NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 26

Wajah pria di hadapan Warren tampak terlihat sangat welcome, istilahnya begitu. Karena memang dari beberapa orang yang bisa datang ke tempat yang merupakan ruangan pertemuan, yang hanya bisa didatangi oleh beberapa orang yang memiliki jabatan atau bisa dibilang ketua dari desa Bromocorah ini. Memang hanya pria berjanggut putih di depannya itu yang wajahnya tampak tidak bengis saat menatap Warren.

Kalau bahasa modern-nya kan pria itu bisa dibilang sangat welcome akan kedatangan Warren. Tapi, biasanya orang yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sangat tinggi cenderung bisa memanipulasi wajah dan juga ekspresi yang dia akan tunjukkan kepada orang yang bahkan tidak dia sukai sekalipun.

Komandan Jagabaya sedang menceritakan semua yang terjadi diluar gerbang desa Bromocorah tadi kepada pria berjanggut putih itu. Dia adalah Ki Sura Bajing. Bekel desa Bromocorah ini.

"Seperti itulah yang terjadi Ki" kata komandan Jagabaya.

Ki Sura Bajing mengangguk tiga kali.

"Anak muda, tidakkah kamu pikir dirimu itu terlalu sombong?" tanya pria yang mungkin usianya sudah sekitar 70 tahunan itu.

Terlihat dari semua rambut yang tumbuh di tubuhnya memang sudah berubah menjadi warna putih. Akan tetapi, tubuh pria itu masih tetap gagah dan juga tidak ada satupun otot kulit yang kendur. Benar-benar seseorang yang masih pantas memimpin sebuah desa mengetuk seperti desa Bromocorah ini.

Warren yang memang di kehidupan modernnya adalah seseorang yang memiliki IQ yang cukup bagus dan memang sangat pintar. Tentu saja pengerti apa yang dimaksudkan oleh Ki Sura Bajing.

"Aku hanya berbicara sesuai dengan kemampuanku!" jawab Warren.

Warren merasa yakin pada kemampuannya. Jika pun dia tidak punya senjata yang ada di sistem tadi dia pun masih bisa mengandalkan kekuatan internasional yang memang tidak bisa tertandingi. Sudah di konsep seperti itu oleh sistem. Dengan pertukaran harta benda yang tidak sedikit. Jadi, meskipun tertua dari desa Bromocorah ini memintanya untuk berduel dengan tangan kosong. Warren masih tetap yakin kalau dirinya yang akan menang.

"Kalau begitu tunjukkan kemampuanmu!" kata Ki Sura Bajing.

Dan dengan senang hati, Warren mengangguk.

"Baiklah" katanya dengan sangat yakin.

Tapi, kemudian Ki Sura Bajing terkekeh.

"Tapi jangan andalkan senjata yang bisa meledak itu. Apa kamu bisa?" tanya Ki Sura Bajing.

Warren yang sudah menduga hal ini sebelumnya pun segera mengangguk yakin lagi.

"Tentu saja bisa! aku sudah bilang, aku ini adalah orang yang sangat yakin pada kemampuanku sendiri. Kalau tidak kenapa aku datang ke tempat seperti ini sendirian?" tanya Warren.

Ki Sura Bajing yang mendengar Warren begitu yakin langsung berubah menjadi serius.

"Kalau begitu lawanlah muridku yang paling kecil..."

Warren segera mengangkat tangannya. Dia melambaikan tangannya itu di depan Ki Sura Bajing.

"Jangan meremehkan aku. Pilih muridmu yang paling kuat yang paling senior!"

Ki Sura Bajing segera menjadi lebih serius. Bukankah kata-kata Wiratama itu seperti sebuah tantangan. Dan tentu saja, bagi seorang pendekar, pantang untuk tidak menerima tantangan yang datang padanya.

"Bragandala!" pekik Ki Sura Bajing.

Suaranya menggelegar, dan semua orang yang ada di tempat itu bisa merasakannya. Termasuk Warren. Seperti ada sebuah angin yang kencang, yang sulit di deskripsikan. Tapi hanya dengan suara keras itu, mungkin jika yang ada di ruangan itu hanya punya ilmu beladiri tingkat dasar. Akan pingsan.

Melihat Warren yang masih tegak berdiri. Ki Sura Bajing mengangkat dagunya.

"Pantang bagi seorang pendekar menolak tantangan. Jika kamu bisa mengalahkan murid terbaikku ini. Maka kita bisa bicara, kalau tidak. Bahkan jangan pernah berharap bisa keluar dengan mayat utuh dari pintu gerbang!"

Warren melihatnya sekarang. Inilah rupa Ki Sura Bajing yang sebenarnya. Seseorang yang berdarah dingin. Bukankah kata-katanya barusan itu terdengar mengerikan. Dia tidak menyebut kata mati. Tapi dari apa yang dia ucapkan. Sudah jelas, bahwa jika tidak bisa mengalahkan murid terbaiknya itu berarti mati!

Semua orang pergi ke arah lapangan yang luas. Yang biasanya digunakan untuk berlatih ilmu beladiri atau berlatih menggunakan senjata oleh para penduduk desa Bromocorah.

Warren sudah berdiri disana. Dan seorang pria bertubuh lebih besar daripada komandan Jagabaya sudah berdiri di seberangnya.

Bragandala adalah sosok yang langsung membuat orang mundur beberapa langkah hanya dengan melihatnya. Tubuhnya menjulang tinggi, jauh di atas rata-rata pria desa, dengan bahu selebar pintu lumbung. Otot-ototnya menonjol jelas di balik kulitnya yang gelap terbakar matahari, seakan setiap urat dan lekukan tubuhnya ditempa dari baja. Lengannya seperti batang pohon kelapa, berotot padat, sementara jemarinya panjang dan besar, seolah mampu meremukkan tengkorak hanya dengan sekali genggam.

Wajah Bragandala adalah wajah yang bisa menghantui mimpi buruk. Rahangnya tegas dan menonjol, dilapisi kumis tebal yang tak pernah benar-benar rapi, dan janggut kasar yang menambah kesan liar. Matanya tajam dan dalam, dengan sorot redup namun dingin seperti bara api yang terpendam, seakan selalu menimbang siapa mangsa berikutnya. Alisnya lebat dan menukik tajam, memberi bayangan gelap di atas matanya.

Hidungnya pesek namun lebar, terkesan keras dan kaku, seperti batu yang tak bisa diubah bentuknya. Bibirnya tebal dengan seringai sinis, memperlihatkan gigi-gigi yang tak semua utuh, sebagian menghitam akibat kehidupan keras. Kulit wajahnya penuh guratan bekas luka, dari sayatan pedang hingga bekas pukulan benda tumpul, menjadi bukti perjalanan panjangnya dalam ratusan perkelahian.

Rambut Bragandala panjang, hitam pekat, selalu terurai acak-acakan seperti singa kelaparan. Ketika ia bergerak, rambut itu bergoyang liar, membuat tubuhnya yang besar semakin terlihat buas. Punggungnya lebar, penuh bekas cambuk dan torehan luka lama, seolah tubuhnya adalah kitab sejarah kekerasan yang ia lalui.

'Wah, kalau di jaman modern. Mungkin dia bisa mengalahkan the rock!' batin Warren.

1
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
Rizky Fathur
cepat Buat mcnya bikin kerajaan terkuat bikin mcnya kuat Dan bantai raja itu dengan kejam Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!