Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Surat dari Melysa
Melysa menatap datar gerbang tinggi yang masih tertutup itu. Jika saja ia bisa berlari masuk dan memeluk Hana? Jika saja ia bisa masuk meski hanya sekedar bertanya apa kabar? Atau bagaimana keadaanmu? Atau mungkin bertanya perihal apakah kamu bahagia sayang?
Namun, sayangnya Melysa hanya mampu berdiri dengan perasaan entah. Merasa bersalah tapi juga takut. Dalam hatinya dilanda ketakutan oleh penolakan Hana. Jadi, dia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dan membiarkan Hana tetap pada kehidupan barunya.
"Permisi? Apa benar ini rumah Nona Hana? Hana Devina?" Tanya Melysa berbasa basi. Saat menyebut nama lengkap Hana pun ia merasa hatinya seperti diremas. Berandai-andai dalam hati, seandainya waktu itu ia tidak egois meninggalkan Arman dan Hana? Seadainya waktu itu ia tak tergoda oleh laki-laki lain?
Lagi hal itu hanyalah sebuah perumpamaan. Melysa diam-diam menjadi istri siri albert dan melukai perasaan putrinya. Bukan hanya itu, ia juga telah menghancurkan hati wanita lain.
"Benar, Bu? Ada yang bisa dibantu?" tanya satpam jaga rumah Kenaan.
Melysa tersenyum dengan tangan sedikit bergetar ia menyodorkan amplop putih.
"Saya nitip ini ke Hana," ujar Melysa pelan.
"Apa mau saya panggilkan, Bu?" tawar satpam.
"Saya buru-buru," tolak Melysa.
Melysa akhirnya meninggalkan pos satpam rumah Kenaan. Gerbang yang sedikit terbuka itu membuat sosoknya terlihat dari lantai dua kamar Hana.
Terlebih saat ini, Hana sedang memperhatikannya dari atas balkon. Namun, karena posisi kamar Hana terletak di samping dan menghadap kolam dan taman. Keberadaan Hana diatas tak bisa Melysa lihat dari bawah.
Sejak dua hari kemarin, hubungannya dengan Kenaan jauh lebih baik. Dan Hana pikir, tak ada salahnya membuka hati untuk Kenaan dan mulai belajar menerima apapun keadaan sang suami termasuk masalalunya.
Hana menuruni tangga karena penasaran, dia pun langsung menghampiri satpam jaga.
"Tadi siapa, Pak?" tanya Hana.
"Em, itu Nyonya! Saya kurang tahu, tapi dia menitipkan ini." Satpam menyodorkan amplop putih ke hadapan Hana.
"Oke, makasih." Hana berbalik, ia memilih ke taman karena saat ini Kenaan sedang berada di kantornya.
Hana membuka amplop dari Melysa di kursi taman dekat kolam.
Mendadak hatinya gelisah saat akan membaca isi surat itu.
*Untuk putriku, Hana...
Mama minta maaf, mungkin setelah kamu membaca surat ini Mama sudah pergi jauh...
Hana,
Mungkin mama terlalu pengecut untuk meminta maaf padamu langsung dan jujur mama tak sanggup..
Mama tak sanggup melihat kebencianmu yang besar.
Maafkan mama karena telah merenggut senyummu, merenggut kebahagiaanmu!
Mama hanyalah manusia yang mudah tergoda disaat rapuh, tolong maafkan mama.
Sampaikan permohonan maaf mama untuk suamimu, dan Mama berharap kalian bahagia selalu...
Andai Mama diberikan kesempatan, Mama ingin sekali saja bisa memelukmu!
Tapi, untuk saat ini Mama sedang dihantam penyesalan tak berujung.
Biar, asalkan kamu bahagia maka mama tak akan lagi menampakkan wajah mama dalam hidupmu...
Melysa*~
***
Hana menatap datar tulisan kertas surat dari Melysa. Perasaan ibanya sudah lenyap saat ia melihat sendiri betapa mamanya berubah menjadi monster yang menakutkan. Mendorong Mira ke jalan dengan maksud melenyapkan si ibu tiri.
Kenapa? Kenapa Hana merasa Melysa terlalu jahat! Rekam jejak kejahatan sang mama masih berjejalan di kepala.
Meninggalkannya karena pria lain, menelantarkannya, tanpa tahu hancurnya perasaan Hana saat remaja seusianya sedang asik bercerita panjang lebar dengan mamanya. Menjual rumah yang bahkan sama sekali bukan haknya, merusak hubungan keluarga Arka bahkan Melysa melakoni scandal dengan assisten suami barunya.
Sungguh miris, Hana merasa malu mendengar kenyataan itu semua.
"Sayang, kamu disini? Aku cari kemana-mana!" Kenaan baru saja sampai rumah untuk makan siang. Hubungannya dengan Hana semakin baik akhir-akhir ini dan hal itu membuatnya tak sabar untuk pulang dan bertemu sang istri.
"Hm, aku lagi cari udara segar, Ken! Kenapa kamu sudah pulang?" tanya Hana tanpa membalikkan badan. Ia menyembunyikan surat dari Melysa dengan melipat kertas itu menjadi kecil dan menggenggamnya erat.
"Aku merindukanmu? Kenapa masih bertanya, Hm?" Kenaan meletakkan dagunya di pundak Hana. Seketika Hana merasa bulu kudunya meremang, terlebih Hana bisa merasakan sapuan napas hangat Kenaan di ceruk leher Hana.
Hana terdiam, akan tetapi bibirnya tersenyum tipis.
"Aku juga merindukanmu!" balas Hana.
Kenaan seketika mendaratkan kecupan di pipi Hana dengan lembut.
"Ayo makan siang! Aku butuh asupan agar bisa bekerja keras dan menafkahi istriku," bisik Kenaan terdengar ambigu. Hana melihat jam di pergelangan tangannya lalu bangkit dari kursi.
"Ayo, biar aku siapkan makanannya di meja makan!"
"Hm, tapi aku ingin hidangan pembukanya!" goda Kenaan langsung membopong tubuh Hana masuk ke dalam rumah.
"Ken aku bisa jalan sendiri," Tolak Hana. Ia sungguh tak bisa membayangkan tubuhnya dalam gendongan Kenaan sedang menaiki tangga.
"Ssst... Diamlah sayang, kamu aman bersamaku!"
Hana hanya pasrah, meski begitu bibirnya tersenyum saat Kenaan menggendongnya dengan selamat sampai lantai atas.
Kenaan membuka pintu kamar dengan menendangnya lalu membawa Hana masuk.
"Tapi, Ken?"
"Pliisss, aku udah lama puasa sayang!" Kenaan merebahkan tubuh Hana ke atas ranjang.
"Aku takut! Kamu nggak akan memper kosa aku kan?" tanya Hana.
"Aku janji akan lebih lembut," ujar Kenaan.
Hana mengangguk pasrah, terlebih saat Kenaan melepas semua pakaiannya dan naik ke atas ranjang. Perlahan tangannya mulai menelusuri lekuk tubuh sang istri. Menyibak dress yang jadi penutup tubuh seputih su su milik Hana.
"Aku lepas ya?"
"Tapi aku malu," gumam Hana. Kenaan merasa gemas melihat pipi sang istri yang merona. Cuaca cerah di siang hari membuat Kenaan bisa melihat dengan jelas bahwa saat ini pipi Hana sudah memerah bak kepiting rebus.
Dengan gerakan slow motion ia melepas dress Hana dan melemparnya ke sembarang arah. Telapak tangan kekar itu sudah bergerilya kemana-mana. Hingga sisa kain berenda penutup terakhir berhasil Kenaan lepas, ia mulai menjejaki tubuh sang istri dengan gerakan lembut. Mencium aroma vanilla yang menjadi favoritnya.
"Aku takut, kamu gak akan maksa lagi kan?" lirih Hana. Kenaan bisa merasakan tubuh Hana sedikit bergetar. Mungkin karena sebelum-sebelumnya Kenaan melakukannya dengan paksaan.
"Aku akan pelan-pelan, sayang!" Mata Kenaan sudah sayu menahan hasrat. Tongkat ajaibnya bahkan sudah berdiri tegak bak keadilan.
"Ken..." panggil Hana.
"Hm?" Kenaan menaikkan alisnya sebagai respon karena tangannya sibuk menelusuri setiap inci tubuh Hana.
Kenaan semakin kagum, Hana memiliki kecantikan luar dalam yang mampu menghipnotis siapapun kaum adam.
Hana tertegun saat seluruh tubuh polosnya sudah terekpos oleh sang suami.
Terlebih melihat tubuh kekar Kenaan sama polosnya seperti Hana. Susah payah ia menelan salivanya saat melihat tongkat ajaib milik Kenaan yang siap menerobos masuk ke dalam inti bagian tubuhnya.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..