NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:592
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB X SWARA MAHARDIKA

    Pagi itu pedukuhan Cikeusik seperti biasanya banyak warga yang mulai beraktifitas , ada petani , pedagang , nelayan , dan juga kuli bangunan. Pada waktu itu jumlah warga Cikeusik berjumlah 1.127 jiwa yang terbagi menjadi beberapa pecantilan , diantaranya pecantilan Kemuning , pecantilan Balai Panjang , pecantilan Rancangan , pecantilan Krapyak , dan pecantilan Kedemangan. Semua pecantilan-pecantilan itu dikepalai oleh seorang Beukeul atau kepala adat. Pedukuhan Cikeusik merupakan sebuah daerah yang berdiri secara otonom kala itu. Hanya saja pada waktu zaman penjajahan termasuk wilayah Harjawinangun atau sekarang bernama Arjawinangun.

   Ki Sumber yang semakin pulih dari sakitnya , sedang duduk sambil menikmati bubur dengan beberapa lauk seperti botoktau , semayi dan juga sayur beningan. " Bagaimana keadaan warga di luar sana Bulhun ?" tanya Ki Sumber kepada Bulhun yang saat itu setia menjaga kerabat sohibnya. " Semuanya sehat sentausa Ki , semoga cepat sembuh dan kembali pulih seperti sediakala ," jawab Bulhun. " Ya sudah , nanti kamu bantu saya , kalau dapat izin dari Ki Bugulun mungkin kamu yang akan dipilih ," kata Ki Sumber. " Belum tentu sahabat , saya yang paling muda di antara kalian , masih ada Mahdi yang berhak ," sahut Bulhun.

    Percakapan mereka terhenti saat Mahdi datang bersama tiga orang kerabat. " Kulonuwun semuanya ," sapa Mahdi.

" Manggah ," jawab Ki Sumber dan Bulhun hampir bersamaan. " Bagaimana proyek menara nya ?" tanya Bulhun.

" Hari ini tinggal pemolesan menara dan besok tinggal kita garap yang di posisi barat daya ", jawab Soma

" Begini , sesuai pesan Ki Sumber bahwa tiap menara di jaga oleh 7 orang setiap malamnya , secara bergilir ", lanjutnya.

" Lantas bagaimana maksudnya?" tanya Ki Sumber.

" Maksudnya , apakah sebaiknya kita libatkan para santri dari padepokan Pandanala , mereka itu kan para ksatria pilih tanding , jadi bisa diandalkan untuk menjaga keamanan kita Ki ," lanjut Soma.

" Kalau menurut hemat saya , biarkan saja mereka menimba ilmu di sana , warga kita juga bisa diandalkan , apalagi ada beberapa pemuda yang baru bergabung dengan tingkat ketangkasan yang mumpuni," jawab Bulhun menjelaskan sistem kerjanya.

   Pada akhirnya kesepakatan pun ditentukan , untuk tugas piket tiap menara masih sesuai keputusan awal. Setelah berpamitan lalu Soma dan kawan-kawan meninggalkan bangsal pedukuhan. Sementara itu dari depan bangsal datanglah Ki Bugulun sambil membawa tongkat. Dari dalam bangsal Bulhun menyambutnya dengan penuh hangat. Ki Bugulun dipersilahkan untuk duduk , sambul disuguhi minuman dan beberapa makanan. Ki Bugulun memandang Ki Sumber sambil manggut-manggut. " Syukurlah kamu selamat , aku kawatir ada racun yang menjalar dalam tubuhmu ," kata Ki Bugulun.

" Oh iya , nanti malam kumpulkan beberapa orang yang kalian percaya , ....ya sudah aku mau ke Swantipura lagi , aku kawatir saja ," seloroh Ki Bugulun.

   Malam harinya di bangsal pedukuhan telah hadir beberapa orang , tampak Ki Sumber yang duduk sambil selonjoran , tampak juga di hamparan tikar ada Bulhun , Mahdi , Mardi , Soma , Sabar , Warji juga beberapa kerabat yang meluangkan waktunya untuk hadir di situ. Sesaat kemudian , datanglah Ki Bugulun bersama dua orang mengiringinya. Setelah mengucap salam dan saling berjabat tangan , Ki Bugulun duduk sambil bersandar. Wajahnya begitu wibawa dan tampak berilmu tinggi. Kemudian beliau membuka percakapannya.

   " Wargaku beserta kaum kerabat , beberapa waktu yang lalu , aku pernah mengatakan bahwasanya dalam hidup ini selagi masih diberi kesempatan , maka janganlah takut untuk beramal baik , saling menghargai antar sesama , dan ingat bahwa kita adalah sebuah kekuatan alam yang setiap manusia memiliki Swara Mahardika , itu adalah sebuah hak kita yang diberikan lewat orang tua kita sebagai Gua Garbha , dan nanti kita akan mengalami Pralaya , apa yang aku pakai ini berupa Jubah , artinya kita janganlah uzub dan jangan gegabah , jadikan kita sebagai Sorban , asor bila dengar aban-aban , yang artinya mampu untuk menelaah bila dengar berita atau kabar yang belum tentu benarnya," tutur Ki Bugulun.

" Kalau yang kemarin Aki sampaikan itu kan cipta rasa cipta guna , cipta adi cipta mulya, bagaiman Ki ", tanya Mahdi sambil menaruh gelas wedang bandrek.

" Ooooh itu ,.....maksudnya adalah....cipta rasa cipta guna artinya rasa itu pertanda bahwa diri kita ini memiliki hati , punya yakin , punya keinginan dan semua apa yang kita alami dalam hidup itu berkewajiban untuk berbagi dalam hal positif , maka disanalah kita akan menerima yang disebut Aji Rasa, dan terbentuk sebuah perangai kita yang berguna bagi sesama , hidup ada manfaatnya , maka jangan kalian kotori dengan keburukan , kerakusan, kedholiman , apalagi sampai membuat sengsara , itu jiwa syetan. Cipta adi cipta mulya itu maksudnya , adi itu kekuatan , kepintaran , kekuasaan dan juga derajat tinggi manusia , dan apabila ke-adi an kita gunakan maka hidup yang penuh kemulyaan akan kalian dapatkan. Untuk itu dalam program kalian membangun menara di tiap sudut pedukuhan itu merupakan Adikarya warga Cikeusik.

" Lantas.....apa yang harus kita jalani dalam hidup ini Ki," tanya Bulhun.

" Kewajiban hidup kalian itu cuma 1 , akui adanya yang Esa. Yang menciptakan kalian itu , yang menciptakan alam semesta , isi dari semesta ini , semuanya ....hanya 1 yang mencipta. Untuk itu carilah dan manakala kau menemukan , di situ kau dapat apa itu Esa. Caranya yaitu dengan rasa diri kalian sendiri , penyaksian dan pengakuan," tutur Ki Bugulun.

" Kira-kira apa yang menjadikan manusia gagal dalam hidup Ki," tanya Mahdi.

" Kegagalan itu sebetulnya tidak akan ada bila setiap hidupnya memiliki Pitakon , yang dasarnya adalah " A " , "I" dan "U" . Maksudnya "A" adalah aturan , "I" artinya itungan atau hitungan , dan "U" adalah ukuran. Kalian hidup sesuai aturan berupa hukum , batas-batas , norma dan kaidah , niscaya kalian akan selamat. Tidak terkena sangsi. Kalian hidup perlu memilki itungan , maksudnya bila akan melakukan sesuatu , harus kalian hitung dulu , pikirkan dulu baik buruknya , untung rugi ataupun bahaya tidaknya , jangan gegabah , niscaya kalian selamat dari kebodohan dan kepalsuan. "U" maknanya ukuran , maksudnya setiap kalian menginginkan atau mempunyai tujuan , maka harus kalian bercermin dulu hatinya, pantaskah , mampukah , sanggupkah , dan semacam introspeksi diri begitulah , bila itu kalian lakukan , maka kalian akan selamat dari keterpurukan , kehinaan , kenistaan maupun buronan orang lain. Itu yang harus kalian pahami dan amalkan. Bila setiap manusia memiliki pemikiran seperti itu , maka kemakmuran dan kesejahteraan yang terjadi," kata Ki Bugulun.

Malam itu di bangsal pedukuhan , seluruh yang hadir begitu khusyu menerima wejangan Ki Bugulun. Hingga saat pengukuhan menara di pedukuhan Cikeusik , maka menara yang berjumlah 4 itu dinamakan Manara Adikarya.

Dengan berdirinya menara-menara di setiap sudut pedukuhan itu , semakin banyak pula pendatang dari daerah lain , banyak pula kafilah-kafilah yang tadinya hanya sekedar mampir , lalu membeli tanah untuk menetap di situ.

Tetapi setiap yang datang pasti ada yang pergi , begitupun dengan kehidupan ini. Pedukuhan Cikeusik pada akhirnya harus kehilangan sosok yang amat baik , putra daerah yang begitu gigih dan ksatria , harus meninggalkan sanak saudaranya , simak kelanjutannya.

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!