NovelToon NovelToon
Aku Seorang Ibu Antagonis

Aku Seorang Ibu Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Keluarga / Romansa / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Barat
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.

Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"

"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.

"Ya mulia? siapa aku?"

"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."

Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[10] Tutup Mulut

Vivienne menarik selimut nya kearah tubuh putranya yang kini telah terlelap setelah Vivienne menepuk-nepuk tangan Asher dengan lembut.

Drettt…

Suara pintu kamar Vivienne tiba-tiba saja berbunyi, dia berfikiran mungkin saja itu Anna yang kembali dari dapur setelah mengantar gelas.

Tetapi setelah melirik pada pintu kamarnya ternyata itu bukan Anna, Namun suaminya yang tentu saja membuatnya terkejut dan membulat kan mata setelah melihat Magnus berjalan ke arahnya.

"Vivienne!" panggil Magnus lantang.

"Hush… tolong diam, Ya Mulia,"bisik Vivienne melihat kearah Asher yang sudah tertidur.

"Owh, dia sudah tidurnya," jawab Magnus datar.

"Ish… Anda ini, ayo sini ikut aku, " jawab Vivienne menarik tangan Magnus yang hanya menjawabnya dengan datar, Vivienne tidak suka dengan sikap Magnus.

Magnus terlihat mengikuti tarik kan tangan Vivienne menuju ke tempat yang istri nya mau. Hingga akhir mereka sampai di depan jendela besar di kamar itu dan bisa langsung menghadap kearah taman di area kamar Vivienne.

Sinar matahari hari sore terlihat menerpa wajah mereka, mata mereka saling berpandangan dengan keheningan sesaat hingga Vivienne mulai mengeluarkan suara nya.

"Ada apa Ya Mulia, kesini?" tanya Vivienne.

"Apakah tak boleh aku datang ke kamar permaisuri ku?" tanya Magnus bertanya balik.

"Emm... itu," Vivienne memutar bola matanya dengan cepat seolah mencari jawaban yang tetap atas pertanyaan Magnus.

Namun, setelah lama berfikir dia belum memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Memang benar perkataan Magnus di jaman kuno seperti ini Kaisar bisa datang kapan saja ke kamar permaisuri. Tidak seperti di jaman modern, suami mereka malah di usir keluar ketika bertengkar.

"Oke, aku tak punya jawaban, tapi Anda pasti ada alasan untuk datang kesini. Karena Anda jarang mampir ke kamar saya." tutur Vivienne melipat kedua tangannya.

"Aku ingin melihat keadaan kalian, apakah itu sudah cukup?" ujar Magnus yang terdengar seperti menyudutkan Vivienne, meskipun kenyataan nya tidak begitu.

"Apakah Anda mencoba menyudutkan saya," tunjuk Vivienne dengan kasar.

"Kamu mencoba kasar pada ku," goda Magnus.

Magnus memajukan tubuhnya mendekat kearah Vivienne hingga tak ada jarak di antara mereka, Vivienne terkunci tak dapat lari kemana-mana, dia berusaha mencari cara melarikan. Degupan jantung Vivienne makin cepat seperti sedang berlari maraton.

"Apa yang Anda lakukan, Anda tidak ingin prilaku Anda di lihat Asher," kilah Vivienne beralasan putranya yang tertidur akan bangun dan melihat kejadian nekat itu.

"Kamu jangan membuat alasan sekarang, tapi sudah lah aku juga sudah bosan," jawab Magnus melambaikan tangan nya kemudian memundurkan tubuhnya.

Vivienne memegang dadanya memastikan jantungnya aman yang berada di dalam sana, tidak copot sebab ulah Magnus, setelah beberapa saat dia menjatuhkan tangan nya selepas debaran itu berhenti.

Suasana kini menjadi canggung, mereka saling bertatapan dengan intens dengan raut wajah sinis, hingga akhirnya Magnus mengaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Aku akan kembali ke ruang kerja ku," ujarnya.

"Baik lah Ya Mulia, Terima kasih sudah repot-repot datang melihat Asher," jawab Vivienne dengan datar.

"Iya," jawab Magnus tak kalah dinginnya.

Rasa canggung itu belum memudar hingga Magnus berjalan menuju pintu kamar Vivienne bersama dengan Thomas, kepala pelayan pribadinya.

Sebelum benar-benar membuka pintu, Magnus kembali menoleh pada Vivienne yang ternyata masih menatap kepergiannya, Magnus tersenyum tipis namun tak ada satupun yang menyadarinya.

Baru saja dia ingin membuka pintu itu ternyata Anna telah membuka lebih dahulu yang membuat Magnus kaget hampir saja dia terbentur pintu itu.

Anna yang melihat Magnus berada di belakang pintu kaget dan merasa bersalah, rasa takut menjalar di tengkuknya. Dan dengan gerakkan cepat dia membungkukkan tubuhnya.

"Maafkan saya Ya Mulia, saya tidak melihat Anda di belakang sana," mohon Anna.

"Anna ada apa?" tanya Vivienne dari ujung ruangan ketika melihat gerakkan Anna yang terlihat ketakutan pada Magnus.

Magnus yang menyadari bahwa Anna adalah pelayan kesayangan Vivienne, dia pun mengurungkan niatnya untuk memarahi pelayan itu dan membiarkan nya saja.

"Sudah tidak papa," ucap Magnus mengayunkan tangannya tanda dia tidak masalah dengan kecerobohan Anna yang baru saja, Anna lakukan.

"Terimakasih, Ya Mulia,"

Anna membungkukkan tubuhnya kemudian membantu Magnus membuka pintu kamar Vivienne, setelah itu Magnus pun berjalan keluar dengan tegak menandakan ke otoriteran nya.

Vivienne yang melihat Magnus telah pergi kemudian menghampiri Anna dengan wajah tegang, "Anna, kamu tidak papa, apa yang dilakukan Kaisar,"

Anna menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa Ya Mulia, harusnya saya lebih berhati-hati tadi," gerutu Anna merasa bersalah pada Magnus.

"Tenang saja," ucap Vivienne menepuk pundak Anna, karena jika Magnus macam-macam maka Vivienne akan pasang badan demi Anna.

Vivienne kemudian membuka pintu kamar berharap kali Magnus benar-benar pergi dari area istananya, Mata Vivienne melihat ke segala arah dan memang benar Magnus pergi dengan cepat, melesat seperti burung.

"Anna…" ucap Vivienne menoleh pada Anna.

Namun, ucapannya terputus ketika melihat seseorang yang berada di sisi kirinya tepatnya di belakang pelayan nya berdiri saat ini. Wajah itu terlihat murka, dan Vivienne telah siap dengan apa yang wanita itu ingin lakukan padanya.

Beberapa saat kemudian perempuan itu sampai ke hadapan Vivienne, seorang wanita mengunakan gaun hitam dengan fitted blazer yang nampak elegan, tangan nya terlihat bertaut di arahkan ke pinggang kanannya, terlihat sangat anggun dan berwibawa.

"Wanita tukang carmuk, dan penjilat ulung," dengus kesal Vivienne setelah melihat wajah Rosalind.

"carmuk apa itu Ya Mulia?" bisik Anna di telinga Vivienne.

"Manusia yang suka mengoda atasan demi mendapatkan perhatian lebih dari majikannya untuk keuntungannya sendiri, begitulah kira-kira?" jawab Vivienne dengan percaya diri.

"Owh,"

Anna menganggukkan kepalanya mulai mengerti beberapa kata yang permaisuri nya katakan, sedangkan Rosalind makin tersulut emosi. Meskipun begitu dia masih mampu membuat ekspresi yang memperlihatkan dia baik-baik saja dengan sindirian Vivienne yang baru saja di dengarnya.

"Tebal muka juga wanita ini," gumam Vivienne melipat kedua tangan nya.

"Ya Mulia mengapa Anda menghukum Nanny Cordelia? padahal selama ini Nanny Cordelia lah yang menjaga Pengeran," ucap Rosalind dengan tiba-tiba.

Vivienne mengangkat satu alisnya, mendengar betapa tidak sopan nya Rosalind padahal dia belum mengizinkan Rosalind berbicara, namun sudah lah Vivienne tidak ingin berdebat lebih panjang lagi.

"Dia duluan yang melakukan nya pada putra ku, apakah aku harus mempertanyakan juga pada kau, mengapa dia harus menghukum putra ku," ketus Vivienne menatap pada kuku-kukunya seolah akan mencakar Rosalind.

"Tapi Ya Mulia…"

"Aku tidak ingin mendengar permohonan dari mu, sudah beberapa orang yang hari ini memohon pada ku, aku sangat lelah. Selepas aku membuktikan semua nya, jangan harap kau bisa lolos, tunggu saja tanggal mainnya," potong Vivienne menegaskan keadaan Rosalind juga terdesak.

Rosalind meneguk liur kasar memang benar perkataan Vivienne karena Kaisar telah memberikan kepercayaan pada Vivienne mengurus urusan rumah tangga istana.

1
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Rere Lumiere: di tunggu ya 🙏
total 1 replies
swanaswana
lanjuttt thorrrrr, cumungud yaww🌷
Rere Lumiere: Makasih
total 1 replies
koko
author kok episode ngulang lagi
Rere Lumiere: oke siap
total 15 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!