Setiap saat kamu ingin menulis apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang dicium, apa yang didengar oleh seorang karakter, kalimat ini pun perlu diubah, dan menunjukkan apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang dicium, apa yang didengar oleh karakter tersebut kepada pembaca.
Untuk sebagian besar keadaan, revisi tulisan hanya perlu menyunting beberapa kata, ataupun menyunting sedikit kalimat pendek. Perbedaan ini biasanya sangat biasa, tapi malah menimbulkan efek yang sangat kuat.
Biarkan kita menulis ulang bagian ini, dan membuat pembaca ikut terlarut ke dalam cerita:
Laura berdiri di pojokan Jalan Kebon Manis.
Di seberang jalan, ada penjual sate yang terlibat perdebatan dengan kepala daerah yang baru saja tiba di tempat.
"Apakah kamu sudah melihatnya? Lihatlah!" Penjual itu berteriak, "Kalau hari ini aku tidak bisa menjualnya, bagaimana aku bisa berlangsung hidup? Apakah kamu akan membiayai hidup istri anakku? Ini hanyalah bisnis kecil, apa salahku?"
Aroma bumbu-bumbu yang berkumpul di trotoar, juga melayang ke seberang jalan.
Laura merasa hatinya sesak, "Orang yang kasihan......"
Apakah kamu bisa mendengar suara penjual sate? Apakah kamu bisa mencium aroma bumbu itu? Apakah kamu bisa merasakan rasa kasihan Laura? Satu-satunya perbedaan dari paragraf dua adalah mengalihkan fokus dari perasaan Laura ke stimulasi sensorik itu sendiri.
Kamu tidak harus menghapus semua kalimat perasaan/penciuman/penglihatan tentang karakter, tapi kamu harus buka mata, dan lihat bagian apa saja yang bisa memperkuat adeganmu tanpa banyak revisi, serta mengetahui bahwa kata kerjamu itu bersifat menunjukkan atau menjelaskan.
