NovelToon NovelToon
Tabib Kecil Kesayangan Raja Pengasingan

Tabib Kecil Kesayangan Raja Pengasingan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Dokter Genius / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:34.1k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia modern, Chen Lian Hua adalah seorang medikus lapangan militer yang terkenal cepat, tegas, dan jarang sekali gagal menyelamatkan nyawa. Saat menjalankan misi kemanusiaan di daerah konflik bersenjata, ia terjebak di tengah baku tembak ketika berusaha menyelamatkan anak-anak dari reruntuhan. Meski tertembak dan kehilangan banyak darah, dia tetap melindungi pasiennya sampai detik terakhir. Saat nyawanya meredup, ia hanya berharap satu hal

"Seandainya aku punya waktu lebih banyak… aku akan menyelamatkan lebih banyak orang."

Ketika membuka mata, ia sudah berada di tubuh seorang putri bangsawan di kekaisaran kuno, seorang perempuan yang baru saja menjadi pusat skandal besar. Tunangannya berselingkuh dengan tunangan orang lain, dan demi menjaga kehormatan keluarga bangsawan serta meredam gosip yang memalukan kekaisaran, ia dipaksa menikah dengan Raja yang diasingkan, putra kaisar yang selama ini dipandang rendah oleh keluarganya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11 : Pengobatan terakhir

Wei Jie terbaring di ranjang, matanya berdenyut hebat. Daun coca yang semalam menenangkan nyeri kini sudah hilang, meninggalkan rasa panas yang merayap, menekan bengkak di kelopaknya hingga terasa akan pecah. Ia meringis, lalu menangis, tubuhnya gelisah di atas kasur.

Ya Ting, yang duduk di sisinya, segera meraih bahunya. “Wei Jie, apa yang terjadi?”

Isak tangis kecil itu pecah di sela ucapannya. “Sakit… panas sekali…” Suaranya bergetar, bengkak di matanya semakin memerah, kulitnya menegang tipis menahan tekanan dari dalam.

Panik menguasai Ya Ting. Ia membelai kepala putranya, lalu berdiri tergesa. “Tunggu di sini. Ibu akan memanggil tabib.” Tanpa menunggu jawaban, ia berlari keluar, meninggalkan kamar dalam sunyi yang hanya dipenuhi suara tangis anak itu.

Wei Jie meringkuk, menggigit bibirnya menahan perih. Air mata membasahi pipinya, napasnya tersengal.

Tiba-tiba, pintu kembali terbuka. Wei Jie segera memanggil, “Ibu…” Namun yang berdiri di ambang bukanlah Ya Ting. Sosok yang muncul membuatnya terkejut—Lian Hua.

Wanita itu melangkah masuk, suaranya lembut namun terburu. “Wei Jie… boleh kakak masuk?”

Begitu mengenali wajahnya, Wei Jie langsung meraih udara seperti menemukan pegangan. “Kakak… sakitnya kembali…” Tangisnya pecah lagi.

Lian Hua berjalan cepat mendekat, lalu menariknya pelan ke pelukannya. Kehangatan itu kembali mengalir. Sambil mengusap rambutnya, ia berbisik, “Tidak apa-apa… Kakak akan mengobatimu lagi.”

Wei Jie menengadah, menatap wajahnya yang pucat namun tenang. “Kakak… apa Kakak baik-baik saja?” tanyanya dengan polos, jemari mungilnya menggenggam tangan Lian Hua.

Senyum tipis terbit di bibir wanita itu. Ia menyeka air mata di pipi Wei Jie. “Kamu tidak perlu khawatirkan kakak.”

Ia menatap bengkak di mata anak itu, lalu berkata pelan, hampir seperti rahasia, “Kali ini… kamu harus siap untuk pengobatan terakhir.”

Wei Jie membeku, kebingungan tergambar jelas. “Pengobatan… terakhir? Maksud Kakak…?”

Lian Hua menunduk, bibirnya menyentuh dekat telinga anak itu. Bisikannya lirih, penuh janji, “Kakak akan mengakhiri lukamu… untuk selamanya.”

 

Ya Ting yang tergesa-gesa membawa tabib istana, namun mereka menolaknya, membuat dia tidak bisa melakukan apa pun. Ia menghela napas berat, langkahnya terasa semakin lambat, seakan setiap tapak hanya menambah beban di dadanya. Harapan yang tersisa pun hampir padam di tengah jalan.

Matanya kosong menatap jalan setapak di depannya, namun pikirannya berputar cepat, mencari-cari celah, keajaiban, atau siapa saja yang masih bersedia menolong putranya. Setiap kali bayangan wajah Wei Jie terlintas, hatinya terasa diremas, mengingat bagaimana anak itu dulu ceria dan penuh tawa, kini hanya terbaring lemah di atas ranjang.

Ia berhenti sejenak di bawah pepohonan, menatap langit yang mulai meredup. Bibirnya bergetar saat ia berbisik lirih, hampir seperti doa yang terselip di antara isakan yang ditahannya. "Apakah aku harus menyerah…? Tidak… aku tidak boleh menyerah…"

Namun semakin ia mencoba menguatkan hati, semakin kuat pula rasa putus asa menggerogoti.

Ya Ting yang masih terengah karena tergesa-gesa, tiba-tiba teringat perkataan Wei Jie semalam tentang Lian Hua yang pernah mengobatinya dengan daun coca. Pikiran itu membuat dadanya berdegup lebih cepat, antara harapan dan rasa cemas yang tak menentu. Tanpa pikir panjang, ia langsung berbalik arah dan berlari menuju paviliun Lian Hua.

Angin pagi yang dingin menampar wajahnya, tetapi ia tidak mengurangi langkah. Jantungnya seolah berpacu dengan waktu, dan setiap derap kaki di jalan batu terasa seperti hitungan mundur yang menakutkan.

Begitu sampai, Ya Ting berdiri di depan pintu paviliun itu. Nafasnya masih berat, namun ia menahan diri beberapa detik, mencoba menenangkan gemuruh dalam dadanya. Jemarinya terangkat, mengetuk pintu kayu itu dengan perlahan, seolah takut suaranya memecahkan ketenangan di dalam.

"…Lian Hua?" panggilnya pelan. Tidak ada jawaban. Ia mengetuk lagi, sedikit lebih keras.

"Lian Hua, ini aku… Ya Ting."

Suara itu bergetar, setengah menahan panik. Ia memanggil nama Lian Hua beberapa kali, berharap ada jawaban dari balik pintu yang tertutup rapat.

Tidak mendengar jawaban lagi, Ya Ting mendorong pintunya dengan nekad. Ruangan gelap menyambutnya. Biasanya, ia selalu mendapati Lian Hua yang tergeletak di lantai atau duduk bersandar di dinding. Namun… ruangan itu kosong. Tidak ada siapa pun di sana.

Langkahnya terhenti di ambang pintu, pandangannya menyapu ke seluruh sudut ruangan yang remang. Bau samar ramuan herbal masih tercium, bercampur dengan aroma tanah basah, seolah seseorang baru saja meninggalkan tempat itu terburu-buru. Tirai tipis di jendela bergoyang pelan, menyisakan celah di mana sinar matahari pagi masuk, menyingkap meja yang masih dipenuhi botol-botol kaca dan potongan daun kering.

Jantung Ya Ting berdegup kencang. “Lian Hua…” panggilnya sekali lagi, kali ini lebih pelan, nyaris seperti bisikan.

1
Sulati Cus
knp g pk jarum beracun
Sulati Cus
mutilasi begonya biar g bs berkicau😅
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
ceritanya bikin penasaran meski gk ada info tentang watak.
Sulati Cus
giliran sm yi chen pinter bgt pk jarum sekarang ngadepin musuh mn jarum beracun mu sm ae nyerahin nyawa g py kemampuan
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
setelah dbawa ķe kiri ke kanan..
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
baca saǰa lah
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
🤣🤣🤣🤣beneran puyeng tapi penasaran hasil cerita ini
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
aku ɓaca tapi bingung utk memahami watak.. yg dcambuk itu permaisuri?🤔🤣
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
maaf thor meski ceritanya seru, bagus tapi terlalu pnjng hanya utk menceritakn 1 karektor.
kriwil
tiba tiba si permaisuri punya ilmu menghilang🤣
kriwil
raja kalah sama bangsawan harusnya apa harusnya suami lian hua ini di juluki bawahan bangsawan jalau gelar raja saja ga punya nyali
kriwil
tumben otak mu waras yi chen
kriwil
xin yi juga gatal udah bersuami masih ngareb suami orang🤣
kriwil
ayolah lian hua tusuk matanya xin yi sampae copot
kriwil
kurang ajar ini pasti kelakuan xin
Alfa Kristanti
/Heart//Heart//Heart//Heart/
kriwil
raja tolol dia ngasih cambukan berkali kali boleh ketika di todong tusuk konde dilehernya sekali saja marah🤣
kriwil
suaminya ,yang membunuhnya di dunia moderen
kriwil
seorang pelayan bisa menindas permaisuri hebat kali
kriwil
ye ting ini pelayan atau gimana jadi bingung bacanya ga ada keterangan tentang tokoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!