a. Fokus dalam perasaan indera
Cara termudah untuk membuat adegan menjadi hidup adalah fokus pada salah satu atau semua kelima indera. Beritahu pembaca, apa yang dilihat atau apa yang dicium karakter ini. Jika setting adegan ini berada di hujan deras musim panas, maka harus menulis wangi rumput yang sudak becek dan kilau dalam lelumpuran.
Dari pada menceritakan karakter masuk ke dalam tokoh bunga, lebih baik beritahu pembaca apa yang ditemui karakter itu, beritahu kami suara lonteng dari pintu masuk, warna-warni yang dilihatnya, serta aroma wangi. Berimajinasi dan mendalami hal-hal detail yang kecil dan mendukung, agar adegan tersebut menonjol dalam bayangan pembaca.
Tapi harus ingat, jangan menggambarkannya dengan berlebihan. Sebagian besar pembaca tidak ada kesabaran yang cukup untuk membaca penampilan toko bunga yang panjang. Sebaliknya, kamu harus memilih sedikit detail yang paling penting dan meninggalkan kesan kepada pembaca.
b. Memakai bahasa yang hidup
Spesifik adalah dasar sebuah novel. Kamu boleh menulis seorang karakter yang sedang berjalan. Tapi jika bilang ia berjalan bolak-balik, hal ini tidak ada yang menarik sama sekali. Memakai kata kerja dan kata benda yang spesifik, serta memilih beberapa kata pengubah yang hanya membagi hal penting. "Ia berjalan, tanpa memikirkan perasaan ganjil ketika ia menginjakkan kaki di atas permukaan tanah yang penuh dedaunan, seperti mimpi yang ditindas hancur."
Dilarang memakai kata-kata atau peribahasa yang aneh atau berlebihan, mau setting karyamu berada di zaman kuno, juga jangan membiarkan pembacamu merasa kamu sedang bermain-main dengan tulisanmu. Memilih bahasa yang hidup tercermin dalam penguasaan detail, melainkan mengejar gaya penulisan yang baik saja.
Terakhir, perlu diingatkan bahwa penjelasan dalam novel bukan tidak berguna sama sekali, bukan setiap adegan atau aksi memerlukan efek dramatis yang cukup. Untuk adegan yang tidak begitu penting, bisa diceritakan secara singkat dengan cara menyimpulkan dan mengenang kembali untuk meningkatkan ritme gaya penulisan.
Menulis itu seperti melukis, sekalinya kamu terbiasa melukis di kanvas yang semakin lebar, kamu akan menyadari bahwa seni menulis novel itu jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan. Harus menunjukkan bukan menjelaskan, adalah sebuah prinsip menulis yang perlu terus dilatih.
