Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan tak Nyaman
Jemari Felix membelai bibir ranum Liora. Manik mata cokelat pria itu tak lepas menatap keindahan kedua mata Liora. Tatapan seperti aliran sungai yang amat tenang dan teduh—hingga membuat sebuah rasa nyaman muncul.
Posisi Liora masih di pangkuan Felix, sama sekali belum beranjak dari sana. Ya, Liora tak menyadari kalau ‘masih’ berada di pangkuan Felix. Sentuhan pria itu benar-benar melumpuhkannya—membuat Liora melupakan banyak hal.
Liora memiliki kulit yang sangat putih. Hanya sedikit rona di pipinya saja, sudah sangat terlihat. Jika seperti ini, maka tak akan pernah ada yang tahu bahwa Liora adalah wanita yang telah mengalami patah hati.
Debar jantung Liora begitu terasa. Bahkan seakan ingin melompat dari tempatnya. Dadanya yang padat dan sintal menempel di dada bidang Felix. Aroma parfum yang melekat di tubuh Felix pun sukses membuat desirán di seluruh organ Liora.
Felix menggerakkan jemarinya menyentuh pipi putih mulus Liora yang sedikit merona. “You’re so damn beautiful,” bisiknya serak.
Tenggorokan Liora seakan tersangkut, hingga tak mampu merangkai kata. Jemari kokoh Felix yang menyentuh kulitnya, membuatnya berdesir. Liora layaknya berada di sebuah taman yang indah.
Namun … tiba-tiba ketika Liora merona malu, kewarasan di otaknya mulai muncul. Refleks, Liora gelagapan dan gugup luar biasa. Liora menyadari bahwa tindakannya telah melampaui batas berbahaya.
“A-aku harus mandi. A-aku ingin bersiap-siap ke kantor.” Liora turun dari pangkuan Felix, lalu berlari masuk ke dalam kamarnya —menuju ke kamar mandi.
Felix masih bergeming di tempatnya ketika Liora berlari menuju ke kamar. Senyuman di wajah pria tampan itu tidak terlukis melihat Liora berlari panik dan salah tingkah. Gerak Liora amat menggemaskan di mata Felix.
Felix mengambil ponselnya, meminta asistennya untuk mengantarkan pakaian ganti padanya—dan tentu mengantarkan ke apartemen Liora. Bisa saja pria itu mandi dan mengganti pakaiannya di kantor, tapi dia lebih memilih untuk mandi dan mengganti pakaiannya di apartemen Liora.
“Felix, aku akan berangkat duluan. Kau jangan dekat-dekat aku. Nanti ada karyawan yang melihat dan malah curiga pada kita. Aku tidak mau menjadi bahan gosip.” Ini kalimat pertama yang Liora ucap, ketika wanita itu sudah selesai bersiap untuk ke kantor, dan menghampiri Felix yang juga sudah siap.
“Kau bisa mengatakan padaku kalau ada karyawan yang bergosip. Aku akan memecat mereka. Jangan membuat hal mudah menjadi rumit.” Felix berkata santai sambil menatap Liora yang nampak sedikit mencemaskan sesuatu.
Liora mendesah panjang. “Felix, aku sedang tidak bercanda. Aku mohon mengertilah posisiku. Kau ini CEO baru di perusahaan ku, lalu tiba-tiba aku bisa dekat denganmu, itu akan membuat semua orang menerka-nerka dan malah menimbulkan pikiran negatif.”
“Kau terlalu banyak berpikir, Nona Jolie,” jawab Felix seperti tak suka dengan apa yang Liora ucapkan.
“Felix, please,” seru Liora menahan rasa kesal. Jika Liora terpancing emosi, maka pasti ini semua tidak akan berujung selesai. Bisa-bisa, dirinya tak jadi berangkat ke kantor. Astaga, kepala Liora nyaris pecah dibuat pria menyebalkan di depannya ini.
Felix mengangkat kedua tangannya, seakan menyerah. “Alright, aku mengikuti keinginanmu, Nona Jolie.”
Liora lega mendengar ucapan Felix. Wanita itu mengambil kunci mobil yang ada di atas meja—lalu melangkah keluar dari apartemennya. Beberapa menit setelah Liora keluar barulah Felix keluar. Felix menuruti keinginan Liora.
Sepanjang perjalanan, Liora mengemudikan mobil dengan sorot mata yang kurang fokus karena mengawasi kaca spion demi memastikan posisi mobil Felix. Liora harus menjaga jarak. Wanita itu tak ingin ada yang curiga. Terlebih Liora memiliki teman seperti Rose yang kerap ingin tahu urusannya. Masalah akan semakin rumit, jika orang berpikir tidak-tidak tentangnya.
Mobil yang dilajukan Liora mulai memasuki perusahaannya. Wanita itu segera memarkirkan mobil di tempat khusus parkiran karyawan, lalu dia turun dari mobil dan segera masuk ke dalam lobi perusahaan. Kali ini langkah kaki Liora tidak anggun, melainkan terburu-buru seperti takut dikejar sesuatu.
“Liora?” sapa Rose ketika melihat Liora baru saja tiba di kantor.
“Hai, Rose.” Liora berusaha tersenyum, di tengah-tengah rasa cemas yang menyelimutinya.
Rose melangkah mendekat pada Liora, menatap ada sesuatu hal yang nampak berbeda dari temannya itu. “Are you okay, Liora?” tanyanya sedikit khawatir.
Liora memaksakan senyumannya. “Of course. I’m okay.”
Rose mengangguk-anggukan kepalanya, lalu tatapan Rose mulai teralih pada Felix yang baru saja datang. Refleks Rose tersenyum sopan sambil berkata sopan, “Selamat pagi, Tuan Dawson.”
“Pagi,” jawab Felix dingin dan datar.
Liora berusaha bersikap biasa ketika Felix ada di hadapannya. Oh, Hell! Liora seperti merasakan tengah melakukan sebuah kesalahan. Padahal dirinya dan Felix tidaklah memiliki hubungan special apa pun.
“Selamat pagi, Tuan Dawson.” Liora kini menyapa, dengan bahasa formal.
Felix mengangguk singkat, membalas sapaan Liora.
“Rose, apa laporan arus kas sudah kau siapkan?” tanya Felix dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Rose tersenyum sopan. “Sudah, Tuan. Laporan arus kas yang Anda minta sudah saya siapkan. Anda bisa melihat laporannya di atas meja kerja Anda.”
Felix kembali mengangguk, lalu tatapan Felix teralih pada Liora. “Liora, laporan baru segera berikan padaku.”
“B-baik, Tuan Dawson. Saya akan segera memberikan laporan itu,” jawab Liora cepat dan tersirat gugup.
“Felix.” Seorang wanita cantik dan seksi melangkah keluar dari lift, dan menghampiri Felix dengan langkah kaki yang anggun. Tampak beberapa pria yang ada di sana menatap kagum pada sosok wanita cantik yang baru saja datang.
“Catalina?” Felix menatap Catalina yang ternyata datang pagi hari.
Catalina memeluk lengan Felix. “Aku datang. Apa kau senang?” bisiknya sensual.
“Kita ke ruang kerjaku.” Felix tak menjawab ucapan Catalina, dia lebih memilih untuk membawa Catalina ke ruang kerjanya. Felix meninggalkan Liora dan Rose tanpa mengatakan apa pun sama sekali.
“Wow, rupanya CEO baru kita sudah memiliki kekasih. Sangat cantik dan seksi. Kalau begitu aku tidak bisa menaruh harapan lagi. Jelas saja aku kalah dengan kekasih Tuan Dawson,” ucap Rose terkekeh pelan ketika Felix bersama dengan Catalina sudah pergi.
Raut wajah Liora berubah. Entah kenapa hati wanita itu merasa tak nyaman. Apalagi ketika Liora mendengar ucapan Rose.
Rasanya Liora ingin mengamuk. Tapi apa alasan dia marah? Bukankah semuanya berjalan dengan baik-baik saja? Kalaupun Felix memiliki kekasih itu bagus karena artinya dirinya tak lagi diganggu oleh pria menyebalkan itu.
‘Shit!’ Liora mengumpat dalam hati, merutuki dirinya yang malah memiliki perasaan tak nyaman.
“Liora, menurutmu wanita tadi akan segera menikah dengan Tuan Dawson atau tidak?” ujar Rose bertanya begitu penasaran. Sejak awal, Rose memang ingin sekali tahu tentang kehidupan pribadi dari CEO barunya itu.
“Tidak tahu. Aku tidak tertarik ikut campur dengan urusan orang lain,” ucap Liora ketus. Lalu, dia melangkah pergi meninggalkan Rose begitu saja—dengan wajah yang menunjukkan kekesalannya.
“Ck! Liora, aku ini belum selesai bicara!” seru Rose jengkel saat Liora pergi begitu saja. Padahal dirinya belum selesai bicara.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah