Kesempatan Kedua

Sementara itu Jingga yang masih berada di ruang tengah, kini terdiam setelah sambungan ponselnya tertutup.

"Tidak mungkin Mas Bayu dan Amanda..."

Jingga pun menghubungi kembali ponsel suami dan sepupunya itu dengan bergantian. Tapi hingga kini ponsel keduanya masih tidak aktif, membuat perasaannya semakin tidak tenang apalagi saat teringat dengan perkataan Biru.

Karena merasa tidak tenang menunggu kedatangan suaminya. Jingga pun memutuskan untuk mencari Bayu tanpa menunggu saudara kembarnya.

"Bik tolong jaga putriku," pinta Jingga sebelum pergi dengan mengecup kening sang putri.

Lama ia menatap wajah Liora hingga tanpa sadar menitikkan air matanya. Entah mengapa ia merasa tidak akan pernah lagi bertemu dan melihat wajah putri kecilnya tersebut.

"Nyonya...."

Jingga yang tersadar pun mengusap air matanya, sembari beranjak dari ranjang setelah mengecup pipi Liora berulang kali.

"Tolong jaga putriku! Nanti Kak biru datang untuk menemani kalian."

"Baik Nyonya."

Jingga pun pergi dengan meninggalkan rumahnya. Hanya satu tujuannya yaitu rumah Amanda, dengan harapan jika suaminya itu tidak berada di tempat tersebut. Namun semua harapannya itu musnah begitu saja, saat ia melihat dengan kedua matanya Bayu berada di depan pintu rumah Amanda.

Bahkan keduanya kini tengah berpelukan seolah tidak ingin terpisahkan. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Jingga kini, yang pasti hatinya begitu sakit hingga terasa hancur berkeping-keping. Dua orang yang begitu ia sayang dan percayai, ternyata mengkhianatinya dari belakang.

Suaminya yang selalu bersikap dingin dan irit bicara itu, kini terlihat begitu hangat memeluk Amanda. Bahkan pria itu kini tengah mengecup kening wanita itu dengan penuh kasih, sampai membuat hati Jingga semakin hancur hingga mulutnya tak dapat berucap. Hanya air mata yang kini mengalir dengan deras di kedua pipinya, menggambarkan betapa hancurnya perasaan Jingga kini.

"Jingga...." Bayu yang hendak pergi merasa terkejut saat melihat keberadaan istrinya di tempat tersebut, apalagi saat melihat Jingga yang menangis.

Jingga yang merasa sangat marah dengan apa yang dilakukan Bayu, segera membalik badan bersiap untuk pergi. Namun niat tersebut ia urungkan saat teringat sudah berapa kali ia pergi meninggalkan masalah hanya untuk lari dari kenyataan.

Dan untuk kali ini ia tidak boleh lari lagi. Jingga harus menghadapi kenyataan jika sang suami bersama dengan wanita lain, di saat ia dan putrinya menunggu di rumah. Suaminya itu lebih memilih menghabiskan waktu bersama Amanda dari pada menemaninya di hari pergantian usianya. Dan yang paling menyakitkan dari semuanya, suaminya itu berselingkuh dengan saudara sepupunya sendiri.

Plak.

Dengan penuh keberanian Jingga menampar suaminya, meskipun tubuhnya sendiri bergetar hebat dengan air matanya yang terus mengalir di kedua pipinya.

"Apa ini mas?" Dengan terisak Jingga mencoba untuk menguatkan diri. Ia masih berharap apa yang dilihatnya ini hanyalah sebuah kesalahpahaman saja meskipun rasanya sangat mustahil. "Jangan bilang kalau kalian selama ini berkhianat di belakangku?"

Bayu hanya diam tak menjawab pertanyaan Jingga, begitu pun dengan Amanda.

"Jawab Mas?"

Jingga yang merasa sangat marah dengan diamnya Bayu, memukul dada suaminya itu dengan sekuat tenaga. Karena dengan diamnya Bayu, itu sama saja dengan membenarkan tuduhannya.

"Tega kau melakukan semua ini padaku? Teganya kalian berkhianat di belakangku?"

"Cukup Jingga!" Amanda mendorong adik sepupunya tersebut karena tidak tega melihat Bayu yang dipukuli berulang kali.

Merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan Amanda, Jingga pun balik mendorong kakak sepupunya tersebut.

"Kau wanita yang tidak tahu diri!!" umpatnya dengan penuh amarah. "Setelah apa yang kulakukan selama ini. Kau tega merebut suamiku?"

Bukannya merasa bersalah. Amanda justru tertawa mencemooh dengan tatapan penuh kebencian.

"Aku tidak pernah merebut suamimu. Justru kau yang sudah merebut kekasihku?"