Apa jadinya setelah ditinggalkan lalu dipertemukan kembali? Alisha Maureen wanita cantik dengan senyuman manis ini dipertemukan kembali dengan pria yang dulu ia gila-gilai.
Ketika Alisha kembali bertemu dengan Askara, Ia tak menyangka luka lama justru tumbuh menjadi harapan baru. Namun saat beberapa potong kejadian membuat Alisha bertanya-tanya siapa sebenarnya yang harus ia percaya? Kisah nya semakin rumit saat kesalahpahaman, rahasia, dan sebuah perjodohan.
Namun benarkah begitu? Ataukah Alisha hanya terjebak pada apa yang matanya lihat, sementara hati nya sendiri menolak percaya?
Saat kebenaran terungkap ia harus memilih
untuk percaya pada keraguannya, atau kembali pada janji manis Askara yang tak pernah berhenti untuk memanggil nya pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deviyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part - 35
"Enak kan Al makanannya? Ini menu paling recommended disini." Ujar Sandra dengan berbisik.
"Iya enak san." Alisha mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa ia pun menyetujui nya.
Saat ini Alisha dan juga Sandra sedang berada di sebuah rumah makan. Aroma sup hangat bercampur dengan suara musik jazz yang mengalun lembut.
"Gue juga tau menu ini dari Nick sih." Sandra nyengir dengan polosnya.
"Yeuuu gue kira karena lo yang tahu." Alisha mencibir.
"Makanannya enak banget jadi keinget Nick, dia kangen sama gue gak ya."
"Mulai deh mulai." Ucap Alisha.
"Eh Al tapi beneran deh gue kangen sama Nick tau. Padahal baru ldr beberapa hari doang tapi rasanya kayak udah setahun." Ujar Sandra dengan dramatis.
"Stress ni orang." Alisha hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Ish tapi Al beneran, gue udah jatuh ke pesona dia. Apa jangan-jangan–" Sandra menjeda ucapan nya.
"Jangan-jangan apa?"
"Gue di pelet sama dia, makanya gue kecintaan begini." Sandra menepuk pelan tangannya dan menunjuk ke arah Alisha. "Iyakan?" Tanyanya.
Alisha pun mendelik mendengar ucapan sang sahabat.
"Itu namanya bukan di pelet, lo nya aja yang emang bucin." Jawab Alisha.
Sandra pun tertawa.
"Tapi kita sama-sama bucin tau, dan kalau udah bucin suka bodoh biasanya."
"Benar juga ya, perempuan akan kalah dengan perasaannya ketimbang menang karena ego nya. Karena hati kita kan sensitif dan mudah diluluhkan." Ucap Alisha.
"Nah tepat sekali Al." Sandra menjentrikan jarinya.
Mereka pun makan dengan tenang sampai habis tak tersisa.
"Yuk ah pulang." Ajak Sandra ketika mereka telah selesai, Alisha mengangguk. Lalu mereka berdiri bersamaan.
"Lo duluan ke mobil aja Al, biar gue yang bayar ke kasir nya." Titah Sandra.
Alisha hanya mengacungi jempolnya kepada Sandra sambil berjalan ke arah luar.
Saat sudah keluar dan akan memasuki mobil, Alisha entah kenapa saat ingin melihat ke jalan raya, lalu mata nya tak sengaja menangkap sebuah mobil berwarna hitam yang sangat ia kenali.
"Itu mobil Askara kan?" Gumamnya.
Alisha sangat yakin jika itu mobil Askara, dan ia baru sadar jika di dalam mobil itu ada penumpang perempuan.
Alisha langsung menepis pikiran buruknya itu, lagipula ia tak melihat jelas siapa yang mengemudi mobil tersebut.
"Inget Al yang punya mobil merk gitu kan banyak, bukan Askara doang." Batin Alisha.
"Heh kenapa bengong." Tiba-tiba Sandra mengagetkan Alisha yang sedang melamun menenangkan hati nya.
Alisha menoleh, ia menatap sebal kepada sahabatnya itu.
"Kenapa sih?" Tanya Sandra.
"Tadi gue lihat ada mobil yang mirip Askara lewat San, dan disitu ada cewe nya juga." Ujar Alisha.
"Tenang dulu jangan gegabah Alisha ku sayang, kan yang punya mobil merk itu gak akan Askara doang, pasti yang menciptakan mobil itu bikin produk ga mungkin satu. Rugi dong kalau cuman satu mereka bisa bangkrut."
"Iya sih, tapi mirip banget loh San."
"Tenang dulu Al jangan meledak disini nanti siapa yang repot? Princess lah, tahan oke nanti aja kalau kita udah di butik." Ucap Sandra.
Alisha terkekeh mendengar ucapan Sandra, sahabatnya itu selalu bisa mencairkan suasana hati nya yang sedang gelisah.
Akhirnya mereka pun kembali ke butik untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum tuntas.
...----------------...
Askara tengah fokus pada layar laptopnya, terlihat bahwa ia sedang mengetik cepat, sesekali juga ia akan mengerutkan dahi nya.
Riani pun masuk sambil membawa secangkir susu.
"Tuan, saya melihat dari pagi Anda belum meminum apa-apa. Ini saya buatkan kopi." Ujar Riani dengan berdiri.
"Sesuai selera Anda, saya tidak menambahkan begitu banyak gula ke dalam kopi nya."
Askara berhenti mengetik, kemudian melirik ke arah gelas.
"Saya tidak pesan." Ujar Askara datar.
"Memang benar, tapi saya memperhatikan biasanya Anda akan meminum sesuatu di jam segini." Ucap Riani dengan tersenyum kecil.
Askara hanya diam, lalu menatap kembali layar laptopnya.
"Taruh saja di sana." Askara memerintah tanpa menoleh.
Riani bersorak gembira di dalam hati nya, ia berhasil setelah sejauh ini perjuangan nya seperti sia-sia.
"Baik Tuan. Saya taruh disini, jangan lupa diminum selagi hangat." Riani menaruh gelas itu.
"Jika rasanya kurang, saya bisa bikinkan lagi yang baru." Ujar Riani.
"Tidak perlu." Jawab Askara singkat.
Namun saat Riani sudah keluar dari ruangan nya, ia mengambil gelas itu dan meminumnya.
Ia menyesap sedikit, lalu menatap secangkir kopi di tangannya ini. Ekspresi nya tetap dingin, tapi bibirnya tergerak tipis menyerupai sebuah senyuman.
Sore menjelang malam
Saat ini kantor hampir kosong, karyawan lain sudah mulai satu persatu meninggalkan kantor untuk pulang kerumah masing-masing.
Askara masih berada di dalam ruangannya, dasi pria itu sudah longgar, beberapa kancing kemeja nya sudah terbuka, tak lupa kemeja yang sudah digulung sebatas siku, dengan layar laptop yang masih dipenuhi garis dan angka yang memuakkan mata.
Saat ini Askara tengah menyenderkan tubuhnya di kursi kebesaran nya. Ponsel telah bertengger di telinganya, Askara sedang tersenyum manis. Ia tengah menghubungi Alisha, sang pujaan hatinya.
"Aku akan pulang sebentar lagi." Ujar Askara lembut.
"Iya iya siap Tuan putri."
Tanpa Askara tahu, Riani tengah menguping pembicaraan laki-laki ini. Riani tengah berada di depan pintu ruangan Askara yang tak terlalu tertutup sempurna. Karena suasana kantor yang sepi membuat suara Askara terdengar sampai ke luar.
Riani pun masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Askara yang sadar pun langsung berekspresi tak suka.
"Akan ku hubungi kembali nanti."
Tut
Askara mematikan sambungan teleponnya, bukan karena takut Alisha curiga atau hal lainnya, ia tak mau memperlihatkan ekspresi wajahnya dihadapan sekretaris menyebalkan nya ini.
Riani pun dapat melihat perubahan atasan nya ini sebelum dan sesudah melihatnya. Tapi itu tak masalah baginya.
"Makin kesini kau semakin lancang ya selalu masuk ruangan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu." Ujar Askara dingin.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu jika Anda sedang berbicara lewat telepon. Tapi saya tidak mendengar percakapan anda kok." Riani berujar dengan kepala menunduk.
"Lupakan, ada perlu apa?" Tanya Askara dengan datar.
"Anda akan lembur hari ini?"
Pertanyaan konyol sekali.
"Menurutmu?" Tanya balik Askara.
"Eum menurut saya iya." Jawab Riani
"Kalau sudah tahu jawabannya kenapa masih bertanya? Jika saya masih berada di ruangan melewati jam kerja berarti lembur, kalau tidak ada kepentingan cepat keluar dari ruangan dan segeralah pulang!" Titah Askara.
Riani pun mendekatkan tubuhnya ke arah Askara, lalu memberi sebuah permen.
"Baik Tuan, saya hanya akan memberikan ini saja."
Askara menoleh, "Apa ini?" Tanyanya.
"Saya memberikan ini untuk Anda, siapa tahu bisa membuat Anda kembali ceria, karena rasanya manis bisa mengubah mood Anda." Ujar Riani dengan tersenyum hangat.
"Jika sudah selesai silahkan keluar, pintu terbuka lebar untuk Anda." Askara berkata tanpa menoleh, ia fokus saja mengetik pekerjaan nya karena Askara sudah ingin cepat pulang.