Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.
Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#10
Fajar menstater motornya dan menunggu Asha untuk duduk di belakang. Asha naik ke motor dan memeluk pinggang Fajar dengan erat.
Ketika mereka akan pergi, Arya tidak bergerak, hanya berdiri diam dengan mata yang terus memandang Asha dan Fajar. Asha merasa tidak nyaman dengan tatapan Arya, dan dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Ketika mereka keluar dari halaman rumah, Asha masih bisa merasakan tatapan Arya yang tajam. Dia merasa seperti ada yang mengawasinya, dan hatinya menjadi was-was tak karuan.
Dan di atas motor, Asha ingin menceritakan tentang Arya. " Mas, ada yang mau aku ceritakan ?"
" Iya. Apa ? Mas lagi nyetir. Nanti saja ya, kalau sudah sampai rumahmu."
Di dalam perjalanan, Asha tidak bisa menghilangkan perasaan tak nyaman ini. Dia memeluk Fajar lebih erat, berharap bisa merasa lebih aman dan tenang. Tapi perasaan was-was itu tidak kunjung hilang.
Setibanya di rumah. Fajar memperhatikan raut wajah Asha yang berpeluh banyak di kening.
" Aduh keringatnya banyak, " ucap Fajar yang mengelap bulir bulir peluh dengan sapu tangannya.
" Iya, cuaca lagi panas." Asha juga mengelap kening dengan punggung telapak tangannya
" Seharusnya tadi kita pulang agak sore. Karena masih ingin dekat sama kamu."
" Idih. Apaan sih," timpal Asha senyum malu malu.
" Oh ya. Nanti tunggu kabar baik dari Mas ya. Insyaallah kita akan menikah secepatnya."
" Alhamdulillah."
" Kalau begitu Mas pulang dulu. Salam untuk Abi dan Umi ya."
Saat Fajar ingin membelokkan motornya. " Mas, tunggu," panggil Asha.
Fajar berhenti dan menunggu sesuatu yang ingin di ucapkan oleh Asha namun dia terlihat sangat ragu ragu dan hanya memberi kalimat " hati hati di jalan ya." Fajar hanya tersenyum.
Dari kejauhan Asha hanya melihat punggung Fajar yang mengendarai motor keluar dari halaman rumah.
Asha mencoba untuk mengesampingkan perasaannya yang masih terganggu oleh kehadiran Arya. Dia tahu bahwa dia tak bisa membiarkan masa lalu mengganggu kehidupannya sekarang. Asha memiliki kehidupan baru dengan Fajar, dan mereka akan segera menikah.
" Itu hanya pikiranku saja. Tidak akan terjadi apa apa. Bismillah, " gumam Asha menyakinkan diri.
Dia mencoba mengalihkan pikiran pikiran buruknya menjadi pikiran yang positif. Dia hanya ingin memikirkan acara balas lamaran dan menentukan tanggal dan mempersiapkan semua hal untuk menikah.
Apa yang menjadi niat baik mereka berdua. Sudah mereka sampaikan kepada kedua orang tua.
Pihak Fajar akan datang ke rumah Asha untuk membalas lamaran. Sriati ingin pernikahan mereka menggunakan adat dan tradisi. Apapun keputusan saat acara balas lamaran itu membuat Asha bahagia.
20 - 02 - 2012 adalah tanggal yang cantik. Mereka menikah di KUA sedangkan resepsi pernikahan, sudah mempersiapkan acara dengan adat.
Mereka berdua memakai pakaian adat yang dominan dengan warna merah dan hitam. Namun, pakaian Asha tertutup di bagian dada dan memakai jilbab yang di modifikasi oleh penata rias agar tradisi nya masih melakat namun dalam balutan syar'i. Kirab pengantinnya di iringi oleh tarian Gandrung, barong dan alat tradisional gamelan, gendang dan gong.
Pesta diawali dengan acara arak arakan, untuk mengarak pengantin keliling kampung dengan kereta kuda yang di hias dengan wujud ular naga dan payung hias berwarna emas bertumpuk tiga yang di letakkan di kanan kiri sisi kereta. Di bawahnya duduk empat anak kecil berpasangan berpenampilan seperti dayang dayang bidadari.
Selanjutnya rombongan keluarga membawa peralatan rumah tangga, alat dapur, buah dan hewan ternak (ayam atau kambing). Arak arakan tersebut di tutup dengan rombongan musik tradisional dan di setiap perempatan desa, rombongan berhenti dan bersorak
" Surak ... Surak ... Surak ... Hooooiii ... " teriak mereka yang di ikuti oleh para warga.
Setelah sampai di pelaminan, di gelar acara Ngosek Ponjen yang artinya mengusap sari, sari di ritual ini diartikan sebagai uang. Uangnya di taruh di dalam tampah yang di lakukan oleh semua keluarga.
Tujuan melakukan tradisi ini untuk memberikan doa dan harapan yang baik kepada kedua mempelai. Serta sebagai bentuk pelestarian budaya yang mengandung nilai nilai kebaikan dan nasehat dalam berumah tangga.
Acara pernikahan yang begitu sangat panjang walaupun di lakukan dalam sehari. Yang membuat Asha dan Fajar kelelahan lalu tertidur dengan pulas dan nyenyak.
Tak hanya itu, saat malam tiba suasana rumah terasa sunyi. Sudah tak terdengar lagi dapur yang riuh seperti tadi. Asha terjaga di malam hari saat melihat jam di ponselnya tertera angka 03:12. Sudah waktunya Asha untuk sholat malam.
" Mas, mas Fajar. " Dia berusaha untuk membangunkan suaminya. " Mungkin mas Fajar terlalu capek. Biarkan sajalah," batinnya.
Lalu dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju ke arah kamar mandi yang tempatnya terpisah dengan dapur. Saat dia keluar dari kamar mandi, ada sebuah sumur yang tertutup dan tempat bekas kaleng cat yang berlubang bagian bawahnya, untuk mengalirkan air.
Namun, saat dia akan memulai berwudhu, dia mendengar desahan yang pelan dan tidak jelas asalnya. Desahan itu membuat tekuk lehernya terasa dingin dan Asha merasa sedikit kedinginan.
Asha berhenti sejenak dan mencoba untuk mendengarkan lebih baik, apakah desahan itu berasal dari dalam kamar mandi atau dari luar. Namun, desahan itu tidak terdengar lagi, membuat Asha merasa sedikit bingung dan penasaran. Apakah itu hanya perasaannya saja? Ataukah ada sesuatu yang tidak beres?
Asha mengambil napas dalam-dalam dan melanjutkan wudhunya, mencoba untuk tidak memikirkan desahan yang aneh itu. Namun, perasaan tidak nyaman itu masih menghantui dirinya, membuat Asha merasa sedikit was-was. Apa yang akan terjadi ? Kakinya terasa berat untuk melangkah keluar dari tempat wudhu. Di sebelah barat dia melihat pohon pisang yang begitu rindang tertiup oleh angin dingin.
Tapi kakinya dia paksa untuk berjalan maju dan netranya dia paksa untuk tak melihat kebelakang atau kanan kiri. Ini adalah tempat barunya, tidak seperti di rumah. Rumah mertuanya begitu luas namun begitu seram hawa nya.
Dengan berjalan sedikit cepat menuju ke kamar. Asha tak sengaja hamenabrak seseorang di depannya. " Astaghfirullah."
Ternyata itu Sriati yang juga bangun di pagi hari. Dia tak mengatakan apa apa kepada Asha, hanya tatapan tajam dan ekspresi raut wajah yang datar.
" Maaf Bu, saya tadi tidak lihat Ibu."
Tapi Sriati tak menjawab, dia hanya mengikat rambutnya yang sebahu ke atas membentuk sanggul kecil yang diikat dengan tali karet. Dia juga tak menoleh lagi ke arah Asha. Dia berjalan menuju ke luar dapur ke arah tempat Asha berwudhu tadi.
Di pikiran Asha, 'mungkin ibu mau sholat juga.'
Asha menuju ke kamar dan mengenakan mukena, sebelum sholat ternyata jarum jam sudah menunjukkan setengah empat. Sebentar lagi mau masuk subuh. Karena matahari terbit di arah timur dan bayuwangi terletak di arah timur dan cahaya mentari lebih dulu bersinarnya daripada di wilayah barat.