NovelToon NovelToon
Iparku

Iparku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Beda Usia / Keluarga / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Khozi Khozi

"mbak meli ,besar nanti adek mau sekolah dikota smaa mbak "ucap lita yang masih kelas 1 SMP
" iya dek kuliahnya dikota sama mbak "ucap meli yang sudah menikah dan tinggal dikota bersama suaminya roni.

apakah persetujuan meli dan niat baiknya yang ingin bersama adiknya membawa sebuah akhir kebahagiaan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khozi Khozi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 10 sifat manis arya

Ujian akhirnya dimulai.

Arya dan Lita duduk di ruangan berbeda. Di kelasnya, Lita menatap lembar soal dengan fokus penuh. Tangannya bergerak cepat namun hati-hati, setiap jawaban ia pastikan benar, lalu ia koreksi kembali satu per satu.

“Baik, anak-anak, waktu tinggal sepuluh menit lagi. Jangan terburu-buru, tetap fokus,” suara pengawas terdengar tenang.

Namun Lita justru menutup pensilnya dan berdiri. Dengan langkah percaya diri, ia maju ke meja pengawas, menyerahkan lembar jawaban dan soal.

“Kamu nggak mau dicek lagi jawabannya?” tanya pengawas, sedikit terkejut.

“Sudah, Bu,” jawab Lita sopan.

Pengawas itu melirik sekilas jawabannya dan tersenyum tipis. Anak ini memang pintar.

“Kamu boleh keluar,” ujarnya.

Lita mengangguk, lalu melangkah keluar kelas.

Di koridor, tak jauh dari pintu kelasnya, berdirilah Arya. Punggungnya bersandar santai di tembok, mata terpejam, seragamnya dikeluarkan sedikit dari celana—entah kenapa pemandangan itu membuat Lita diam-diam tersenyum. Definisi cowok tampan itu kayak gini, pikirnya.

Saat Lita mendekat, Arya membuka mata. Senyum muncul di wajahnya begitu melihat siapa yang datang.

“Ujiannya tadi susah nggak?” tanyanya, jemarinya langsung mengacak rambut Lita.

“Enggak dong. Kamu udah lama nungguin aku?” balas Lita.

“Nggak lama juga. Aku selesai barengan sama kamu, cuma… ya nyantai aja di sini,” jawab Arya sambil menguap kecil. Dia memang terkenal, sering telat, bahkan suka tidur di kelas—tapi semua orang tahu, otaknya cerdas.

Banyak siswa yang melirik mereka dari jauh. Di pikiran mereka, pasangan ini adalah kombinasi “dua jenius” yang juga bucin.

“Kamu pasti lapar. Ke kantin yuk,” ajak Arya.

“Iya, aku juga laper,” kata Lita sambil memegangi perutnya.

Sampai di kantin, suasana masih sepi. Arya menyuruh Lita duduk dulu, lalu ia pergi memesan. Tak lama kemudian, ia kembali membawa nampan berisi dua mangkuk mie ayam dan dua gelas es teh. Ia meletakkannya di hadapan Lita.

“Makan sebelum dingin,” ujarnya.

“Kamu nggak makan?” tanya Lita, melihat mangkuk Arya masih utuh.

“Kamu dulu. Aku nungguin,” jawab Arya sambil mengambil tisu, lalu dengan lembut mengelap sisa kuah di sudut bibir Lita.

Kenapa dia manis banget sih hari ini? batin Lita, merasa pipinya ikut hangat. Ia melanjutkan makan, mencoba menutupi rasa gugupnya.

“Udah kenyang,” kata Lita sambil mengelus perutnya. Arya mengambil gelas es tehnya dan menyerahkannya pada Lita.

“Minum dulu,” katanya.

Lita menerimanya tanpa protes.

Kantin mulai ramai. Dari kejauhan, Amel dan Rian melangkah masuk. Mereka sudah tahu Arya dan Lita pacaran—Arya sendiri yang dengan santainya mengumumkan pagi tadi.

“Kalian udah makan? Nggak nungguin kita,” protes Amel sambil duduk.

“Lama banget sih ngerjainnya,” balas Arya sambil memutar bola mata.

“Ya kan otak gue panas. Banyak yang jawab asal tadi,” keluh Amel.

“Kita kan beda ruangan semua,” ujar Lita.

“Iya sih… tapi tetep nyebelin guru-guru misahin kita,” gerutu Amel.

“Udah, mending pesen makan,” potong Rian yang sedari tadi diam.

Amel dan Rian pun pergi ke kasir. Lita memperhatikan mereka, lalu tersenyum.

“Mereka kalau pacaran kayaknya serasi,” ujarnya.

Arya menoleh, setuju. “Iya. Yang satu cerewet, yang satu penyabar.”

“Iya… apalagi mereka belum pernah pacaran, kan?” kata Lita.

“Ya, biarin aja. Jangan dipaksa. Mereka harus nemuin jalannya sendiri,” balas Arya sambil tersenyum tipis.

Lita mengangguk pelan. “Kamu bener juga.”

Setelah istirahat, ujian kedua pun dimulai.

Arya mengantarkan Lita ke depan ruang ujiannya.

“Nanti pulangnya aku tunggu di warung, ya. Ada urusan sedikit. Tadi aku udah bilang ke Amel, suruh dia jemput kamu ke sini,” kata Arya.

“Iya, nanti aku sama Amel ke warung,” jawab Lita.

“Semangat ngerjainnya,” ucap Arya sambil melirik kanan-kiri. Tak ada orang. Dalam sekejap, ia mencuri ciuman singkat di bibir Lita.

“Kamu tuh nggak inget tempat, ya?” protes Lita pelan, wajahnya langsung memerah, matanya waspada takut ada yang melihat aksi gila pacarnya ini.

“Tenang aja, nggak ada yang lihat,” jawab Arya santai.

Bukannya minta maaf, ia malah berkata, “Aku ke kelas dulu. Sana, masuk.”

Lita cuma mendengus kecil, tapi tetap menuruti.

Setelah Lita masuk ke ruangnya, Arya pun kembali ke ruang ujian miliknya.

Dua jam berlalu, semua murid mulai bersiap pulang.

Lita duduk di kelas, menunggu Amel menjemput. Tak lama, Amel muncul sambil tersenyum jahil.

“Ayo, pacarnya Arya, kita pulang,” godanya.

“Apaan sih? Hobi banget godain,” balas Lita.

“Ya soalnya godain lo itu candu,” jawab Amel sambil tertawa.

Sepanjang koridor, mereka bercakap random sambil sesekali tertawa. Sampai akhirnya, mereka tiba di warung. Arya yang melihat keduanya langsung bangkit dan menghampiri.

“Ayo masuk dulu, aku masih ada urusan,” katanya sambil menggandeng tangan Lita. Amel mengikuti di belakang.

Begitu masuk, Lita terkejut. Ruangan itu penuh dengan teman-teman Arya, berbeda dengan kemarin saat mereka berdua datang.

“Kamu sama Amel duduk di sini,” ucap Arya sambil menunjuk kursi agak jauh dari kerumunan, seolah tak ingin Lita mendengar pembicaraannya nanti.

Dari meja sebelah, seorang cowok dari SMA lain—Putra—melirik Amel. “Yang satu ini juga cantik, kenalin dong,” ujarnya.

“Boleh kenalan nggak, Neng cantik?” tanya Putra dengan senyum genit.

Amel langsung memelototinya. “Kurang dibelai nih badak satu,” jawabnya ketus.

“Buset… galak amat,” Putra mundur sedikit. Dia mengira Amel akan semanis Lita yang berwajah imut.

“Gue bukan cewek sembarangan yang bisa kalian godain,” ucap Amel dingin.

Aji, teman Putra, langsung tertawa. “Rasain tuh, digalakin cewek.”

Putra yang biasanya jago menggoda siswi-siswi lain kini terdiam, tak berkutik.

Arya yang sedari tadi berbicara dengan wajah serius menoleh sebentar. “Kita fokus sama yang ini dulu,” katanya pada teman-temannya.

Sekejap, suasana di meja itu berubah. Semua yang tadinya bercanda kini diam, tatapan mereka serius.

Dari kejauhan, Lita memandang pacarnya itu. Rasa penasaran mulai tumbuh di dadanya—apa yang sedang mereka bicarakan? Ia mencoba mencuri dengar, tapi suara mereka tak sampai ke telinganya. Yang jelas, ekspresi Arya tak main-main.

Setengah jam berlalu, Arya akhirnya menyudahi pembicaraan seriusnya. Ia bangkit dari kursi, lalu menghampiri Lita dan Amel.

“Ayo, kita pulang,” ujarnya.

Sesampainya di parkiran, Amel lebih dulu mengambil motornya.

“Lit, gue cabut dulu, ya,” pamit Amel sambil menyalakan mesin.

“Iya, hati-hati di jalan,” balas Lita.

Amel tersenyum, melambaikan tangan. “Iya,” jawabnya sebelum akhirnya melaju, meninggalkan mereka berdua.

Arya menoleh ke Lita, senyum tipisnya muncul. “Ayo, sayang, kita pulang.” Tangannya terulur, memasangkan helm di kepala Lita dengan gerakan pelan, seolah takut menyakiti.

Lita mulai terbiasa mendengar panggilan itu, meski sesekali pipinya masih memanas tanpa ia sadari.

Arya naik ke motor lebih dulu. Lita pun menyusul, lalu tanpa ragu melingkarkan kedua lengannya di pinggang Arya, memeluk erat. Ia bisa merasakan hangat tubuh pacarnya itu, juga detak mesin motor yang pelan mulai bergetar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!