bi Surti.

"Ia non, eh Eli." Jawab bi Surti.

"Antar mereka ke lantai tiga." Perintah Eli.

"Baik Eli." Jawab bi Surti. "Mari." Lanjut bi Surti, saat melihat orang-orang membawa barang-barang yang begitu banyak.

"Saya tahu, dia sudah memberikan denahnya." Kata Eli, saat melihat orang tadi ingin berbicara.

"Benar. Baik lah, saya permisi nona." Kata orang itu, dan berlalu dari sana.

"Mereka siapa?" Tanya bang Davin datar. Eli menatap bang Devin datar, dan bangkit berdiri, tidak ada niatan untuk menjawab.

"Ada apa ini?" Suara bariton memasuki telinga semua orang yang berada di lantai bawah.

Eli dkk, Monika, abang twins dan sahabatnya melihat ke lantai atas, di sana, semua keluarga dapat di lihat. Kini, semua keluarga sudah berada di lantai bawah, tepatnya ruang keluarga.

"Ada apa? Kenapa banyak orang?" Tanya grandpa Arga.

"Itu orang suruhan kak Eli." Jawab Monika lugu.

"Ada apa? Buat apa mereka ke lantai atas?" Tanya papah Abson.

"Tanyakan pada Monika." Jawab Eli datar, "permisi." Lanjut Eli dingin, dan keluar dari ruang keluarga, menuju pintu utama mension. Mungkin akan keluar mension.

"Kenapa?" Batin mereka.

Terpopuler

Comments

Dou'U Ji

Dou'U Ji

keluarga tolol😗

2021-09-29

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!