NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Ritme Perburuan

Pagi itu, jalanan Zenith terasa seperti papan permainan raksasa yang telah diatur ulang. Aturan-aturan lama tidak lagi berlaku. Pemenangnya bukanlah mereka yang memiliki kekayaan atau status, melainkan mereka yang bisa beradaptasi paling cepat. Dan aku, dengan peta dan buku panduan di kepalaku, berniat untuk menulis ulang aturan adaptasi itu sendiri.

"Baiklah, pelajaran pertama dalam berburu party," kataku pada Anya saat kami menyelinap di antara bangkai-bangkai mobil. "Kita tidak pernah melawan satu gerombolan sekaligus jika bisa dihindari. Itu bodoh dan boros sumber daya. Sebaliknya, kita akan melakukan 'pulling'. Menarik satu atau dua musuh menjauh dari kelompoknya."

Aku menunjuk ke sebuah taman kecil yang hancur, di mana sekelompok [Tikus Got Raksasa - Level 2] sedang menggerogoti bangkai seekor anjing robotik. Ada sekitar lima ekor di sana.

"Tugasmu, Anya," lanjutku. "Cari batu kecil. Lemparkan ke tikus yang paling jauh di belakang. Begitu ia menoleh padamu, langsung lari kembali ke sini. Jangan mencoba melawannya. Hanya pancing dia menjauh."

Ini adalah konsep yang sepenuhnya baru baginya, yang selama ini bertahan hidup dengan cara bersembunyi. Tapi aku melihat pemahaman di matanya. Ini bukan lagi pelarian tanpa tujuan; ini adalah taktik. Ia mengangguk, mengambil sepotong kerikil, dan dengan [Langkah Senyap] aktif, ia mendekati tepi taman.

Ia mengintip dari balik sebuah patung yang roboh, mengukur jarak, lalu melemparkan kerikil itu. Lemparannya sedikit meleset, mendarat lebih dekat ke dua ekor tikus daripada yang kuperintahkan. Keduanya mendesis dan menoleh ke arahnya.

"Sial," gumamku.

Anya tidak panik. Sesuai instruksiku, ia langsung berbalik dan berlari secepat yang ia bisa. Dua ekor tikus raksasa itu mengejarnya dengan liur menetes dari taring mereka. Mereka cepat, tapi Anya, dengan AGI seorang Scout Suku Kucing, jauh lebih cepat. Ia melesat kembali ke posisiku dengan mudah.

"Aku siap!" teriaknya.

Saat kedua tikus itu memasuki "zona bunuh" kami, aku maju. Kapak besiku menebas yang pertama, sementara Anya, yang telah belajar dari pertarungan kami sebelumnya, secara naluriah berputar dan menyerang yang kedua dari samping dengan kapak apinya. Dalam hitungan detik, dua monster itu telah lenyap menjadi partikel cahaya.

"Bagus," kataku, mencoba menyembunyikan keterkejutanku atas instingnya yang cepat. "Lemparanmu tadi menarik dua, bukan satu. Tapi reaksimu untuk berlari dan membawanya ke sini sudah benar. Lain kali, lebih presisi."

Kami mengulangi proses ini dua kali lagi, memancing sisa tikus-tikus itu dalam kelompok-kelompok kecil dan menghabisi mereka dengan efisiensi yang semakin meningkat. Anya menjadi lebih baik dalam setiap percobaan, lemparannya lebih akurat, gerakannya lebih percaya diri. Kami bergerak seperti mesin yang terlumasi dengan baik. Aku adalah palu, dan dia adalah pisau bedah yang presisi, menciptakan celah untukku.

Setelah membersihkan taman, kami telah mengumpulkan EXP yang lumayan dan beberapa material. Tapi untuk benar-benar mempercepat progres kami, kami butuh tantangan yang lebih besar. Pengetahuanku tentang game memberitahuku bahwa area di sekitar gedung-gedung perkantoran sering kali menjadi tempat spawn monster tipe tanaman atau golem.

Kami bergerak menuju sebuah gedung perkantoran berlantai dua puluh yang fasad kacanya telah hancur, digantikan oleh jalinan tanaman merambat tebal berwarna hijau tua. Tempat itu tampak sunyi, terlalu sunyi.

"Bau aneh lagi," bisik Anya, hidungnya berkerut. "Seperti tanaman busuk dan... asam."

Aku mengarahkan [Observer's Eye] ke arah tanaman merambat yang tampak diam itu. Tersembunyi di antara dedaunan tebal, aku menemukannya. Beberapa bonggol besar seukuran bola basket, dengan lubang di tengahnya yang tampak seperti mulut. Bonggol-bonggol itu berdenyut pelan.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Thornvine Spitter

Level: 5

HP: 150/150

Skill: [Thorn Spit] (Jarak Jauh, Menusuk)

Kelemahan: Api, Serangan Menebas.

Deskripsi: Monster tanaman karnivora yang menyergap mangsanya dari jarak jauh. Biasanya ditemukan dalam kelompok dan bertindak sebagai artileri stasioner.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Ada empat dari mereka yang bisa kulihat, menempel di dinding gedung seperti meriam-meriam hidup. Ini adalah masalah. Mereka adalah monster jarak jauh. Menyerbu mereka secara langsung berarti kami akan diberondong oleh duri-duri tajam sebelum kami bahkan bisa mencapai jangkauan serang.

"Mereka menembak dari jarak jauh," kataku pada Anya, menjelaskan situasinya. "Kita tidak bisa maju begitu saja."

"Lalu... bagaimana?" tanyanya, menatap bonggol-bonggol menjijikkan itu dengan waspada.

"Kelemahan mereka adalah api," aku berpikir keras. Aku tidak punya sihir api. Tapi aku punya sesuatu yang lebih baik: pengetahuan tentang dunia lama. "Aku punya ide. Ini sedikit berbahaya. Aku butuh kau untuk menjadi lebih dari sekadar umpan kali ini. Aku butuh kau untuk menjadi penyerang utama."

Mata Anya melebar. "A-aku?"

"Aku percaya padamu," kataku singkat, dan aku bersungguh-sungguh. "Tetap di sini dan jangan bergerak."

Aku menyelinap ke arah mobil terdekat yang pintunya terbuka. Di dalamnya, aku menemukan apa yang kucari: sebotol wiski murah yang masih tersegel dan beberapa lap pembersih di kompartemen sarung tangan. Ini akan berhasil. Aku kembali ke Anya, merobek lap menjadi sumbu dan memasukkannya ke dalam botol. Sebuah bom molotov darurat.

[Anda telah membuat: Perangkat Pembakar Darurat]

Jenis: Item Lempar

Efek: Menciptakan ledakan api di area kecil saat pecah. Memberikan kerusakan Api berkelanjutan.

Aku menyerahkan botol itu padanya, bersama dengan sebuah pemantik api yang kuambil dari toko. "Lihat area di seberang sana?" Aku menunjuk ke sisi gedung, di mana tumpukan puing bisa memberikan perlindungan. "Aku butuh kau untuk menyelinap ke sana tanpa terlihat. Aku akan menarik perhatian mereka. Begitu mereka semua menembak ke arahku, aku ingin kau menyalakan ini dan melemparkannya tepat ke tengah-tengah mereka. Kau hanya punya satu kesempatan. Mengerti?"

Ini adalah rencana yang menempatkan sebagian besar risiko padaku, dan hasil akhirnya sepenuhnya bergantung pada Anya. Ia menatap botol di tangannya, lalu padaku. Ketakutan masih ada di matanya, tetapi kini tertutupi oleh lapisan tekad yang membara. Ia tidak lagi ingin menjadi gadis kecil yang diselamatkan. Ia ingin menjadi partner.

"Aku mengerti," katanya dengan suara mantap.

"Bagus. Bergeraklah sekarang."

Anya mengaktifkan [Langkah Senyap] dan melebur ke dalam bayang-bayang, bergerak dari satu perlindungan ke perlindungan lain dengan kelincahan yang hanya bisa dimiliki oleh rasnya. Sementara itu, aku mempersiapkan diri. Ini akan menjadi sangat tidak menyenangkan.

Setelah aku melihat Anya berada di posisinya, aku menarik napas dalam-dalam dan berlari keluar dari tempat persembunyianku, berteriak sekeras yang kubisa.

"HEI, TUMBUHAN JELEK! COBA INI!"

Keempat bonggol itu langsung menoleh ke arahku serempak. Lubang di tengah mereka terbuka, dan dengan suara thwip-thwip-thwip yang cepat, duri-duri hitam setajam panah melesat ke arahku.

[Thorn Spit]!

Aku berlari zig-zag, adrenalin memompa jantungku. Duri-duri itu menancap di aspal di sekitarku, mengeluarkan desisan saat bersentuhan. Satu duri menyerempet bahuku, merobek hoodie-ku dan menggores kulitku. [-15 HP]. Sakitnya seperti ditusuk jarum panas. Aku terus berlari, membuat diriku menjadi target yang paling jelas dan paling mengancam, menarik semua tembakan ke arahku.

Di seberang sana, aku melihat kilatan api kecil. Anya telah menyalakan sumbunya. Dengan gerakan yang kuat dan anggun, ia melemparkan botol itu dalam sebuah busur yang sempurna. Botol itu berputar di udara sebelum mendarat telak di tengah-tengah kelompok tanaman merambat itu.

CRASH!

Kaca pecah, dan sedetik kemudian, alkohol berkadar tinggi itu tersulut.

FWOOOSH!

Sebuah bola api meledak, melalap dinding gedung. Para Thornvine Spitter mengeluarkan suara jeritan melengking yang mengerikan, seperti tanaman yang direbus hidup-hidup. Bar HP mereka anjlok dengan cepat saat mereka terbakar, kelemahan mereka dieksploitasi sepenuhnya.

Itulah sinyalku. Aku berhenti berlari dan menerjang maju. Para Spitter itu sekarang terlalu sibuk terbakar untuk menembak dengan akurat. Aku mencapai yang pertama dan menebasnya dengan kapakku, menghabisinya dengan mudah. Aku beralih ke yang berikutnya, menghancurkan bonggolnya yang hangus.

Anya keluar dari persembunyiannya, kapak apinya siap, dan membantuku menghabisi yang tersisa. Kami bergerak bersama, tebasan kami tumpang tindih, menghancurkan sisa-sisa ancaman tanaman itu dalam hitungan detik.

Saat Spitter terakhir lenyap, hanya menyisakan dinding yang menghitam dan bau tanaman terbakar, kami berdua berdiri terengah-engah di tengah kehancuran.

[Anda telah naik LEVEL! Anda sekarang Level 5!]

[Anya telah naik LEVEL! Dia sekarang Level 3!]

Kami berhasil. Rencana gila kami berhasil.

Aku menoleh pada Anya. Wajahnya kotor karena jelaga, tapi matanya bersinar dengan kebanggaan dan kegembiraan yang murni. "Aku... aku berhasil, Kenji-san! Aku melemparkannya!"

"Kau hebat, Anya," kataku sambil tersenyum. "Kau menyelamatkan kita."

Pujian itu membuatnya tampak semakin bersinar. Kami mengumpulkan loot yang berharga—beberapa [Duri Tajam] yang sempurna untuk membuat panah dan botol-botol [Getah Kental] yang merupakan bahan alkimia yang bagus—dan memutuskan bahwa perburuan hari ini sudah cukup. Matahari mulai turun, mengubah langit ungu menjadi warna oranye dan merah yang aneh.

Kami kembali ke '24/7 Mart' kami, merasa lelah namun puas. Kami telah menjadi lebih kuat, tidak hanya secara individu, tetapi juga sebagai sebuah tim.

Saat kami berada sekitar lima puluh meter dari toko, sebuah suara denting logam yang keras dan tiba-tiba bergema dari depan.

CLANG! CLANG! CLANG!

Salah satu [Jebakan Alarm Bunyi] buatanku aktif.

Jantung kami berdua langsung berhenti. Kami saling bertatapan, lalu tanpa perlu berkata-kata, kami langsung berlari ke arah toko, senjata kami siap. Kami mengharapkan sekelompok monster, mungkin para Gremlin telah kembali.

Kami tiba di mulut gang tempat jebakan itu kupasang. Dengan hati-hati, kami mengintip.

Yang kami lihat bukanlah monster.

Tersandung dan terjerat dalam benang jebakanku adalah seorang pemuda, mungkin seusiaku. Ia mengenakan jaket universitas yang sobek dan membawa tas ransel yang tampak kosong. Wajahnya pucat karena panik dan kelaparan saat ia berusaha melepaskan kakinya dari kaleng-kaleng yang berisik itu.

Ia mendengar kami dan membeku, matanya yang ketakutan menatap kami. Ia melihat kapak kami yang siap terangkat, dan mengangkat tangannya menyerah.

"T-tunggu! Jangan sakiti aku!" teriaknya, suaranya pecah. "Aku... aku hanya mencari makanan!"

Aku menatapnya, lalu pada Anya. Kami telah menghabiskan sepanjang hari membunuh monster. Tapi sekarang, di depan kami, adalah jenis masalah yang sama sekali berbeda. Seorang penyintas. Seorang manusia.

[Observer's Eye] memberiku gambaran singkat.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Ryo

Level: 1

Class: Tidak Ada (Warga Sipil)

Status: Ketakutan, Kelaparan, Kelelahan

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Dia tidak berbahaya. Tapi di dunia ini, setiap mulut tambahan untuk diberi makan adalah sebuah risiko. Setiap orang asing adalah potensi pengkhianat.

Kami berdiri di sana dalam keheningan yang tegang, di bawah cahaya senja dunia baru. Di satu sisi, ada kami, sebuah party yang baru terbentuk dan mulai menemukan pijakannya. Di sisi lain, ada dia, seorang pengungsi yang putus asa. Dan di antara kami, terbentang sebuah pertanyaan yang jauh lebih rumit daripada melawan monster mana pun: Apa yang akan kami lakukan padanya?

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!