Jodohku Cinta Pertamaku

"Maksud kamu apa, Dek?" tanya Lina penasaran.

"Gini, Kak. Kita udah tahu keadaan Irene baik-baik saja. Sementara waktu masalah keselamatan Irene sudah terpecahkan." Rita menjeda perkataannya.

"Lalu?" tanya Lina masih penasaran.

"Lalu sekarang kita harus mencari solusi permasalahan dengan Pak Surya."

"Dua hari lagi pernikahan akan diadakan, dalam dua hari ini kita bisa mencari pengganti Irene sebagai pengganti pengantin wanita." Rita mengemukakan idenya.

"Ke mana kita harus mencarinya?" Wisnu tak dapat memikirkan siapa yang akan mau menikah dengan pria yang tidak dikenalnya sama sekali.

"Maka dari itu, kita harus memikirkannya," ujar Rita cuek.

Seketika ruangan itu hening, mereka mulai sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bram menatap istrinya intens, dia menangkap sesuatu yang tidak baik di wajah sang istri.

"Apa sebenarnya yang tengah direncanakan Rita?" gumam Bram di dalam hati.

"Sudahlah, mending kita istirahat dulu. Besok kita kembali memikirkan hal ini," usul Wisnu.

Dia berdiri dan melangkah menuju kamar. Sepertinya dia masih pusing dan khawatir dengan masalah pernikahan ini.

Satu per satu anggota keluarga yang ada di ruang keluarga beranjak melangkah ke kamar masing-masing.

****

Sementara itu di tempat lain, Irene dan kekasihnya tengah menikmati makan malam di sebuah cafe.

"Sayang, kamu yakin rencana kita akan berhasil?" tanya Irene khawatir sambil bergelayut manja di lengan sang kekasih.

"Kamu tenang aja, aku yakin perjodohan ini akan berakhir dan kamu akan terbebas dari pernikahan tanpa cinta itu," ujar Alex, kekasih Irene.

Setelah usai makan malam, Irene dan Alex keluar dari cafe. Alex membawa Irene ke kost-annya.

"Sayang, kamu yakin mau bawa aku masuk kost kamu?" Irene masih ragu.

"Iya, Sayang!" jawab Alex menarik tangan Irene.

Dengan langkah berat, Irene mengikuti langkah sang kekasih.

"Yah, Bu. Maafkan Irene," gumam Irene di dalam hati.

Ini pertama kalinya dia menginap di rumah seorang pria. Ada rasa takut bergelayut di hatinya.

"Ayo!" Alex kembali menarik tangan Irene yang berhenti tiba-tiba.

Di dalam kamar Alex mengganti pakaiannya di hadapan Irene.

"Sayang, please dong, ganti bajunya di kamar mandi sana!" Irene mendorong tubuh Alex yang sudah bertelanjang dada.

Alex tersenyum saat melihat wajah pucat sang kekasih. Pria tampan yang memiliki tubuh kekar itu pun masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa kaos oblong serta celana boxer selutut.

Tak berapa lama, Alex keluar dari kamar mandi dengan kostum santai yang dikenakannya.

"Kamu, ganti baju sana!" perintah Alex pada Irene.

"Iya," ucap Irene menanggapi ucapan sang kekasih.

Irene bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi dengan membawa baju piyama yang telah dibawanya.

Dia sengaja membawa pakaian yang longgar dan tertutup agar tak terjadi apa-apa di antara dia dan sang kekasih.

Walaupun Irene sangat mencintai Alex, dia tak ingin menyerahkan kesuciannya pada pria itu tanpa adanya ikatan di antara mereka.

Irene keluar dari kamar mandi, dia sengaja mengikat rambutnya asal agar terlihat acak-acakan. Dia tak ingin memberi kesan menggoda di depan Alex apalagi saat ini mereka hanya berdua di dalam kamar kost milik Alex.

"Ya sudah, tidurlah!" perintah Alex dia mengambil sebuah guling dan kain sarung lalu membawanya ke lantai yang sudah dialasinya dengan tikar plastik.

"Kamu tidur di lantai?" tanya Irene.

"Terus kamu maunya aku tidur di mana?" tanya Alex sambil menarik turunkan alisnya.

Melihat ekspresi Alex, Irene langsung menaiki tempat tidur lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang tersedia di atas tempat tidur.

Alex pun membaringkan tubuhnya di atas tikar, dia mulai memejamkan matanya. Walaupun dia sangatlah mencintai Irene, dia tak ingin merusak kekasihnya dengan melakukan hal yang tidak dihalalkan bagi mereka.

Mereka pun mulai terbang ke alam mimpi yang indah menemani malam yang panjang.

****

Pagi ini dingin menyelimuti setiap insan yang masih terlelap dibawah selimut mereka.

Hujan turun semenjak semalaman membuat hawa dingin merasuk ke dalam tubuh makhluk Tuhan.

Dengan berat, Kayla tetap berusaha melawan rasa kantuk dan malas yang menyelimutinya. Dia bangun dari tidurnya lalu membersihkan tubuhnya.

Usai membersihkan tubuhnya, Kayla mengambil mukena dan al-qur'annya. Kayla menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim saat waktu fajar mulai masuk.

"A'udzubillahiminasyaithonirrajim."

Lantunan suara merdu Kayla membacakan ayat-ayat suci menggema di setiap sudut kamar, membuat hati yang mendengarnya merasa tentram dan nyaman.

"Shodaqallahul'azhim" Kayla menutup al-qurannya.

Dia membuka mukenanya, lalu menggantinya dengan hijab yang sudah diletakkannya di atas tempat tidur.

Setelah penampilan gadis sembilan belas tahun ini rapi dengan pakaian tertutup. Dia pun melangkah keluar dari kamar, seperti biasa dia akan masuk ke dapur untuk membantu beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh Bi Nur.

"Non Kayla sudah terbiasa melakukan hal ini?" tanya Bi Nur hati-hati agar Kayla tidak tersinggung.

"Iya, Bi. Kalau di rumah, Kayla suka bantuin Ibu Rita masak, bersihkan rumah dan yang lain-lain." Kayla pun mulai bercerita tentang kehidupannya di rumah.

Namun, Kayla menutupi sikap kasar yang selalu dilakukan Ibu Rita padanya. Walau bagaimanapun, Ibu Rita tetaplah Ibunya, dialah wanita yang membesarkannya.

"Bersyukur Buk Rita dan Pak Bram memiliki seorang putri yang rajin seperti Non Kayla," puji Bi Nur.

Kayla hanya tersenyum, mereka asyik mengobrol hingga tanpa terasa semua hidangan sarapan di pagi ini sudah terhidang di atas meja makan.

"Wangi sekali aroma nasi gorengnya," puji Bram yang baru saja masuk dapur bersama istrinya.

"Ayah pasti suka nasi goreng spesial buatan Kayla," timpal Kayla menyambut sang Ayah.

"Kamu yang masak nasi goreng ini?" tanya Bram tak percaya.

"Iya dong, Yah!" seru Kayla bersemangat memamerkan hasil jerih payahnya pagi ini.

"Nasi goreng biasa aja, bangganya minta ampun," celetuk Rita tak suka melihat Kayla menarik perhatian suaminya.

"Sudahlah, Buk." Bram menatap tajam ke arah istrinya.

Satu per satu anggota keluarga yang berada di kediaman Wisnu mulai bergabung di ruang makan.

Mereka pun menikmati santapan sarapan pagi yang telah disediakan oleh Kayla dan Bi Nur.

"Kayla, Rayna! Masuklah ke kamar kalian!" perintah Rita pada Kayla dan Rayna.

Setelah semua keluarga menyelesaikan kegiatan makannya.

Kayla dan Rayna saling berpandangan mencari tahu apa yang akan terjadi.

Rayna ingin membantah tapi tatapan Rita yang bagaikan menusuk jantung sang putri, mereka pun memilih cepat untuk kembali kamar.

"Kak, aku punya usul kandidat untuk menjadi pengantin pengganti Irene," bisik Rita hati-hati agar Kayla dan Rayna tidak dapat mendengar ucapannya.

"Siapa?" tanya Lina antusias.

Bersambung . . .

.

.

.

.

Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏

Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .

- Like

- Komentar

- Hadiah

dan

-Vote

Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏