New Happiness, Begins

Kendall menarik dagu. "Sama sekali bukan urusanmu. Katamu tadi kau akan memperkenalkan aku pada seseorang bernama Molly?"

"Benar," sahut David, lalu berjalan menuju kantin. "Kolonel Molly Manroe tumbuh besar di sini, tapi pergi untuk bergabung dengan Angkatan Darat. Setelah tiga puluh tahun, ia pensiun. Saat mendengar kami memerlukan seseorang untuk memberi makan para pekerja, ia melamar untuk mengurus kantin kami."

"Jadi para pekerja selalu makan di sini?" tanya Kendall, menunjuk ke arah bangunan panjang aula makan.

"Kecuali ada acara istimewa seperti pesta barbekyu tadi malam, yang berusaha kami adakan sesering mungkin." David meringis saat menahan pintu membuka dengan satu kruk. "Molly mengatur segalanya dengan efisien, tetapi ia tidak pandai memasak."

Pernyataan itu membuat Kendall tersenyum. "Jadi kau membawaku ke sini untuk makan makanan yang tidak enak?"

"Molly juga mengadakan hal lain untuk kota ini," ujar David sambil mengikuti Kendall ke dalam.

Kendall mengamati aula makan yang polos itu, ada counter saji panjang tempat makanan disajikan dengan gaya kafetaria, serta barisan meja dan bangku kayu buatan tangan. Di dalam, ada beberapa orang yang tidak terlalu antusias dengan sarapan yang sedang di makan.

"Tempat ini tidak terlihat seperti kantin." Komentar Kendall.

"Kami punya rencana besar," sahut David sambil tersenyum lebar. "Yang bisa kaudengar kalau datang ke rapat kota."

Seorang wanita gempal yang memakai celemek bermotif tentara berdiri di belakang counter saji, sedang memeriksa mesin pencuci piring bergerak raksasa. David melambai untuk menarik perhatiannya.

Molly berjalan menghampiri mereka sambil mengeringkan tangan, ekspresi tegas di wajah. "Dapur tutup sampai makan siang, bung."

David menunjuk tungkainya. "Ayolah, Kolonel. Aku cedera.... dan kelaparan. Tidak bisakah kau membuatkan makanan istimewa untukku?"

"Tidak. Dan jangan kedipkan matamu itu. Kau tahu rayuan dan gombalanmu tidak mempan untukku."

Kendall menahan senyum. Rasanya ia suka wanita ini.

David mendesah, lalu menoleh ke Kendall. "Molly, aku ingin memperkenalkan Dokter Kendall Jenner. Dokter Jenner ini yang mengobatiku."

"Senang berkenalan denganmu, Dokter Jenner. Aku Molly Manroe." Molly mengulurkan tangan kekar, yang di sambut hangat Kendall.

"Senang berkenalan denganmu juga."

"Kau bukan salah satu vegetarian, kan?" tanya Molly curiga.

"Hmm... bukan," jawab Kendall, lalu membalik tangan wanita itu dan menunjuk ruam merah. "Dermatitis, kurasa karena sabun cuci. Apa sudah diobati?"

"Kris memberiku lotion yang ia buat dari daun blueberry."

Kendall merapatkan bibir. "Kalau gatalnya berlanjut, kau mungkin perlu menemui dokter sungguhan untuk meminta krim steroid."

Molly terlihat tidak khawatir. "Baiklah, akan kuingat nasihatmu."

"Dokter Jenner menemukan sesuatu yang menarik tadi pagi di dekat menara," cetus David, lalu mengeluarkan bandana yang ia lilitkan di jam tangan tersebut dan menyerahkannya kepada Molly. "Boleh aku memperlihatkan ruang properti kepadanya?"

Wajah Molly berseri-seri ketika ia memeriksa arloji itu. "Silahkan. Aku akan membersihkan benda ini."

David memimpin jalan melewati pintu keluar belakang kantin. Beberapa meter dari sana, ada bangunan besi panjang dan besar dengan kunci kombinasi di pintu. Ia memasukkan kombinasi angka, lalu mendorong pintunya membuka dan menyalakan lampu.

Kendall langsung tahu bangunan itu adalah gudang.

Di sisi kanan pintu masuk ada ruang kerja dengan meja tulis, meja, lemari arsip, wastafel, slang air, lap dan beragam peralatan bersih-bersih. Bagian lain bangunan mirip pasar loak raksasa, perabot patung luar ruang, selimut perca, pakaian, alat musik, perkakas, bahkan beberapa sepeda motor.

"Di sinilah kami menyimpan barang-barang berharga yang di temukan." David membuka lemari arsip dan tampaklah kantong-kantong plastik berlabel. Ia mengangkat kantong berisi bingkai foto perak berkilauan, dengan foto pernikahan hitam-putih yang sudah ternoda tetapi masih terang di dalam. "Molly membersihkan dan memperbaiki semua, lalu mencocokkannya dengan daftar barang-barang yang dilaporkan hilang oleh penduduk setelah badai. Kalau bisa melacak tempat tinggal yang sekarang, ia mengirim benda itu kepada mereka. Kalau tidak, ia akan melabelkan, mengantongi dan menyimpankannya di sini."

Kendall menatap foto pernikahan itu, memikirkan betapa berharganya foto itu bagi orang-orang di dalam dan bagi anak-anak mereka. "Sampai kapan?"

David mengangkat bahu, mengembalikan bingkai foto itu dan menutup lemari arsip. "Kami belum memutuskan. Salah satu ide kami adalah membuat situs internet agar mantan warga sini lebih mudah menghubungi kami."

"Setidaknya ada dua ahli teknologi informasi dalam kelompok kami," kata Kendall

"Harry pasti senang bila diberitahu."

Kendall dapat membayangkan orang-orang duduk di kursi-kursi goyang itu, mereka di sekeliling meja-meja itu. Orang-orang yang pernah mencintai, tertawa, menangis, dan membangun keluarga di sini.

Badai sudah menyapu sejarah mereka yang mungkin akan lenyap selamanya kalau Booker bersaudara tidak berusaha membangun kembali seluruh kota Happiness.

Sungguh menakjubkan.

Kendall mendekati kumpulan beragam perabot yang dipisahkan di sudut, terpesona oleh papan kepala ranjang raksasa dengan lengkung unik menyerupai kereta luncur. Benda itu memang sudah tua, tapi peliturnya mengkilap.

"Cantiknya." desah Kendall sambil mengusap kayunya yang halus.

David muncul di belakangnya. "Menurut ibuku juga begitu."

Kendall menoleh. "Ibumu?"

David mengangguk. "Semua benda ini berasal dari rumah kami. Ranjang ini milik ayah dan ibuku. Di sana, meja rendah yang Harry buat untuk ibuku sebagai hadiah Mother's Day. Dan di sana lemari kaca yang ia gunakan untuk menyimpan peralatan makan yang bagus, tanpa kaca. Kami menemukan beberapa piring yang masih utuh. Kami menyimpan semuanya sampai tiba hari saat kami bisa membawa ibu kami pulang ke Happiness.

Ribuan emosi melintas di wajah tampan David, dan tampak kerinduan yang mendalam dari mata hazelnya. Kendall hanya bisa membayangkan banyaknya kenangan yang menyapa pria itu setiap kali ia melihat benda-benda ini. Rasa kehilangan keluarganya sendiri terasa sangat berat saat itu. Hatinya terenyuh, tapi di saat yang sama ia tidak mau terikat secara emosional dengan tempat yang rencananya akan ia tinggalkan. Tiba-tiba Kendall merasa lebih suka tinggal di Denville daripada tinggal di sini. Booker bersaudara berusaha mengembalikan sensasi rumah dan keluarga yang sudah lama hilang. Pembangunan kembali Happiness pasti memerlukan usaha keras dari orang-orang yang benar-benar peduli.

Dan Kendall tidak mau peduli.

Ia berusaha menguasai diri. "Semua itu sangat terpuji," akhirnya ia mampu mengeluarkan suaranya. "Tapi kalau boleh, aku benar-benar ingin bicara dengan montir itu soal perbaikan mobilku agar aku bisa pulang ke rumahku."

Ia berbalik dan berjalan keluar, sebelum sempat berpikir ulang tentang makna "rumah" yang ia katakan tadi.

David mengamati Kendall yang berjalan dengan langkah tegap keluar dari ruang penyimpanan, tak yakin apa yang menyebabkan suasana hati wanita itu berubah. Semenit yang lalu ia mengagumi barang-barang sejarah penduduk Happiness, tapi semenit kemudian ia benar-benar ingin segera pergi dari tempat itu.

David bertanya-tanya lagi tentang percakapan telepon Kendall saat di puncak menara. Apakah situasi yang wanita itu tinggalkan di Denville sudah berubah? Apakah di sana ada seseorang yang menginginkannya kembali?

David melayangkan lagi tatapan ke arah bagian perabot ibunya yang berhasil ia temukan, benda-benda itu selalu membuatnya yakin bahwa mereka akan berhasil memulihkan kota Happiness dan membawa kembali ibu mereka ke tempat di mana beliau bertemu dengan ayah mereka, membesarkan anak-anak, dan mengubur anggota keluarga, termasuk ayahnya sendiri.

David rela melakukan apa pun untuk mengembangkan kota itu. Dan saat ini ia harus meyakinkan wanita-wanita dari Denville agar tetap tinggal.

Termasuk Dokter Jenner.

Wanita itu menunggunya dengan tangan terlipat di dada, memandang ke arah yang menjadi tujuannya menjauh dari Happiness. Sialan, kalau saja ia tidak tampak cantik memakai baju kerjanya.

"Akan aku telepon montir itu sekarang." ucap David sambil mengeluarkan ponsel.

"Bagus." Ucap Kendall riang

Apakah ada yang peduli jika kakiku nyut-nyutan seperti sakit gigi? pikir David. Ia lalu menekan nomor Harry.

"David?" jawab Harry. "Kau di mana? Kenapa kau tidak membantuku menyiapkan rapat yang tadi kau rencanakan?"

"Aku menelepon untuk mengetahui perkembangan mobil dokter itu," kata David, melebih-lebihkan nada suaranya agar Harry tahu bahwa ia sedang bersandiwara.

"Wah. Apakah Dokter Jenner berdiri di dekatmu?"

"Benar sekali."

"Kau menyedihkan."

"Apa pun yang di perlukan," ucap David riang

Harry tertawa. "Kurasa wanita ini menguasaimu."

...****************...