NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Malam harinya di ruang perawatan, hanya ada Husna dan Jovan.

Orang tua Husna dan Jovan pulang ke rumah untuk melindungi Ava yang bersama dengan Bi Marta.

Jovan melihat istrinya yang merintih dan sesekali bergumam.

Ia bangkit dari duduknya dan mengambilnya kain untuk mengusap keringat yang membasahi kening istrinya.

Husna membuka matanya dan melihat suaminya yang sedang menyeka keringatnya.

"V-van, maaf aku merepotkan kamu." ucap Husna dengan suara lirih.

"Ssshh.. Jangan bicara seperti itu. Kamu tidak merepotkan aku sama sekali. Aku suamimu kamu dan sudah kewajibanku aku menjaga kamu." ujar Jovan sambil tersenyum tipis.

Setelah itu Jovan kembali duduk sambil menggenggam tangan istrinya.

"Van.."

"Hmm?"

Jovan menoleh cepat, masih menggenggam tangan istrinya yang terasa dingin.

“Ada apa, Husna? Kamu sakit? Mau aku panggil dokter?”

Husna menggelengkan kepalanya sambil menatap langit-langit rumah sakit.

“Tidak, aku cuma ingin bicara sama kamu.”

Jovan menarik kursi lebih dekat, tubuhnya condong ke arah ranjang.

“Bicaralah, aku di sini.”

Husna menatap wajah Jovan lama sekali, seolah mencoba menghafal setiap garis dan senyum lelah itu.

“Van, kalau suatu hari aku nggak ada. Aku ingin kamu menikah lagi.”

Jovan langsung mengernyitkan keningnya dengan matanya yang membulat.

“Apa yang kamu bicarakan, Husna?”

Husna tersenyum tipis, tapi senyum itu terlihat pahit.

“Ava masih kecil, Van. Dia butuh sosok ibu dan

butuh pelukan hangat yang selalu bisa menenangkan dia. Aku nggak mau Ava tumbuh tanpa kasih seorang ibu. Aku tahu kamu kuat, tapi seorang ayah tidak bisa menggantikan kasih seorang ibu sepenuhnya.”

“Husna, hentikan.” suara Jovan bergetar, wajahnya menegang.

Namun Husna tetap melanjutkan, air mata menetes perlahan dari sudut matanya.

“Carilah wanita baik, seperti mendiang Aisyah. Dia ibu yang hebat, dan kamu tahu itu. Aku ingin Ava punya sosok seperti dia lagi, seseorang yang bisa menyanyikan nina bobo setiap malam, menyiapkan sarapan, dan menenangkan mimpi buruknya…”

“Husna, cukup! Aku nggak mau dengar hal seperti itu! Kamu akan sembuh, kamu dengar? Aku nggak akan menikah lagi! Kamu istriku, dan satu-satunya yang akan tetap jadi istriku!” potong Jovan dengan suara pecah.

Ia menggenggam tangan istrinya lebih erat, seperti takut kehilangan.

“Van, kalau aku pergi. Menikahlah dengan wanita lain" ucap Husna berbisik pelan, suaranya parau.

 Jovan menggeleng keras, air matanya jatuh satu per satu.

“Berhenti bicara seperti itu, Husna! Kamu nggak ke mana-mana! Aku udah kehilangan Aisyah sekali, dan aku nggak akan kehilangan kamu juga! Aku nggak mau!”

Ia menunduk, air matanya menetes di punggung tangan Husna.

Tangan yang dulu hangat, kini terasa begitu rapuh.

“Van…” panggil Husna lagi, tapi kali ini suaranya semakin lemah.

“Diam, Husna. Tolong diam. Sembuh lah dulu, baru bicara hal seperti itu. Aku mohon.” ucap Jovan pelan tapi penuh getaran.

Ia menundukkan kepalanya dan menempelkan keningnya pada tangan istrinya.

Husna menatap suaminya yang menangis di pangkuan tangannya.

Air matanya ikut mengalir, menembus rasa sakit di tubuhnya.

Jovan masih menggenggam tangan istrinya dan ia meminta agar Husna kembali tidur.

"Jangan tinggalkan aku, Na. Aku akan belanja mencintaimu." ucap Jovan sambil membelai rambut istrinya yang sudah tertidur pulas

Detik demi detik berganti dan Jovan juga merasakan rasa kantuk yang luar biasa.

Jovan yang tertidur pulas dan melihat cahaya putih di sekeliling taman.

Ia langsung berdiri mematung saat melihat mendiang istrinya yang berdiri di hadapan.

"A-aisyah..."

Aisyah tersenyum tipis dan berjalan ke arah Jovan.

"A-aku merindukanmu, Aisyah. Aku hampir kehilangan Husna juga. Aku takut nggak sanggup kehilangan dua kali.”

Aisyah menatap wajah suaminya dengan senyum tipis.

“Tapi kali ini kamu tidak akan kehilangan, Jovan. Tuhan masih memberimu kesempatan untuk mencintai dengan cara yang baru.”

Jovan menggeleng, menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

“Bagaimana bisa? Aku masih merasa bersalah karena aku seperti menghianatimu dengan mencintai Husna.”

Aisyah mendekat, jemarinya menyentuh pipi Jovan.

“Jovan, aku tidak pernah cemburu pada Husna. Aku justru bersyukur, karena Tuhan mengirimkan seseorang yang bisa merawat kamu dan mencintai Ava seperti darah dagingnya sendiri.”

Jovan menatap Aisyah lama sampai air matanya mengalir.

“Dia menderita, Sya. Luka bakarnya parah. Tapi yang paling menyakitkan, dia masih sempat memikirkan Ava dan memintaku menikah lagi kalau dia pergi.”

Aisyah tersenyum lembut sambil membelai pipi suaminya.

“Itulah kenapa kamu harus menjaga dia, Jovan. Husna bukan hanya mencintai kamu. Dia mencintai Ava dengan sepenuh hatinya. Bahkan lebih dari dirinya sendiri. Setiap malam, bahkan sebelum tidur, dia selalu berdoa agar kamu dan Ava bahagia. Dia ingin jadi istri yang baik untukmu, tapi dia selalu takut gagal menggantikan aku.”

Jovan menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya bergetar hebat.

“Aku yang salah, karena aku membuatnya merasa tidak cukup baik.”

Aisyah menggeleng perlahan, lalu menyentuh dadanya.

“Cinta bukan tentang siapa yang dulu atau siapa yang lebih sempurna, Van. Cinta itu tentang siapa yang kamu pilih untuk dijaga hari ini.”

Jovan menatap wajah Aisyah dan untuk sesaat, kabut di sekeliling mereka memudar menampakkan langit senja yang indah berwarna keemasan.

“Jangan terus hidup dalam kehilangan,” ucap Aisyah sambil tersenyum.

“Cintailah Husna dengan tulus, seperti kamu dulu mencintaiku. Karena dia adalah rumah baru yang Tuhan berikan untuk kamu dan Ava.”

Jovan ingin memeluknya, tapi saat melangkah, sosok Aisyah mulai memudar dalam cahaya lembut.

"AISYAH!"

Jovan langsung membuka matanya dengan nafasnya yang tersengal-sengal.

Ia mengatur nafasnya dan melihat Husna yang masih tertidur pulas.

Kemudian Jovan berjalan keluar ruang perawatan dan duduk di kursi tunggu.

Ia masih ingat dengan mimpinya yang bertemu dengan mendiang Aisyah.

Cinta bukan tentang siapa yang dulu atau siapa yang lebih sempurna, Van. Cinta itu tentang siapa yang kamu pilih untuk dijaga hari ini.

Jovan menghela nafas panjang saat kembali ingat dengan ucapan Aisyah.

"Kalau memang Tuhan kasih aku kesempatan kedua. Aku nggak akan sia-siakan, Sya. Aku janji.”

Suara monitor dari ruang perawatan terdengar samar, detak yang menandakan Husna masih berjuang di dalam sana.

Jovan menatap pintu ruang itu lama sekali, lalu berdiri dan kembali masuk.

Setelah itu Jovan kembali kedalam ruang perawatan.

Ia melihat istrinya yang masih bergumam kecil dan sesekali memanggil nama Ava.

"Meskipun kamu bukan ibu kandungan, tapi kamu selalu memanggil nama Ava dalam mimpi kamu." gumam Jovan.

Jovan kembali duduk di samping tempat tidur Husna.

"Maafkan aku yang sudah membencimu,"

Jovan mengambil ponselnya dan menghapuskan semua foto mendiang Aisyah.

"Mulai sekarang hanya ada kamu dan Ava," ucap Jovan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!